Pusaka tombak kiai upas ini juga memiliki kelengkapan, yakni satu pragi gamelan pelok slendro yang diberi nama Kiai Djinggo Pengasih, dan satu kotak wayang purwo lengkap dengan kelirnya. Sedangkan tombak trisula menjadi pengiring yang tidak boleh dipisahkan dari pusaka tombak kiai upas.Â
Pusaka tombak kiai upas yang panjang bilahnya 35 cm dengan landean (kayu pegangan) sepanjang 4 meter ini bisa didapati di Dalem Kanjengan, Jalan Oerip Sumohardjo, Kepatihan, Kabupaten Tulungagung. Pada bilah bagian bawah, terdapat huruf arab bertuliskan Allah dan Muhammad.[2]Â
Nah, salah satu hal yang kerap ditunggu oleh masyarakat Tulungagung adalah berebut air bekas prosesi jamasan. Air ini dianggap memiliki berkah. Dan saya rasa laku seperti ini tidak harus dihadapkan menjadi lawan dengan agama, karena pada dasarnya, apa pun yang sudah dibalut dengan doa-doa tentu memiliki nilai berkah, begitu juga air bekas jamasan tombak kiai upas. Begitu.Â
Sumber:Â
Agus Ali Imron Al Akhyar, Mengunjungi Simbol-Simbol Sejarah Lokal Tulungagung (Yogyakarta:Mirra Buana Media, 2020)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/jamasan-pusaka-kanjeng-kyai-upas-pusaka-berbentuk-tombak/, diakses pada 10 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H