"Apakah partai Islam itu hanya terjun di momen-momen pemilu ?" Aku tegaskan: "Tidak. Partai Islam yang selalu konsen untuk terjun melakukan pelayanan, itu ada".
Terus... Apanya yang kurang? Aha.. pertanyaan cerdas, kawan. Itulah yang harus kita gali lebih dalam.
Urgensi Fokus Kepada Visi
"Seorang yang besar itu, yang cita-citanya jauh mendahului langkah kakinya" demikian kata seorang tokoh partai Islam. Itu benar. Namun, kadang ketergesaan dalam mewujudkan cita-cita/visi bisa menumbuhkan manuver-manuver yang justru dapat menjadi bumerang. Dalam hal ini bumerang bagi perkembangan partai Islam itu sendiri.
"Langkah-langkah pragmatis adalah jalan tol untuk mendongkrak dukungan rakyat" itulah salah satu ranjau pemikiran yang kalau tak hati-hati menggunakannya akan menjadi penjegal langkah sendiri.
Disinilah peran seorang pemimpin bijak diharapkan mampu untuk membawa gerbong partai untuk tetap bersabar berada dalam relnya. Kehati-hatian sang bijak, akan menyelamatkan gerbong sekaligus penumpangnya. Pun tak akan melukai siapapun di luar gerbong itu.
Ya, si pemimpin bijak akan berusaha mati-matian mengkawal visi dan tak akan membiarkan misi yang menujunya bergeser dari relnya. Kalo tidak, bencana kekalahan yang diprediksikan oleh lembaga survey dan pengamat itu bisa saja menjadi kenyataan.
Belum terlambat buat partai-partai Islam untuk membenahi strategi politiknya, dari melayani syahwat ambisi kepada melayani rakyat sepenuh hati. Visi yang besar harus dilakukan dengan misi yang benar. Camkan ini!
Sugar Rolays
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H