Mohon tunggu...
M. Sufi
M. Sufi Mohon Tunggu... Teacher of Kuranic Reading -

Cuman guru ngaji alif...bak...tak... http//laposufi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menteri Agama & Ciri ‘Ibādur Rahmān

9 September 2010   07:12 Diperbarui: 2 Februari 2016   18:15 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Menurut saya, melihat fenomena pemberitaan yang begitu gencar tentang Ahmadiyah, kita tidak boleh gegabah memutuskan masalah keyakinan saudara kita dari Ahmadiyah.  Karena masalah keyakinan tidak dapat di sentuh oleh hukum, kecuali implementasi dari sebuah keyakinan ajaran itu akan mendatangkan kerugian jiwa bagi yang meyakini atau masyarakat yang tidak meyakini maka dalam hal ini aparat yang berwajib berhak untuk meminta pertanggung jawabannya.  Menteri Agama terlalu gegabah untuk menilai Ahmadiyah sebelah mata, bahkan berkeinginan untuk membubarkannya.  Sungguh satu sikap yang tidak mencerminkan pribadi hamba Tuhan yang Maha Pemurah.

 

Sejarah membuktikan, Jamaah Ahmadiyah yang sudah cukup lama dinegeri ini telah ikut sama-sama membangun Indoenasia. Beberapa tokoh Pahlawan Nasional Bangsa ini juga sebagian adalah para tokoh-tokoh dari kalangan ahmadi, dan pemuda-pemudi ahmadi juga turut membidani lahirnya Indonesia ini dengan cara mempropagandakan kemerdekaan hingga ke negeri-negeri Timur Tengah khususnya India.  Maka dengan melihat fakta-fakta tersebut maka pemerintah harus berhati-hati untuk ikut campur dalam keyakinan mereka.  Masalah Ahmadiyah dapat diselesaikan dengan pendekatan diskusi-diskusi akademis, karena jika memang keyakinan itu benar maka diuji dengan alat apapun itu dia akan tetap benar.

 

Oleh karenanya pemerintah yang dalam kapasitasnya memberikan pelayanan kepada masyarakat, harus dapat mewujudkan sifat rahmaniyat Allah Ta’ala dan masing-masing oknum negarawan juga wajib menjadi pribadi ‘Ibādur Rahmān tidak terkecuali seorang Menteri Agama, baru dia akan dapat mempertanggung jawabkan kepada manusia dan Tuhan yang dia yakini.  Saat ini merupakan detik-detik hari terakhir puasa Ramadhan yang harusnya masing-masing kita mengembangkan diri dan potensi kita untuk menjadi ‘Ibādur Rahmān (Hamba-hamba dari Yang Maha Pemurah), yang kita semakin mencintai saudara kita yang muslim atau pun yang bukan muslim yang tadinya kita benci menjadi simpati sebagai bukti kita mengikuti sifat Allah Ta’ala Ar-Rahman yakni memberikan cinta kasih tanpa memandang dari kalangan manapun dan dari keyakinan manapun itu, sehingga kita dapat menjadi seorang yang dapat diterima oleh khalayak ramai.  Dengan menjadi pribadi tersebut maka akan bertambah mulia Allah Ta’ala di mata saudara-saudara kita yang lainnya.  ‘IDUL FITRI sudah di depan mata, semoga hasil dari puasa ini dapat menjadikan diri kita sebagai ‘Ibādur Rahmān yang Allah Ta’ala inginkan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun