Mohon tunggu...
Sugeng Riyadi
Sugeng Riyadi Mohon Tunggu... Perawat - Diaspora Indonesia di Qatar

Travel around and enjoy your life!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebelum, Selama & Sesudah Ramadan

31 Juli 2014   04:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:10 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga. Yang terberat dari puasa adalah bagaimana kita menjaga hati, ucapan dan perbuatan selama sebulan penuh. Maka Rasulullah sampai menamakan perang melawan hawa nafsu adalah jihad terbesar dalam hidup.

Betapa mudahnya kita mengkoreksi orang lain, tapi betapa susahnya kita mengkoreksi diri sendiri. Betapa mudahnya ngomongin kekurangan orang lain, tapi betapa susahnya kita ngomongin kekurangan diri sendiri. Lidah memang tak bertulang, tapi bukan berarti yang lunak itu tak bisa menyakiti!

Ramadan tahun ini telah usai. Perang sudah berakhir. Apakah kita meraih kemenangan atau kekalahan? Jawabannya: Wallahu a’lam. Hanya Allah yang Maha Tau. Tapi paling tidak kita bisa menilai sebagus apa puasa yang sudah kita jalani. Kualitas puasa seperti apa yang sudah kita catatkan dalam kitab catatan amal kita masing-masing. Catatan amal yang akan dibuka kembali saat yaumil hisab kelak.

Tergolongkah kita ke dalam golongan muttaqin. Golongan yang beruntung. Golongan yang benar-benar meraih hikmah puasa ramadan yang sesungguhnya. Golongan yang tidak hanya mendapatkan lapar dan dahaga selama ramadan, tapi golongan orang-orang yang bertaqwa.

Jikalau ramadan semangat sholat jamaah, tilawah Qur’an, berinfak dan beramal soleh begitu membara, semoga kita mampu menjaganya pada sebelas di luar ramadan. Menjaga semangat untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Maha penggenggam setiap nyawa yang hidup di dunia ini.

Jikalau sebelum ramadan kita malas, selama ramadan kita semangat, maka sesudah ramadan kita harusnya makin semangat!

Hendaknya Ramadan menjadi sebuah pijakan untuk menjadi diri pribadi yang lebih baik pada sebelas bulan berikutnya. Ramadan menjadi sebuah bulan refleksi dari bulan-bulan lainnya. Tatkala diri kita sudah mulai melenceng dari koridor shirottol mustaqim, kembalilah pada hikmah ramadan! Semoga Allah pertemukan kita kembali dengan ramadan tahun berikutnya.
Wallahua’lam bisshowab.

Dukhan, 30 Juli 2014/3 Syawal 1435H

@sugengbralink

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun