Mohon tunggu...
AS Riady
AS Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa di Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"4 Jalan Alternatif" agar Tulisanmu Dimuat Media

6 Juni 2020   13:22 Diperbarui: 6 Juni 2020   13:48 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi penulis memang tidak mudah. Banyak persaingan. Apalagi sebagai penulis pemula yang ingin hasil tulisannya dimuat dan dibaca banyak orang. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri. Belum lagi jika mendapat honor dari tulisan itu.

Memang menulis itu linier dengan membaca. Orang yang banyak membaca, biasanya gemar menulis, begitupun sebaliknya.

Ada juga orang yang pantang menyerah, tapi jarang membaca. Pedomannya sederhana, "seng penting menulis. Dimuat atau tidak, yang penting nulis dan dikirim." Ini agak berat, karena akumulasi nekat dan tidak punya bakat justru akan menjerumuskan kita pada tindakan yang membuang-buang waktu. Mbok ya o nulis status aja di media sosialmu, daripada capek-capek nulis tapi terus-menerur ditolak. Minimal dapat like. Lumayam.

Kemudian ada juga orang yang menulis dengan mengikuti kursus. Biasanya penulis semacam ini lebih ahli dalam hal teknis-teknis, namun agak payah ketika mengungkapkan gagasannya. Tapi itu tidak masalah. Karena bisa ditutupi dengan retorika dan kerapiannya menulis dari hasil kerja kerasnya mengikuti kursus menulis.

Nah, ada empat faktor yang 'biasanya' menjadi pertimbangan redaktur memuat hasil karya penulis pemula. Yuk simak!

Pertama, memiliki modal media sosial. Dalam arti punya lingkar pertemanan yang banyak dan luas, baik di facebook, twitter, dan instagram. Syukur-syukur kalau punya chanel youtube dengan subscribe jutaan.

Begini, kalau kita intip di bagian 'kontributor' website, biasanya sering mensyaratkan pengirim naskah untuk mencamtukan sosial media. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah kamu punya basis masa yang banyak atau hanya sedikit.

Semisal ada dua cerpen yang masuk dengan kualitas sama. Satunya punya penggemar ribuan, satunya hanya punya facebook itupun berteman dengan seratus orang. Maka redaktur akan memilih cerpen dengan penulis yang memiliki penggemar ribuan. Karena potensi dibaca dan kemungkinan viralnya lebih tinggi.

Kedua, berkenalan dengan redaktur dan tim website. Faktor kedua ini juga penting. Kamu tidak harus datang ke rumahnya kemudian memperkenalkan diri. Tidak perlu seperti itu.

Kamu cukup aktif berkomentar ketika redaktur update status. Dengan catatan, tidak terlalu sering (bisa buat bete') dan komennya tidak sara-saru. Dari koman-komen inilah, redaktur akan kenal dan mengintip profil media sosialmu. Silahkan dicoba dengan telaten!

Ketiga, naskah tidak salah alamat. Kalau ini kamu harus pandai-pandai mengunjungi banyak website dan membandingkannya. Misalnya kamu punya naskah resensi buku, maka tidak bisa dikirim ke mojok. Karena di mojok tidak ada kolom resensi buku. Begitupun laporan sepak bola, tidak bisa dikirim ke berdikari.

Atau misalnya kamu punya naskah yang nakal dan ngocol banget, maka bisa dikirim ke voxpop atau mojok, bukan di website-website keislaman seperti alif dan islami. Nah, mulailah berselancar!

Belakangan ini ada banyak sekali website baru bermunculan. dan semuanya memerlukan kontribusi tulisan darimu. Tapi masalah honor, tanya ke email websitenya langsung ya!

Keempat, konsisten dan berkarakter. Kalau ini kamu harus sering-sering berlatih menulis dan membaca sampai menemukan gayamu sendiri. Untuk menyiasatinya, kamu bisa memilih satu dua atau berapa dari sekian penulis keren di negeri ini.

Kalau kamu pengen menulis yang nakal dan ngocol, maka baca bukunya Iqbal Aji Daryono dan Agus Mulyadi. Kalau kamu senengnya kritik kemapanan, maka silahkan langsung baca bukunya Kalis Mardiasih. 

Kalau sukanya soal keislaman, ada nama Cak Nun, Kuntowijoyo, Gus Dur, dan lain-lain. Atau kamu sukanya tulisan yang bertenaga, maka bacalah buku-bukunya Muhidin M. Dahlan dan Pramodya Ananta Toer. Dan seterusnya. Kamu harus menemukan sendiri. Sesuai jalan ninjamu.

Itulah empat faktor yang biasanya menjadi pertimbangan redaktur memuat tulisanmu atau tidak. Nah, untuk saat ini kamu sudah memiliki yang mana? Atau jangan-jangan teman di media sosial sedikit, udah gitu tidak kenal redakturnya, tulisannya salah alamat terus, dan tidak konsisten? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun