Mohon tunggu...
aldis
aldis Mohon Tunggu... Insinyur - Arsitektur Enterprise

Arsitektur Enterprise, Transformasi Digital, Travelling,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan Ninja S2 & S3 : Pembelajaran Online Sebagai Alternatif

17 Januari 2024   21:19 Diperbarui: 18 Januari 2024   14:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan tinggi, terutama gelar Magister (S2) dan Doktor (S3), merupakan tahapan lanjutan yang dapat memberikan sejumlah keuntungan kepada individu. Namun, keputusan untuk menempuh pendidikan tinggi tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan tingkat strata pendidikan tidak selalu berbanding lurus dengan tingginya jabatan, prospek karier, atau penghasilan seseorang. Beberapa faktor yang memengaruhi keputusan seseorang untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi meliputi tujuan karier, minat pribadi, kebutuhan pasar kerja, biaya, dan ketersediaan program studi yang sesuai.

Dalam konteks Indonesia, banyak orang mungkin mempertimbangkan untuk melanjutkan studi ke S2 atau S3 untuk meningkatkan kualifikasi akademis mereka dan memperluas pengetahuan dalam bidang tertentu. Beberapa alasan umum untuk menempuh pendidikan tinggi mencakup meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, memperluas jaringan profesional, dan meningkatkan peluang karier.

Tingginya strata pendidikan tidak selalu menjadi indikator langsung dari tingginya jabatan atau penghasilan. Meskipun pendidikan tinggi dapat membuka pintu untuk peluang yang lebih baik, faktor-faktor lain seperti pengalaman kerja, kemampuan interpersonal, dan keahlian praktis juga memiliki peran penting dalam menentukan kesuksesan karier seseorang. Oleh karena itu, ada banyak kasus di mana seseorang dengan gelar sarjana tetapi memiliki pengalaman kerja dan keterampilan yang relevan dapat mencapai tingkat kesuksesan yang setara dengan atau bahkan melebihi mereka yang memiliki gelar Magister atau Doktor.

Sebagian besar orang mungkin memiliki pertimbangan yang beragam ketika memutuskan apakah akan melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Beberapa dari mereka mungkin mengalami kendala biaya yang signifikan, terutama mengingat biaya pendidikan tinggi yang terus meningkat. Faktor ini bisa menjadi penghalang utama bagi banyak individu, terutama jika mereka tidak dapat mengakses beasiswa atau dukungan keuangan lainnya.

Selain itu, beban belajar yang dianggap tidak lagi relevan dengan kebutuhan hidup atau perkembangan karier juga dapat menjadi alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi. Situasi di mana seseorang sudah memiliki pengalaman kerja yang substansial dalam industri tertentu dapat membuatnya merasa bahwa menempuh pendidikan tinggi mungkin tidak memberikan nilai tambah yang signifikan.

Selain itu, kurangnya program studi yang sesuai dengan minat atau kebutuhan individu juga dapat menjadi hambatan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa tidak ada program studi yang benar-benar memenuhi kebutuhan dan minat mereka, sehingga memilih untuk fokus pada pengembangan karier melalui pengalaman kerja dan pelatihan praktis.

Meskipun demikian, memiliki gelar Master dan Doktor membawa sejumlah keuntungan yang dapat meningkatkan peluang karier dan kontribusi seseorang di berbagai bidang. Dengan memiliki gelar tersebut, seseorang dapat dianggap memiliki pemahaman mendalam dalam bidang tertentu, kemampuan penelitian yang lebih baik, serta keterampilan analisis dan pemecahan masalah yang tinggi. Selain itu, gelar tinggi juga dapat membuka pintu untuk posisi kepemimpinan dan pengambilan keputusan strategis.

Relevansi ilmu yang diperoleh dari gelar Master atau Doktor sangat tergantung pada bidang studi dan industri tempat seseorang bekerja. Misalnya, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, gelar tinggi dapat memberikan pemahaman mendalam tentang inovasi dan perkembangan terbaru. Di sektor kesehatan, pengetahuan mendalam tentang riset medis dan kebijakan kesehatan dapat menjadi aset berharga. Begitu juga dalam bisnis dan manajemen, gelar tersebut dapat memberikan pemahaman mendalam tentang strategi bisnis dan pengelolaan sumber daya.

Dalam konteks Pembelajaran Online jarak jauh (e-learning), solusi ini dapat menjadi alternatif yang signifikan bagi mereka yang ingin melanjutkan studi tanpa harus meninggalkan pekerjaan atau lokasi tempat tinggal mereka. E-learning memungkinkan akses ke pembelajaran berkualitas tanpa terbatas oleh jarak geografis. Sistem pembelajaran online juga memungkinkan fleksibilitas waktu, memungkinkan para profesional yang sibuk untuk menyesuaikan jadwal belajar mereka sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pembelajaran online jarak jauh juga dapat mengatasi beberapa kendala, seperti biaya transportasi dan akomodasi. Hal ini dapat membuat pendidikan tinggi lebih terjangkau bagi mereka yang mungkin menghadapi kendala finansial. Selain itu, akses online ke sumber daya pendidikan, perpustakaan digital, dan diskusi online dengan dosen dan rekan sekelas dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran.

Namun, meskipun memiliki banyak keunggulan, pembelajaran online juga memiliki tantangan tersendiri. Keterbatasan interaksi langsung dengan dosen dan rekan sekelas, kurangnya pengawasan langsung dalam ujian, dan tantangan teknis dapat menjadi hambatan. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan dan peserta didik untuk bekerja sama dalam mengatasi tantangan ini dan memastikan kualitas pendidikan yang tetap tinggi.

Dalam kesimpulannya, keputusan untuk melanjutkan studi ke tingkat Magister atau Doktor sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tujuan karier, minat pribadi, dan kondisi finansial. Tingkat strata pendidikan tidak selalu menjamin kesuksesan karier, tetapi dapat membuka pintu untuk peluang yang lebih baik. Kita mungkin enggan melanjutkan studi karena berbagai alasan, termasuk kendala biaya, beban belajar yang tidak relevan, dan kurangnya program studi yang sesuai dengan minat mereka.

Pembelajaran online jarak jauh dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi beberapa kendala ini, memungkinkan individu untuk mengembangkan kualifikasi akademis mereka tanpa meninggalkan pekerjaan atau lokasi tempat tinggal mereka. Namun, perlu diingat bahwa pembelajaran online juga memiliki tantangan tersendiri yang perlu diatasi untuk memastikan kualitas pendidikan yang optimal

Bacaan terkait :

  • Altbach, P. G. (2006). "The Globalization of College and University Education: A Synthesis of Research." In P. G. Altbach (Ed.), "International Handbook of Higher Education" (pp. 1-29). Springer.

  • Marginson, S. (2016). "High Participation Systems of Higher Education." In J. C. Shin & P. Teixeira (Eds.), "Global Rankings and the Geopolitics of Higher Education" (pp. 77-97). Routledge.

  • Boudreau, J. W., & Ramstad, P. M. (2007). "Talentship and Human Resource Management." In P. Mellahi & S. Günter (Eds.), "The Handbook of Human Resource Management in the Middle East" (pp. 97-118). Edward Elgar Publishing.

  • Trow, M. (2005). "Reflections on the Transition from Elite to Mass to Universal Access: Forms and Phases of Higher Education in Modern Societies since WWII." In J. J. F. Forest & P. G. Altbach (Eds.), "International Handbook of Higher Education" (pp. 243-280). Springer.

  • Becker, G. S. (1964). "Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis, with Special Reference to Education." University of Chicago Press.

  • Côté, J. E., & Allahar, A. L. (2011). "Lowering Higher Education: The Rise of Corporate Universities and the Fall of Liberal Education." University of Toronto Press.

  • Dill, D. D. (2009). "The Social Life of Higher Education: The Place of Universities in Societal Transformation." Palgrave Macmillan.

  • Garrison, D. R., & Kanuka, H. (2004). "Blended learning: Uncovering its transformative potential in higher education." The Internet and Higher Education, 7(2), 95-105.

  • Anderson, T., & Dron, J. (2011). "Three generations of distance education pedagogy." The International Review of Research in Open and Distributed Learning, 12(3), 80-97.

  • Garrison, D. R., & Vaughan, N. D. (2008). "Blended Learning in Higher Education: Framework, Principles, and Guidelines." John Wiley & Sons.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun