Mohon tunggu...
Sufyan Syafiq R
Sufyan Syafiq R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG PRAJABATAN

PPG Prajabatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2021: Problematika Pembelajaran Daring dari Perspektif Guru, Orangtua dan Siswa

31 Juli 2021   21:05 Diperbarui: 31 Juli 2021   21:12 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perspektif Guru, Orang tua dan Siswa SDN 1 Padaherang Mengenai Pembelajaran Daring yang Dilaksanakan Kembali pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2021-2022. Kegiatan KKN Tematik Membangun Desa Melalui Bidang Pendidikan dan Ekonomi (MBDPE-MBKM) 2021

Belajar merupakan sebuah proses dan kegiatan baik disengaja maupun tidak yang mengarah pada pengembangan sikap, pengetahuan baru, maupun keterampilan melalui berbagai sumber belajar dan berlaku dalam waktu yang relatif lama, yakni mulai dari individu itu lahir sampai meninggal. Belajar erat kaitannya dengan namanya pembelajaran. 

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 103 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran, pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga dan masyarakat. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada individu yang disini adalah siswa untuk bisa menggali dan mengembangakan potensi yang ada pada dirinya dibantu dengan beberapa aspek yang harus saling bersinergi antara sekolah, keluarga/orang tua dan masyarakat.

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan sejak saat itu semua orang waspada akan menyebarnya virus tersebut secara masif di Indonesia. Oleh karena itu, semua bidang yang salah satunya yaitu bidang pendidikan mulai diberlakukan pembatasan atau bahkan penonaktifan aktivitas secara total. Penonaktifan aktivitas disini tidaklah 100% berhenti, melaikan berganti metode menjadi online atau daring.

Kemendikbud langsung bertindak dan mengambil kebijakan bahwa pada tanggal 15 Maret 2020 semua tenaga pendidik dan siswa mulai mempersiapkan pembelajaran secara daring yang akan dimulai pada tanggal 16 Maret 2020. Pembelajaran daring yang pada saat itu merupakan hal baru dan kebanyakan orang masih belum tau atau bahkan belum pernah melakukan pembelajaran daring sehingga kebanyakan orang kaget mendengar kebijakan seperti itu

Pemerintah tidak lepas begitu saja dalam memutuskan sebuah kebijakan. Bantuan demi bantuan diberikan oleh Kemendikbud yang ditujukan bagi siswa, guru, mahasiswa dan juga dosen yakni berupa pembagian kuota yang telah mereka daftarkan. Selain bantuan kuota, pemerintah juga memberikan bantuan berupa uang secara tidak langsung misalnya potongan UKT, SPP dll. Selain pemerintah juga, banyak pihak swasta  yang memberikan bantuan berupa beasiswa-beasiswa yang sedang ramai saat ini.

Terlepas dari banyaknya bantuan dari berbagai pihak, pembelajaran daring tidaklah semulus yang diharapkan banyak pihak, salah satunya yaitu pihak sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru di SDN 1 Padaherang, pihak sekolah sudahlah sangat siap melakukan pembelajaran daring baik dalam aspek fasilitas yakni adanya WiFi di sekolah maupun aspek pengajar yang disini guru sudah mampu mengoperasikan aplikasi yang menunjang pembelajaran secara daring seperti Zoom, Google Meet, Google Classroom, Google Form dll. Tetapi, dari pihak siswa dan orang tua dalam mengoperasikan aplikasi penunjang pembelajaran daring tidaklah dikuasai semua. Misalnya masih banyaknya siswa yang mengumpulkan tugas melalui WhatsApp ke gurunya masing-masing, tetepi seharusnyarnya untuk pengumpulan tugas melalui Google Classroom sebagai aplikasi yang lebih efektif dalam kegiatan evaluasi.

Pihak orang tua dan siswa juga memiliki kegelisahan terhadap metode pembelajaran daring ini. Berdasarkan kuisoner yang disebarkan kepada orang tua siswa, mereka menganggap bahwa yang menjadi kendala atau hambatan selama pembelajaran daring yakni fasilitas yang kurang memadai seperti kuota, HP dan juga jaringan yang buruk. Hal tersebut merupakan penghambat yang sangat fatal karena akan sangat mempengaruhi siswa apabila pembelajaran daring berlangsung misalnya seperti kuota yang tidak ada, HP yang memiliki spesifikasi rendah dan sinyal yang buruk sehingga memperlambat proses pembelajaran. Para orang tua juga mengeluh karena banyak materi yang tidak ia mengerti sehingga dalam pendampingan pengerjaan tugas, orang tua terkadang kebingungan. 

Harapan orang tua serta guru untuk pembelajaran kedepannya sangatlah kompak, mereka ingin menginginkan pembelajaran secara luring saja. Beberapa alasannya dikarenakan untuk siswa SD kelas rendah tergolong sulit membiasakan pembelajaran daring secara synchronous atau waktu yang bersamaan. Sedangkan untuk kelas tinggi sudah mulai dibiasakan secara synchronous menggunakan Google Meet karena pembelajaran daring bukanlah hal baru karena telah dilakukan setahun sebelumnya. Dan apabila pandemi di Indonesia khususnya di kabupaten Pangandaran belum ada penurunan, maka memang pembelajaran daring adalah jalan yang terbaik agar pembelajaran tetap terlaksana.

Penulis: Sufyan Syafiq Rahmatullah

DPL: Dwi Alia., M.Pd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun