Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Insinyur - Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Big Data dan Moderasi Beragama: Deteksi, Analisis, dan Respon Ekstremisme di Ruang Digital

6 November 2024   14:30 Diperbarui: 6 November 2024   16:05 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkaca dari realitas sosial beberapa tahun terakhir, adalah fakta yang tidak terbantahkan, bahwa moderasi beragama adalah pendekatan yang penting dan paling sukses dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di masyarakat yang multikultural. Dalam konteks Indonesia, di mana terdapat keragaman agama dan budaya, moderasi beragama menjadi "mantra sakti"untuk mencegah konflik yang dapat muncul akibat perbedaan keyakinan. 

Namun, di era digital  saat ini, tantangan terhadap moderasi beragama semakin kompleks dengan maraknya penyebaran ideologi ekstrem melalui platform digital. Ekstremisme, yang sering kali dipicu oleh informasi yang tidak akurat atau narasi radikal, telah menjadi isu global yang memerlukan perhatian serius. 

Dalam hal ini, big data muncul sebagai alat alternatif yang dapat digunakan untuk mendeteksi dan menganalisis ekstremisme, serta meresponsnya dengan cara yang lebih efektif. Tulisan ini berusaha mengelaborasi dan membahas bagaimana big data dapat berkontribusi pada moderasi beragama melalui proses deteksi, analisis, dan respons terhadap ekstremisme di ruang digital.

Big Data dan Isu Moderasi
Big data didefinisikan sebagai kumpulan data yang sangat besar dan kompleks, yang tidak dapat dikelola menggunakan metode pengolahan data tradisional (IBM, 2021). Dalam era digital saat ini, data dihasilkan dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, mulai dari interaksi di media sosial, transaksi online, hingga sensor IoT (Internet of Things).

Data ini berasal dari berbagai sumber dan dapat berupa teks, gambar, video, dan audio. Karakteristik big data mencakup lima komponen utama, yaitu volume, kecepatan, variasi, kebenaran, dan nilai, yang sering dikenal dengan istilah 5V (Mayer-Schnberger & Cukier, 2013).

Volume merujuk pada jumlah data yang sangat besar. Dalam konteks moderasi beragama, volume data mencakup informasi dari jutaan pengguna di berbagai platform media sosial, forum online, dan sumber berita. Dengan jutaan tweet, status, dan komentar yang diposting setiap hari, volume data yang tersedia untuk analisis sangatlah besar. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri dalam mengolah dan menganalisis data tersebut untuk mendapatkan wawasan yang relevan.

Velocity atau kecepatan laju aliran data . Data tidak hanya dihasilkan dalam jumlah besar, tetapi juga dalam waktu nyata. Di dunia digital, berita atau informasi dapat menyebar dengan sangat cepat melalui media sosial, dan ini juga berlaku untuk narasi ekstremis. Oleh karena itu, untuk mengatasi ekstremisme di ruang digital, penting bagi para peneliti dan pembuat kebijakan untuk dapat memantau dan menganalisis data secara real-time agar dapat merespons dengan cepat terhadap potensi ancaman (Hussain & Sutherland, 2021).

Variasi mencakup berbagai jenis data yang ada. Data tidak hanya terdiri dari angka atau teks, tetapi juga gambar, video, dan suara. Dalam konteks moderasi beragama, variasi data sangat penting untuk dianalisis. Misalnya, video propaganda ekstremis yang diunggah di kanal - kanal YouTube, tiktok atau gambar-gambar yang diposting di Instagram dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana ekstremisme dipromosikan di ruang digital. Dengan memanfaatkan analisis multimodal, yaitu teknik analisis yang mengintegrasikan berbagai jenis data, kita dapat mendapatkan gambaran yang lebih holistik tentang fenomena ekstremisme (Zhang et al., 2020).

Veracity atau kebenaran berkaitan dengan akurasi dan keandalan data. Dalam konteks big data, tidak semua data yang tersedia dapat dianggap valid atau akurat. Oleh karena itu, penting untuk melakukan verifikasi dan validasi data sebelum digunakan dalam analisis. Hal ini terutama penting dalam konteks moderasi beragama, di mana informasi yang salah atau menyesatkan dapat dengan mudah menyebar dan memicu konflik. 

Oleh karena itu, algoritma pemrosesan data harus dirancang untuk mengidentifikasi dan menyaring informasi yang tidak akurat atau berpotensi merugikan (Kumar et al., 2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun