Pada suatu pigura di beranda rumah
Seperti udara di ujung lapis
Yang berseru dari kerongkong tuan tuberkulosis
Seorang anak bertanya
Dengan bingung di pundaknya
"Yah, siapa saja yang sembunyi di balik pigura beranda rumah kita?"
Sang ayah terperanjat dari kantuknya
Sang ayah mulai merapihkan kata untuk tutur
Menjaga mata agar tak dilahap tidur
"Mereka para pahlawan kita nak
Mereka yang rela di hancur rodi dan romusha
Lalu mengemas derita dalam doa"
Mata sang anak berbinar cahaya
Tanya di kepalanya menyala tanpa rima
"Wah, mereka hebat sekali yah
Tapi adakah yang lebih hebat dari mereka?"
Sang ayah menghela nafas dalam-dalam
Sedalam prasangka bintang pada gelap malam
"Ibu
Ibu yang selalu terjaga lebih dulu
Dan membangunkan pagi buta di tidurmu
Ibu yang rela berpatah-patah tulang
Untukmu yang diharap tak mengekang"
Hati sang anak disentuh kata-kata
Sepasang matanya basah tak terkira
-di beranda rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H