Mohon tunggu...
Ranggamos
Ranggamos Mohon Tunggu... Lainnya - ****

believe me, sometimes reality is stranger—and much more frightening—than fiction

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Armisael

13 Maret 2013   17:44 Diperbarui: 3 Juni 2022   02:03 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anka kepada bapaknya : ''terlepas dari eksistensi-mu yg insignifikan, alih-alih meletakan harapan keluarga ini padamu, malah kuhujat engkau karena menelantarkan anak-anak dari kewajibanmu sendiri. Bahkan Armisael menyanyikan lagu murka yg isinya deklarasi perang selalu. Aku tidak memandangmu secara definitif atau pula ide-ide sentimentil, hanya saja bisakah engkau meniupkan nafas aroma surga dalam rumah bobrok ini?''

Wanda kepada Anka : "engkau adalah manik-manik yang terlepas dari rangkaian kalung aphrodite, menggelinding keluar dari rotasi semesta, atau seharusnya, engkau adalah anggur, dipetik dengan paksa, hingga membentuk wine yang menipu sadarku"

Armisael's songs : "ilahi, ilahi... you spread the violence onto this world, you pour the lust planting on this soil, and irritate call to arms of the mankind ironically."

Riska kepada angin : "bapak tidak pulang lagi malam ini!"

Anka kepada Mina :"setiap kali jejakku meninggalkan gerbang bangunan ini, adakah kubawa sepenggal momen tentang mata dan bibirmu yang merekah di relung jiwaku?"

Mina kepada Tuhan : "apakah Engkau disana? menyaksikan kami?"

Riska kepada Anka : "kakak, benarkah ibu selalu menyaksikan kita dari surga?"

Wahid kepada Mina : "sedetikpun, pernahkah kau lihat aku berdiri di muka pintu hatimu?" 

Mina kepada Tuhan : "ambil jiwaku bila Engkau hinakan aku dengan lumuran dosa yang tak dapat ku retas."

Anka kepada Wanda : "tolak cembu-ku wahai perempuan, jalan asmaraku yang tak suci!"

Mina kepada Anka : "warna langit menjadi ungu ketika aku mendekapmu, ular-ular tak mengganggu lelap kita, tubuhmu dan tubuhku, kita berbaring seperti boneka kayu."

Wahid kepada Anka : "sebegini perihkah, wahai kawan? maka siapa yang mampu menahan luka dari kecantikan?"

Wanda kepada Anka : "gunakan aku, sebagai pengganti tubuh yang hina itu!"

Mina kepada Tuhan : "bahagia bukan hak diriku... apakah benar jalan derita yang musti aku tekuni, Tuhan?"

Armisael's song : "when love is a gun, separating me from you..."

Riska kepada Anka : "kakak, jangan pergi, siapa lagi aku bergantung selain dirimu?"

Mina kepada Tuhan : "aku yang pantas mati, bukan dirinya..."

Wanda kepada Tuhan : "mengapa cakar takdirmu tergesa merenggut dirinya dari genggamanku?"

Armisael's song : "it is fate, or wrath becomes so handy... life's no more worthy... no longer love thee..." 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun