Mohon tunggu...
suga adiswara
suga adiswara Mohon Tunggu... -

kumpulan serpih2 aksara, yang tercerai dari badai kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sekelebat Cerita Tentang Khasiat PROMAG

7 Agustus 2011   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:00 3953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah malam, ku terjaga dari mimpi. Lemas terasa di sekujur tubuh,membuatku tak mampu segera beranjak dari pembaringan. Setelah mengumpulkan sisa-sisa tenaga, kuraih segelas air di atas meja. Agak lega juga, setelah tenggorokan basah.

Tapi sejenak kemudian, lambung langsung berasa perih. Rasa sakit yang teramat sangat sontak menjalar ke sekujur tubuh. Punggung terasa kaku dan ngilu. Untuk beberapa lama ku hanya bisa diam; mencoba mencerna penyakit apa yang tengah menyerang tubuh ini. Radang tulang, reumatik atau apa lagi…?!

Lambat-lambat ku teringat, kalau seharian ini belum makan. Mungkin saja aku terkena penyakit maag, penyakit yang biasa menyapaku belakangan ini. Kebiasaan menunda-nunda waktu makan membuat lambungku serasa ditabuh berkali-kali. Pedihnya seperti tusukan duri…

Kutelan obat mag yang biasa kukonsumsi. Lalu perlahan bangkit, keluar kamar kos. Di warung sebelah, ku hendak memesan rawon, makanan favoritku. Baru sadar, hari sudah terlalu larut. Warung itu sudah tutup. Di warung-warung sebelahnya, hanya ada tersedia mie-mie instan. Mau tak mau kupesan satu, sekedar mengganjal lambung yang kosong dan berasa makin perih.

Baru suapan pertama, rasa sakit makin melilit. Lambungku sepertinya tak menghendaki makanan yang tersodor padanya. Ia seperti memberontak. Tapi aku tak peduli. Kujejalkan lagi mie instan itu. Lagi dan lagi. Hingga semangkuk habis tak bersisa. Setelahnya aku bergegas pulang. Baru saja melangkah ke kamar, perut kembali mual dan kaku. Lambung seperti mengembang. Lalu memuntahkan semua yang baru dicernanya. Setelah puas muntah-muntah, tubuh berasa lemas. Kepala juga mulai nyut-nyutan.

Untuk beberapa lama ku berdiam diri, berharap segalanya membaik. Kusandarkan kepala pada bantal, berharap mimpi segera terpintal. Dengan begitu, rasa sakitakan sirna dengan sendirinya. Hampir saja lelap mendekapku, kala mendapati lambung berasa perih. Kucoba mengacuhkannya, tapi makin lama kesakitan itu makin menjadi. Tenggorokanku seperti tercekat, punggungku juga makin ngilu.

“Rupanya obat maag yang biasanya sudah tak mempan lagi,”gumamku dalam hati, sambil menahan perih. Setengah jam kemudian, setelah rasa sakit tak kunjung reda, kukeluarkan motor. Pelan-pelan, kususuri jalanan Gebang Wetan dan Kertajaya, mencari apotik yang masih buka.

Begitu melihat Rumah Sakit Asrama Haji Surabaya,timbul niat untuk masuk ke dalamnya, mengobati maag akut yang menjalari lambung yang sudah tak tertahankan lagi. Kubatalkan niat tersebut ketika melihat ada satu warung yang masih buka. Ku masuk ke dalamnya dan memesan nasi rawon.

Sang penjual yang tadinya tidur, lalu menyodorkan nasi tersebut dengan raut muka yang masih terkantuk-kantuk. Ia agak heran mendapati caraku makan sendok demi sendok dengan jeda yang cukup lama. Apalagi kepalaku tersandar di meja dengan mata terpejam.

“Sakit, yah?” tanyanya.

Aku mengangguk pelan. “Setengah jam lagi, kalau saya masih begini, tolong bawa saya ke RS depan yah, pak!”Pintaku padanya, sembari meringis menahan sakit.

“Emangnya sakit apa?”terdengar ia bertanya lagi.

“Entah yah. Tapi sepertinya maag. Sakit kepala juga!”

“Udah minum obat maag?”

Kujelaskan padanya kalau dua butir obat maag sudah kutelan. Biasanya obat itu manjur. Tapi entah kenapa, kali ini tidak lagi.

“Kalau gitu, cobalah obat ini,”serunya.

Kupicingkan mata. Samar-samar terlihat butiran hijau tersodor padaku.

“Minumlah PROMAG ini.”tegasnya lagi. “Banyak yang sudah merasakan khasiatnya. Moga-moga adek juga bisa sembuh.”

Tanpa banyak bicara, kukunyah PROMAG tersebut. Lalu kulanjutkan makan lagi. Sendok demi sendok. Dengan kepala tetap tersandar di meja. Dengan mata memejam sebagaimana sebelumnya.

Lalu, suara Adzan membuatku terjaga. Begitu membuka mata, kudapati diri duduk meringkuk di sebuah warung asing. Di seberangku, terlihat sang penjual yang masih lelap di alam mimpi. Setelah kesadaran terkumpul seluruhnya, barulah  benar-benar kuingat apa yang sesungguhnya terjadi. Rasa gembira sontak memenuhi ruang jiwa, manakala mendapati lambungku yang sudah normal kembali. Tak ada lagi rasa mual dan perih yang menyiksa sebagaimana sebelumnya. Segera kubangunkan pemilik warung, untuk mengucapkan terima kasih.

Aku sangat bersyukur PROMAG membuatku terbebas dari serangan maag!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun