Namun tanpa diduga-duga pasukan Pangsuma diserang pasukan pribumi yang sebelumnya telah dipersenjatai tentara Jepang. Keadaan semakin memangkitkan  semangat perjuangan Pang Suma, dia berteriak bersemangat meminta pasukannya menyerang tentara jepang.
Disini juga Pang Suma mengakhiri hidupnya, peluru berhasil besarang ditubuhnya, sebuah tembakan dari arah sema-semak tepat bersarang didada Pangsuma. Semangat membara membuat sakit pelurut itu tidak dirasakan Pang Suma, dia terus berteriak dan melawan sebelum akhirnya terjungkal ketanah terluka parah.
Melihat kejadian itu, Apae keponakannya berusaha memberi pertolongan, apa daya peluru dari semak-semak datang dan menghantam Apae, dia jatuh seketika tanpa sempat menolong pamanya yang sudah terbaring ditanah, Apae tewas seketika. Disaat bersamaan Pang Linggan juga turut tewas ditebus peluru Jepang, karena tkehabisan darah,Pangsuma pun gugur bersama Apae dan Pang Linggan, monumen makan pertama Pang Suma hingga kini masih bisa dilihat.
Berdasarkan kesepahaman antara pihak keluarga dan pemerintah, makam Pang Suma kemudian dipindahkan ke Kota Meliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H