Penulis : Sufia Agestina Nur Azizah
NIM : 2410416220031
Dosen : Dr. Rosalina Kumalawati, S.Si., M,Si.
Mata Kuliah : Pengantar Lingkungan Lahan Basah
Program Studi : Geografi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
PTN : Universitas Lambung Mangkurat
Tentu kita tidak asing lagi dengan kata “hutan”. Menurut UU no. 18 Tahun 2013, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Indonesia sendiri masuk sebagai 10 besar negara dengan hutan terluas di dunia. Hutan sendiri dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, jenis pohonnya, tempatnya, iklimnya, tujuan, keadaan tanah dan lain-lain. Hutan juga bisa terdapat di ekosistem lahan basah, contohnya hutan bakau, hutan gambut dan lain-lain
Lahan basah merupakan salah satu wilayah terbesar di permukaan bumi. Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya adalah rawa-rawa (termasuk rawa bakau), payau, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau, atau asin.
Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya tersebut, lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Lahan basah memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Maka dari itu, lahan basah mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya.
Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam. Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.
1. Pemanfaatan Lahan Basah sebagai sumber kebutuhan pangan (kelayan selatan)
Beras merupakan kebutuhan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak hanya dijadikan sebagai sumber karbohidrat, beras juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga khususnya petani.
2. Pemanfaatan Lahan Basah Holtikultura Talas (kelayan selatan)
talas (Colocasia esculenta) termasuk jenis tanaman hortikultura. Talas juga merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pemanfaatan tanaman talas sebagai sumber pangan, talas merupakan tanaman yang berpotensi sebagai formula kosmetik dan cocok sebagai bahan pemenuh plastik yang dapat terdegradasi. Talas juga dapat dijadikan sebagai tanaman hias.
3. Pemanfaatan lahan basah pada tumbuhan eceng gondok (kelayan timur)
Eceng gondok merupakan tanaman air yang hidup bebas di permukaan air, dapat berkembang dengan cepat dan dapat tumbuh sepanjang tahun. Eceng gondok memiliki tinggi 0,4-0,8 m, batangnya berbuka pendek mempunyai diameter 1-2,5 cm dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm.pemanfaatan eceng gondok memberikan manfaat yang cukup banyak. Selain bisa untuk menjadi pakan ternak,pupuk, enceng gondok juga bisa menjadi bahan bakar alternatif, seperti bioetanol dan briket biomassa. Untuk pengolahan enceng gondok menjadi briket biomassa, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
4. Pemanfaatan Lahan Basah Sebagai Sarana Transportasi Masyarakat (kelayan barat)
Klotok merupakan jenis transportasi air yang menggunakan mesin tempel dan berfungsi sebagai taksi air. Klotok menjadi pilihan transportasi masyarakat di pinggiran sungai, terutama di daerah yang tidak memungkinkan untuk menggunakan transportasi darat. Mengingat bahwa dahulu kala pusat transportasi di banjarmasin adalah melalui air dan menggunakan klotok. Saat ini klotok masih banyak di jumpai di daerah pesisir sungai.
5. Pemanfaatan Lahan Basah Sebagai Budidaya Kayu Galam (kelayan timur)
Kayu gelam (Melaleuca cajuputi Powell) merupakan salah satu bahan baku pondasi tradisional yang banyak ditemukan di lahan basah Kalimantan. Kayu gelam memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
Tahan air: Kayu gelam sangat kuat jika terkena air, terutama air laut.
Toleran terhadap daerah tergenang: Kayu gelam merupakan tumbuhan pionir di daerah bekas terbakar dan dapat tumbuh di daerah tergenang.
Masa pakai yang lama: Kayu gelam memiliki sifat dingin yang diharapkan tidak berubah saat digunakan di tanah yang memiliki pH rendah (asam).
Kayu gelam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti: Tiang penyangga rumah, Pondasi tradisional, Perkuatan urugan jalan, Pondasi dinding penahan tanah, Pondasi siring timbunan.
6. Pemanfaatan Lahan Basah SPBU (kelayan selatan)
SPBU adalah Stasiun yang menyalurkan dan memasarkan bahan bakar minyak (BBM) dan yang dapat digunakan untuk mengisi bahan bakar berbagai jenis kendaraan. SPBU sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H