Mohon tunggu...
AS Riady
AS Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa di Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Keadilan Antar-Generasional ala Gus Dur

5 Oktober 2024   18:55 Diperbarui: 5 Oktober 2024   20:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Oktober adalah bulan santri. Kenapa? Di banyak literatur keislaman tercatat bahwa santri, pada tanggal 22 Oktober 1945 membuat keputusan penting. Atas instruksi dari Hadratusyekh KH Hasyim Asy'ari, para santri yang khususnya mukim di Jawa Timur digerakkan untuk turut menjaga kemerdekaan negeri ini yang masih seumur jagung. Keputusan penting yang akhirnya membuat santri bisa dikenal dunia internasional.

Pun berbicara tentang santri, kita tidak bisa melupakan nama Gus Dur. Sosok presiden ke-IV negeri ini yang memiliki sekian hal misterius. Misalnya, ia dikenal sebagai figur yang kerap tertidur ketika rapat penting lantas bangun dan langsung bisa merespons substansi rapat tersebut. Lainnya, ia dikenal sebagai figur yang gemar 'guyon'.

Bahkan di banyak acara wawancara di televisi dan ragam acara penting lainnya, Gus Dur tidak pernah kehabisan akal untuk mengundang tawa. Gus Dur cerdas dalam hal ini. Tidak sedikit juga literatur yang merekam guyonan khas Gus Dur ini. Kita bisa membacanya sembari bergumam, "Kok bisa ya, Gus Dur yang seorang santri memproduksi guyonan semacam ini?"

Tapi saya rasa, Gus Dur ingin menunjukkan bahwa santri, kendati kesehariannya bergumul dengan literatur ketat ihwal agama Islam, juga bisa bergurau tanpa menegasikan substansi persoalan. Ini langkah maju di masa itu. Lantaran hari ini, berislam seperti Gus Dur lah yang banyak dicari. Islam ramah dengan tawanya, bukan Islam marah yang sedikit-sedikit ingin 'gelutan' untuk hal yang tidak perlu.

Ada pertanyaan menarik tentang Gus Dur ini yang perlu diketengahkan. Pernahkah Gus Dur marah?, atau lebih tepatnya, pernahkah Gus Dur marah kemudian terekam dalam dukomentasi media? Jawabannya adalah pernah.

Di Majalah Optimis (1982), kita akan menemukan rupa Gus Dur, seorang santri yang gemar 'guyon' terlihat marah. Ia marah pada kebijakan pemerintah yang hanya rakus pada kepentingan sendiri atau golongan. Kebijakan yang tidak mempertimbangkan keadilan antar-generasional.

Kutipan di Majalah Optimis (1982): "Apakah kita akan menjadi yang berprinsip pokoknya kita hidup enak sekarang ini dan memasabodohkan perkara generasi yang akan datang? Itu yang sekarang dinamakan keadilan antargenerasional... Sudah tidak dianggap masalah. Penembakan gajah secara semena-mena, atau pembagian konsesi hutan di kalangan atas, menunjukkan bahwa kesadaran akan keadilan antar generasional sudah amat tipis dewasa ini..."

Kita bisa mengakut luput lantas insyaf tidak melakukannya lagi. Terimakasih Gus Dur atas wejangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun