Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Insinyur - Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pembelajaran Astronot untuk Meningkatkan Kesadaran Diri Selama Ramadan

17 Maret 2024   20:38 Diperbarui: 17 Maret 2024   21:59 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 23 Agustus 2003, langit cukup cerah di Amerika Serikat. Saat itu adalah musim panas dengan suhu berkisar 21 sampai 27 derajat Celcius. Orang-orang menghabiskan waktunya dengan berkemah, naik gunung, barbeku, dan aktivitas lain di luar rumah. Namun, jauh dari Amerika, bahkan jauh dari bumi, dua orang astronaut sedang melakukan misi spacewalk di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Dua astronaut itu bernama Lue dan Malenchenko, yang sedang mengemban misi untuk memasang kabel daya baru. Pada awalnya, semuanya berjalan dengan baik. Namun, 45 menit kemudian, tiba-tiba Lue merasa pandangannya berputar-putar, perutnya mual luar biasa, dan ia kehilangan kendali atas tubuhnya. 

Pandangannya kabur, gerakannya menjadi kacau. Melihat rekan kerjanya mengalami masalah, Yuri segera membantunya dengan menenangkannya dan memintanya untuk fokus pada satu titik. Tetapi karena rekan kerjanya itu sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan misi lebih lama lagi, maka misi tersebut dipersingkat, mereka kembali ke kapal dua jam lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Kondisi semacam itu kerap kali dialami oleh para astronaut yang bertugas di luar angkasa. Tidak jarang, para astronaut harus berada di ruang non-gravitasi yang membuat mereka mengalami disorientasi ruang,

Psikolog, Danang Baskoro mengisahkan cerita tersebut di kanal yotubenya yang berjudul "Merubah Hidup Anda dalam 30 Hari" , Ditanyangan tersebut kita disuguhkan dengan kisah para astronot yang melakukan spacewalk di luar angkasa. Mereka mengalami disorientasi ruang yang membuat pandangan mereka kabur dan gerakan menjadi kacau. suatu kondisi di mana hilangnya kesadaran spasial yang dialami oleh astronaut saat berada di luar angkasa, disorientasi ruang seperti yang dialami oleh Lue, ini sangat membahayakan para astronaut ketika mereka melakukan tugas, karena bisa saja terjadi kegagalan misi, bahkan kecelakaan yang berakibat fatal pada para astronaut. Namun, melalui latihan menggunakan kacamata pembalik, para astronot mampu beradaptasi dengan kondisi ruang nonravitasi tersebut. Ini menggambarkan kekuatan otak manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan menciptakan pola pikir baru.

Kaitannya dengan bulan Ramadan, kita sebagai umat Muslim juga diuji dengan kondisi yang mungkin berbeda dari biasanya. Puasa meminta kita untuk menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas lain selama sepanjang hari. Ini bisa menjadi tantangan bagi tubuh dan pikiran kita, mirip dengan kondisi para astronot yang harus beradaptasi dengan ruang nonravitasi.

Dalam konteks puasa Ramadan, pengalaman astronot mengajarkan kita pentingnya kesadaran diri. Kita perlu memahami tubuh kita dengan baik, termasuk bagaimana cara merespons kondisi yang mungkin baru bagi kita. Seperti astronot yang belajar fokus pada satu titik untuk mengatasi disorientasi, kita juga perlu belajar mengendalikan diri dan fokus pada tujuan puasa kita.

Selama 30 hari Ramadan, kita memiliki kesempatan untuk melatih otak dan diri kita sendiri. Seperti latihan astronot dengan kacamata pembalik, kita bisa menggunakan Ramadan sebagai waktu untuk merubah pola pikir dan keyakinan yang mungkin menghambat kita. Kita bisa memanfaatkan waktu puasa untuk membiasakan diri dengan keadaan baru, seperti meningkatkan ibadah dan memperbaiki kebiasaan buruk.

Dengan memanfaatkan pembelajaran dari para astronot, kita bisa meningkatkan kesadaran diri selama Ramadan. Kita bisa belajar untuk lebih menghargai tubuh kita dan mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai situasi. Dengan demikian, puasa Ramadan bukan hanya menjadi kewajiban agama, tetapi juga kesempatan untuk mengembangkan diri kita secara holistik.

Ramadan juga mengajarkan kita untuk lebih sabar dan disiplin. Astronot yang melakukan spacewalk harus mematuhi protokol dan aturan yang ketat agar misi mereka berhasil. Begitu pula dalam puasa, kita harus mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan, seperti waktu berbuka dan sahur, serta menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa. Dengan disiplin ini, kita belajar untuk mengendalikan diri dan menjaga keseimbangan dalam hidup.

Puasa Ramadan juga mengajarkan kita tentang empati dan solidaritas. Kita berpuasa bersama sebagai umat Muslim untuk merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus, sehingga kita lebih memahami kondisi orang-orang yang kurang beruntung. Ramadan menjadi momen yang tepat untuk berbagi dengan sesama dan membantu mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, puasa bukan hanya menjadi ibadah pribadi, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Selain itu, Ramadan juga mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Saat berbuka puasa, kita merasakan betapa nikmatnya makanan dan minuman setelah seharian menahan lapar dan haus. Ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Puasa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT dan meningkatkan kualitas spiritual kita.

Dengan demikian, Ramadan bukan hanya sekadar bulan puasa, tetapi juga kesempatan untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita menuju yang lebih baik. Dengan belajar dari pengalaman para astronot yang beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrem, kita bisa mengambil hikmah dan pembelajaran untuk menjalani puasa Ramadan dengan lebih baik. Semoga Ramadan kali ini membawa berkah dan kesuksesan bagi kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun