Pada saat mudik lebaran kemarin selain berkesempatan untuk bertemu dengan sanak saudara tentunya hal yang satu ini sulit untuk dilewatkan , yaitu wisata kuliner. Mencari tempat kuliner enak dikota asal sembari bernostalgia dan bercerita pada keluarga kita anak dan istri .., disini lho dulu papa suka makan ini dan itu.
Satu hal lagi geliat yang perlu di cermati bahwa masyarakat telah lebih sadar wisata . hal ini terlihat bahwa pada hari H lebaran pun mereka tetap buka seakan akan memang sengaja untuk melayani para rantauers jangan sampai sudah jauh jauh mudik dan mendapati warung atau rumah makan langganannya tutup .
Baiklah langsung saja liputannya dimulai dari yang paling deket rumah dulu karena bisa ditempuh dengan jalan kaki saja.
1. Gado gado Pak Yu
Nama lengkapnya Pak Yuwono , orangnya ramah usia sudah diatas 60 an saya rasa, karena beliau telah berjualan Gado gado dan menjadi langganan sejak Bapak saya masih bujangan Nah lho , dulu Pak Yu jualan gado gado menggunakan gerobak keliling tetapi sekarang sudah menetap di Jl Sultan Agung , tepatnya di samping Rumah Bp Ir Soekarno yang sekarang dijadikan museum .
Gado gado Pak yu terdiri dari lontong kemudian diirisi gorengan tahu , kentang rebus sayur sayuran seperti toge dan slada kemudian disiram dengan kuah gado gado , Nah disini yag membedakan kuah gado2 Pak Yu dengan yang lain , kuah gado 2 Pak Yu terasa lebih ringan dan segar dan agak mirip dengan kuah sate padang tetapi lebih ringan.
Saking larisnya gado gado Pak Yu yang biasa buka pukul 10 tetapi sudah habis menjelang jam 12 siang karena biasanya langganan lebih banyak membeli dengan membawa pulang , banyak langganan karyawan atau PNS disekitar jl sultan agung.
2. Soto Sor SerI
Pengertian sor seri sebenarnya dari bahasa jawa dibawah pohon seri karena memang ada tegak pohon seri di depan warungnya itu . Dulu dilokasi yang sekarang warung soto ini adalah warung kaki lima biasa tetapi sekarang sudah dibuatkan bangunan permanen .Warung ini terletak di persimpangan jl kelud kota Blitar tentunya berdekatan dengan warung soto Bok Ireng yang legendaris itu tapi lidah saya lebih cocok dengan warung soto yang ini.
Diwarung ini kita soto hanya spesialis soto ayam kampung disajikan dalam mangkok kecil , yang kalau saya tak cukup hanya satu mangkok , minimal 2 mangkok baru terasa nyangkut di perut . Disajikan hangat dalam mangkok gurihnya kuah soto memang terasa mantap dan jujur saja rasa soto ini belum pernah saya jumpai di perantauan sana .
Tetapi kalau beli disini makannya harus agak cepet cepet karena pelanggan dibelakang sudah berdiri menunggu.
3. Garang Asem Bu Eko
Kalau yang ini kelasnya sudah rumah makan karena memang bangunannya merupakan bangunan permanen terletak di Jl Raya Pare kediri , di buat dengan design Jawa kental dan masih relatif bangunan baru karena memang masih sekitar beberapa bulan dibuka.
Memasuki rumah makan ini bagian depan seperti bangunan model Joglo bernuansa coklat kayu dengan meja makan dari kayu utuh , bagian belakang berupa lesehan . Dilengkapi dengan mushola dan toilet yang sangat bersih. Di depan lokasi lesehan dilengkapi dengan taman taman sehingga pada saat makan terasa sangat nyaman , Pelayannya sangat ramah dengan seragam batiknya .
Menu andalan dari Rumah makan Bu Eko ini tentu saja Garang asem yang bisa kita pilih mau garang asem Ayam kampung atau beberapa pilihan ikan , tetapi ada juga pilihan menu lainnya seperti ayam goreng , bebek dll.
Saya mencoba Garang asem ayam kampung yang setelah dipesan tak menunggu lama sudah langsung datang. Disajikan dalam bungkus daun pisang setelah dibuka nampak sepotong ayam kampung dalam kuah garang asem dan nampak irisan blimbing wuluh . Setelah mencicipinya memang terasa kuah santan ringan dan rasa sedikit kecut yang pas memang juara .
4. Blendhi
Kalau kuliner yang satu ini sebenarnya adalah masakan jaman nenek nenek kita dahulu tetapi sekarang di munculkan lagi karena memang mungkin banyak yang mencari , tetapi kuliner ini untuk lidah anak anak sekarang sudah tak cocok lagi karena rasanya yang memang unik dan penampilannya yang “kumuh”.
Masakan ini sudah sangat jarang dijumpai kalaupun ada harus dipesan dahulu pada orang orang tertentu. Masakan ini dibuat dari Nangka muda atau tewel dalam bahasa jawa ,yang dimasak sangat lama dengan bumbu bumbu tertentu dan juga dilengkapi dengan daging sapi atau ayam dan yang khas dengan tingkat kepedasannya diatas rata-rata. Bedanya dengan gudeg kalau gudeheg biasanya kering dan rasanya lebih manis ,kalau blendhi masih ada kuahnya gurih pekat pedas dan isiannya berupa daging langsung sudah ikut dimasak disitu.
Masakan ini sekarang bisa dijumpai di samping kantor telkom Blitar bagi yang menyukai masakan tempoe doeloe
[caption caption="penampakan blendhi"]
5. Es Pleret
Waktu masih sekolah SMP pulang sekolah atau selepas Olah Raga sering mampir membeli es pleret dari Bapak penjual es pleret di Kebon Rojo Blitar . Kemarin setelah sekian puluh tahun rupanya beliau masih berjualan disitu . Masya Allah ..., tetapi pembelinya kalau dulu adalah anak anak sekolah tetapi kemarin yang saya lihat sudah Bapak bapak yang mungkin pelanggannya waktu masih sekolah dulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H