Mungkin kemerdekaan yang paling riil dalam kehidupan berbangsa kita adalah ketika bangsa kita terbebas dari belenggu penjajahan pada 17 Agustus 1945. Seluruh rakyat meneriakkan kata 'merdeka' dengan penuh semangat, bergairah, bahkan sampai menitikkan air mata sebagai bentuk ungkapan yang tak terkira. Setelah bangsa kita disibukkan dengan agresi Belanda pertama dan kedua, merebut kembali Papua yang masih dikuasai Belanda, lalu dilanjutkan dengan pemberontakan yang silih berganti sehingga kita belum mampu menikmati kemerdekaan yang penuh. Kemerdekaan kita masih berlumuran darah karena luka-luka yang mencabik-cabik sekujur ibu pertiwi masih basah dan membutuhkan perawatan intensif.
Setelah itu, sejumlah kelompok maupun golongan yang ingin memaksakan kehendaknya menaklukan bangsanya sendiri karena mereka tak patuh terhadap kesepakatan bersama yang telah dibuat pada saat proklamasi. Mereka merasa kuat sendiri-sendiri, tak patuh terhadap peraturan atau undang-undang. Pertengkaran terus terjadi bila masing-masing kita tidak mampu menjadi individu yang patuh terhadap peraturan dan kebutuhan kita yang mendasar.Â
Kebutuhan yang mendasar itu adalah kepatuhan kita terhadap pemenuhan hidup, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani. Pemenuhan kebutuhan hidup hanya bisa terpenuhi ketika semua sistem pada sebuah Negara berjalan lancar tanpa ada hambatan ditambah lagi dengan kepatuhan segenap warga bangsanya. Akan tetapi jika kedua komponen tersebut tidak bersinergi dengan baik maka sangat diyakini perjalanan sebuah bangsa maupun sebuah pemerintahan tidak akan menikmati makna kemerdekaannya.
Merdeka dalam mengelola pemerintahan pun membutuhkan kemandirian yang utuh. Ia tidak terjajah oleh tekanan-tekanan dari pihak-pihak yang hanya mementingkan diri sendiri maupun kelompoknya. Terlebih lagi kepentingan bangsa lain di negeri kita yang sudah merdeka 72 tahun ini. Mari tanya diri sendiri apakah Negara kita sudah merdeka seutuhnya? Jawab dalam hati saja sembari mencari solusinya di kemudian hari. Drigahayu NKRI ke 71 "baldatun toyyibatun warrobun ghaffur".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI