Mohon tunggu...
Sugar Rolays
Sugar Rolays Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang yang pasti kaya hati dan harta namun tetap bersahaja. Karena hidup adalah limpahan rahmat, kesyukuran dan penuh manfaat.\r\nhttp://rolays.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kematian Sang Naga Terakhir

24 November 2012   19:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang wanita Yahudi berkerudung hitam meminta bantuannya untuk membawakan sebuah tas sambil membisikinya dengan sebuah pesan. Entah apa isi tas itu. Tanpa curiga lelaki tua mengiyakan. Hingga akhirnya, sekawanan lelaki cepak, tepatnya 5 orang, meneriaki dan bermaksud meringkusnya. Rupanya ia tak sadar telah dibuntuti sedari tadi. Karena bingung dan panik, ia pun lari sekuat tenaga membawa tubuh ringkihnya. Kelima lelaki itupun mengejar tak mau kehilangan buruan. Apa yang sebenarnya terjadi? Kejadian ini berkelebat begitu cepat tanpa memberinya kesempatan untuk berpikir panjang.Yang ada di hatinya hanya berlari dan berlari menyelamatkan diri. Biarlah ia berusaha menyelamatkan diri semampunya, selebihnya ia berserah pada Elohim(3). Bukankah selama ini ia begitu setia hanya mengagungkan Tuhannya Musa itu? Elohim... Elohiimm...

Tiba-tiba, doorr....doooorrr....

Beberapa tembakan terdengar di belakang pak tua. Ia sempat melirik ketika 4 orang pengejarnya jatuh terjerembab bersimbah darah. Satu yang masih selamat ternyata tak mengurungkan niat untuk tetap mengejar. Dalam kalut, pak tua melompati sebuah parit kering berbatu. Kaki tuanya yang lemah ternyata tak mampu menjaga keseimbangan hingga tubuh ringkih itu jatuh ke dalam parit. Kepalanya membentur batu, dan saat itu juga ribuan kunang-kunang menyabotase kesadarannya. Lelaki tua itu pingsan.

*********

Dan kenapa pula ia bisa ada di dalam gubuk ini ? Siapa yang menyelamatkan nyawanya ? Oh, Elohim... terima kasih Kau berkenan menyelamatkanku dan masih memberi aku kesempatan untuk hidup.

"Tob shebe goyyim harog(4). Apa kau mau bernasib sama dengan bangsa kafir itu, pak tua. Lihatlah penduduk Gaza yang kini meregang nyawa. Itulah balasan setimpal buat penentang bangsa hebat seperti kita. Dan kamu, syetan apa yang merasukimu hingga mau-maunya masuk ke dalam agama mereka? Dapat apa kau dari si kafir Joseph Cohen?" Dugh!! Sebuah tendangan di dadanya tak ayal membuat lelaki tua itu mengaduh. Sejatinya ia mengenal Joseph Cohen sebagai lelaki santun dan penuh semangat. Ia selalu didakwahi tentang ajaran kebenaran yang dibawa Muhammad. Ah... bukankah sejak kanak-kanak ia sudah didoktrin untuk membenci lelaki bernama Muhammad beserta agama yang dibawanya? Walau kini masih memeluk Yahudi, namun dari pemikiran-pemikiran Joseph Cohen-lah ia bisa melihat sudut pandang lain dari kebenaran sejati, Islam.

"Cepat katakan dimana kau simpan dokumen-dokumen itu, bodoh! Atau..."

"Dooorrr....!!!" Sebuah peluru menembus paha. Darah mengucur membasahi celana militer si rambut cepak. Matanya mendelik sedang tubuhnya menggelepar kesakitan. Lelaki tua beringsut ke belakang. Tubuhnya rata dengan dinding bata.

"Atau... atau apa penjahat! Perih di bibir lelaki tua ini tak ada apa-apanya dibanding kepedihan saudara-saudara kami di Gaza. Saya memang terlahir sebagai Yahudi. Namun jiwa saya adalah muslim sejati. Tiada yang lebih saya cintai dibanding kecintaan saya kepada saudara muslim saya, terutama muslim Gaza yang dibantai tanpa alasan. Maka bertobatlah kau. Masih ada kesempatan. Agama ini, Yahudi, mengajarkan kasih sayang. Elohim melalui Taurat nya Musa yang mengajarkan itu."

Lima orang berdiri gagah di ujung pintu sambil masing-masing menenteng sebuah senjata rakitan.Tiga lelaki dan dua perempuan berkerudung. Seorang yang baru saja bicara ia kenal dengan baik. Ya, dialah wanita penitip tas di pasar Gaza!

"Kalian akan menyesal. Penghianat Talmut akan berhadapan dengan kematian menyakitkan. Brigade Kfir(5) tak akan tinggal diam dalam hal ini. Kalianlah yang harus bertobat, penghianat!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun