Mohon tunggu...
Yogi Suwarno
Yogi Suwarno Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A random Indonesian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Malunya Menukar Rupiah di Inggris

4 November 2014   03:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:45 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14150224081965948999

Bagi saya mata uang adalah salah satu identitas nasional. Ini menjadi cara orang mengenali kita berasal dari negara mana. Sejak kecil kita sudah mengenal dan belajar untuk mencintai mata uang kita, yaitu Rupiah. Dalam benak saya waktu kecil dulu, Rupiah selalu disanding-sandingkan dengan Dollar Amerika, yang tentunya sudah menjadi mata uang jangkar dunia saat itu. Memandang Dollar seperti memandang superhero di film-film animasi, sesuatu yang sangat kuat dan mengagumkan. Tapi saya waktu itu juga selalu membandingkan Rupiah sebagai hero kecil saya dari Indonesia. Ketika anak-anak menikmati kegesitan Superman atau Spiderman dalam kisah heroiknya, maka saya (dan mungkin beberapa anak Indonesia lainnya) menghibur diri dengan mengagungkan Gatotkaca dan Gundala.

Kembali ke Rupiah. Seingat saya waktu SD kelas 4, sekitar tahun 1984-an, saya diberi uang jajan sebesar Rp. 75,-. Saat itu terbilang kecil, karena hanya cukup untuk membeli bubur ayam seharga Rp. 50 dan sisanya Rp. 25 saya tabung. Memegang uang pecahan Rp. 100 adalah sebuah kemewahan, apalagi pecahan Rp. 1000. Entah berapa harga beras atau emas saat itu. Yang jelas poin yang ingin saya sampaikan, harga Rupiah sangat berharga. Padahal itu pastinya sudah didera inflasi beberapa kali, sejak pertama kali Rupiah diperkenalkan di republik ini.

Ingatan saya juga kembali ke momentum sebelum reformasi, dimana Rupiah sudah berada di kisaran Rp 2500 per Dollar nya. Angka nol yang berderet ini mulai membuat dahi saya mengernyit. Pelan tapi pasti kok Rupiah ini semakin kaya dengan nol ya. Sampai momentum krisis itu tiba, di mana Rupiah tiba-tiba jatuh bebas ke jurang dalam dengan harga Rp. 10,000 - 15,000-an. Sebuah masa yang sangat gelap di mana Rupiah seakan tidak berharga sama sekali,

Krisis demi krisis terus mendera. Walaupun pakar ekonomi meyakinkan kita bahwa nilai tukar mata uang bukan indikator utama ekonomi, tapi Rupiah seakan terus terpuruk, tidak menemukan momentum untuk bangkit. Selama periode ekonomi stabil dari 2000-an sampai 2012-an Rupiah selalu berkisar diantara Rp. 10,000 an per Dollar nya. Oke lah stabilitas nilai tukar ini memang menjadi kunci keberhasilan ekonomi kita. Tapi beranjak masuk tahun 2013-2014, Rupiah kembali terperosok, dan seperti biasa, kalau sudah terperosok, susah untuk kembali. Kini dia bertengger di kisaran Rp. 15,000 an per Dollar.

Ceritanya menjadi lain kalau kita sedang dan berencana bepergian ke luar negeri. Saya yang sedang dalam tugas di Inggris sejak 2011 s.d. saat ini, merasakan betul perubahan nilai tukar ini. Rupiah dalam mata uang Poundsterling pada saat saya berangkat ke Inggris diasumsikan dikisaran harga Rp 15,000-an, kini bertengger di angka setidaknya Rp 20,000!! Ketika teman satu ruangan bertanya masalah mata uang Indonesia, dengan senyum kecut dan penuh malu saya bilang, saya tidak terlalu menghitung berapa harganya. Padahal yang bikin saya malu karena deretan angka nolnya yang begitu panjang. Perlu diketahui, nilai mata uang kita itu yang terrendah kedua setelah mata uang Vietnam. Walaupun sebelumnya ada rekor mata uang Dollar Zimbabwe yang sampai ber milyar-milyar per Dollarnya.

[caption id="attachment_332852" align="aligncenter" width="640" caption="Mata uang yang paling dikenal di banyak Money Changer di London, seperti RM Malaysia dan Dollar Singapura berderet dengan mata uang dunia lainnya (foto dokumen sendiri)"][/caption]

Tentu kita tidak mau suatu saat mata uang kita harus di"kilo" per Dollarnya. Tentu kita juga tidak mau diolok-olok oleh bangsa lain akibat terlalu murahnya nilai Rupiah kita. Mata uang tetangga kita seperti Malaysia, Singapura dan Thailand begitu laku dijajakan di luar. Sementara Rupiah, barangkali tidak banyak yang mengenal. Saya bukan ahli ekonomi, tapi saya yakin bapak-bapak yang berada di otoritas moneter berpikir hal yang sama. Kapan nih merevitalisasi Rupiah, meremajakannya, dan membuatnya menjadi mata uang berharga. Saya kira dengan mahalnya nilai tukar Rupiah (nantinya) akan membuat harga diri bangsa juga turut terkerek naik. Kadang saya bercanda dengan teman, sekarang Rupiah berapa kilo per satu Dollarnya?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun