Mohon tunggu...
Sugeng Klinsman
Sugeng Klinsman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Script Writter

Senang Menulis, dan sesekali Traveling, dan sering ngulik-ngulik barang-barang elektronik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pang Suma Patriot Dayak Ditakuti Serdadu Jepang

29 Juni 2022   10:20 Diperbarui: 29 Juni 2022   10:37 3181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Boombastic

Banyak yang mengetahui nama Gedung Olahraga (GOR) di Kota Pontianak, mereka biasanya menyebutnya "GOR PANGSUMA" namun banyak yang tidak mengetahui asal usul nama "PANGSUMA" bisa diabadikan sebagai nama Gedung olahraga di Ibukota Kalimantan Barat tersebut.

Sejarah Pangsuma

Pangsuma adalah seorang putera daerah yang berasal dari Suku Dayak, dari Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Mengenaik kehipan Pangsuma kecil hingga masa remaja tidak banyak yang tau tentang kehidupannya. Pangsuma dilahirkan di tepian Sungai Kapuas di Desa Baru Lombak, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau.


Pangsuma lahir dengan nama Bendera Bin Dulung, Bendera merupakan anak ketiga dari enam bersaudara diantaranya Pang Linggan, Pang Ranggon, Ndong Sege, Mak Wat, dan Mak Kerani. Bendera hidup dalam lingkungan petani Tradisional, dan masa kehidupan Bendera tidak mengenal agama.


Di Desa Nek Bindang Bendera dan bersama enam saudaranya hidup sederhana, tinggal dalam rumah berbahan dasar kayu, dan menyediri, maklum jarak antara rumah satu kerumah lainnya terbilang jauh. Kehidupannya pun dijalankan seperti anak-anak desa pada umumnya, bermain dan menikmati desa, Bendera dan anak seumurannya tidak merasakan sekolah, saat itu sekolah menjadi barang yang mahal buat masyarakat Nek Bindang.


Beberapa penuturan mengungkapkan Bendera tumbuh besar, perawakannya tinggi, sorot matanya tajam, gerak matanya liar sehingga cepat dan sigap menghamati sekitarnya, kepribadian bendera dituturkan sederhana dan ramah terhadap orang-orang yang dikenalnya, orang mengenal Bendera saat itu merupakan seorang pendekar yang berani dan berprinsip dalam kehidupannya.
Beranjak dewasa, Bendera dijodohkan orang tuanya dengan Gadis bernama Racah, tidak ada catatan yang menegaskan kapan dan dimana Bendera menikah. Setelah menikah, Bendera menjalani kehidupan sehari-harinya sebagai petani  tradisional.
Bertahun-tahun Bendera dan Racah berumahtangga, namun tak kunjungi dikarunai anak. Hasrat untuk mendapatkan anak membuat Bendera dan Racah bersepaham untuk mengadopsi anak. Dan seorang keluarga Bendera bersedia anaknya di adopsi Bendera, dan saat itu usia anak yang di adops masih tujuh bulan.


Anak pasangan Bendera dan Racah tumbuh besar, hadir kebahagiaan tersendiri bagi pasangan ini, rasa kasih sayang tercurah penuh untuk anak mereka. Perlu di ketahui berdasarkan keterangan tokoh-tokoh tua meliua mengakui nama Pangsuma itu diambil dari Pang itu panggilan kesayangan untuk anak, dan Suma  nama anaknya,dan kebiasaan orang-orang memanggil pria dewasa lelaki dengan sebutan nama anaknya, jadilah panggilan itu Pangsuma.

Perjuangan Pang Suma

Latar belakang, Pangsuma mengusir jepang dari daerahnya diawali masuknya perusahaan kayu Sumitomo di Sungai Posong Sungai Embuan. Perusahaan Sumitomo memaksa masyarakat kampung maupun pendatang untuk bekerja diperusahaan tanpa menerima upah, makian, siksaan, selalu didapat para pekerja diperusahaan tersebut. Jepang tidak memperdulikan kondisi pekerja, semua dipaksa bekerja dalam kondisi apapun.


Keadaan itu membuat kehidupan masyarakat menjadi sengsara. Tanah ladang yang selama ini mereka garap sudah menjadi hutan belantara, perekonomian masyarakat memburuk, perbudakan merajalela selama Jepang berkuasa disana.
Berpijak pada penderitaan yang dialami masyarakat Dayak saat itu, masyarakat Dayak sudah tidak sabar lagi untuk melakukan perlawanan, meskipun dengan peralatan seadanya. Beberapa orang Jepang berhasil dibunuh, seperti Osaki dan Sui Sigisang yang terbunuh pada peristiwa Sekucing Labai dan Peristiwa Gempar Pulau Jambu. Kemantian petinggi Jepang itu membakitkan gelora masyarakat Dayak berjuang melawan Jepang. Begitu juga dengan Tentara Jepang, mereka mengirimkan pasukan ke Kunyil untuk membumihanguskan daerah tersebut, namun 30 tokoh pejuang ada yang dipmpin Pang Dolong dan dibantu lima panglimanya, yakni Pang Suma, Pang Linggan, Pang Dosi, Sonya dan Pang Iyo selaku Panglima burung berangkat ke kunyil untuk menyerang Jepang.
Dalam pertempuran itu Pang Suma berhasil membunuh Yamamoto dengan memenggal kepalanya. Tewasnya jepang itu, Pangsuma Sadar bahwa Jepang akan kembali menyerang mereka dengan kekuatan yang lebih besar, melihat hall itu, 24 juni 1945 Pang Suma dan rombongan bersenjatakan mandau, parang, sumpit, dan senapang lantak memasuki Meliau dan berhasil menduduki perbekalan Jepang di Kantor Camat.


Namun kekuatan Jepang memaksa Pangsuma mundur, terlebih bala tentara jepang mendapatkan bantuan Pontianak dan Tayan. Dalam pertempuran itu, satu anak buah Pang Suma gugur. Melihat kondisi tidak seimbang, Pang Suma memutuskan untuk mundur. Untuk beberapa waktu kemudian.

Pangsuma Melawan Jepang

Semasa pendudukan Jepang Kalimantan, Pangsuma  menjadi salah satu pimpinan perjuangan mengusir penjajahan Jepan, tercatat 15 Juli 1945 dengan menggunakan sampan dan ditemani delapan temannya yakni, Pang Linggan, Pang Ratih, Pang Mela, Pang Sayu,Pariman, Nuli, Pang  Tanggap, dan Panglima A. Timbang mereka berangkat dari Balai Tinggi menuju Meliau, perlu waktu dua hari menyusur sungai Pang Suma dan temannya sampai ke Meliau. Pasukan pmpinan Pang Suam berhasil mengepung Kantor Gonco Meliau (kantor Camat), Pang Suma mengepung kantor itu dari segala arah, namun lama ditunggu tanda keberadaan pasukan Jepang dikantor tersebut tidak ada.


Namun tanpa diduga-duga pasukan Pangsuma diserang pasukan pribumi yang sebelumnya telah dipersenjatai tentara Jepang. Keadaan semakin memangkitkan  semangat perjuangan Pang Suma, dia berteriak bersemangat meminta pasukannya menyerang tentara jepang.


Disini juga Pang Suma mengakhiri hidupnya, peluru berhasil besarang ditubuhnya, sebuah tembakan dari arah sema-semak tepat bersarang didada Pangsuma. Semangat membara membuat sakit pelurut itu tidak dirasakan Pang Suma, dia terus berteriak dan melawan sebelum akhirnya terjungkal ketanah terluka parah.


Melihat kejadian itu, Apae keponakannya berusaha memberi pertolongan, apa daya peluru dari semak-semak datang dan menghantam Apae, dia jatuh seketika tanpa sempat menolong pamanya yang sudah terbaring ditanah, Apae tewas seketika. Disaat bersamaan Pang Linggan juga turut tewas ditebus peluru Jepang, karena tkehabisan darah,Pangsuma pun gugur bersama Apae dan Pang Linggan, monumen makan pertama Pang Suma hingga kini masih bisa dilihat.
Berdasarkan kesepahaman antara pihak keluarga dan pemerintah, makam Pang Suma kemudian dipindahkan ke Kota Meliau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun