Mohon tunggu...
Suer@nywhere
Suer@nywhere Mohon Tunggu... Konsultan - Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Mencoba membaca, memahami, dan menikmati ciptaanNya di muka bumi. Action to move forward because word is not enough. Twitter/Instagram: @suerdirantau

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nyobain Imigrasi Autogate di Bandara Soekarno-Hatta

14 November 2014   18:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:49 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir di semua negara, pada saat memasuki atau meninggalkan suatu negara, selalu terjadi antrian panjang untuk pemeriksaan paspor. Bedanya, ada yang antriannya laaaamaaaaa dan paaaanjaaang, ada pula yang antriannya cepat habis. Di Terminal 3 Bandara Changi, petugasnya tergolong cepat nyetempel paspor saat datang atau pergi. Terminal 3 Bandara Cengkareng, eheemm….no comment deh.

Suatu kali saya pernah antri dalam keresahan karena nomor pesawat yang akan saya tumpangi sudah menggema di langit-langit bandara. Waduhhh…ada 10 orang di depan saya. Minimal saya musti nunggu 30 menit kalau petugasnya perlu 3 menit/orang. Kenyataannya, ada yang sampai 5-7 menit. Masih tersisa 3 orang lagi ketika terdengar panggilan terakhir untuk saya. Dengan pasang tampang memelas, saya minta ijin mendahului ke penumpang di depan saya yang dengan penuh pengertian memberi jalan. Alhamdulilah saya sukses menjadi penumpang terakhir sebelum pintu pesawat ditutup.  Sejak itu saya selalu waspada dengan antrian imigrasi.

Dalam perjalanan saya akhir Oktober 2014, saya melihat ada yang lain ketika memasuki arena antrian. Setelah melewati pintu masuk, di sebelah kiri terdapat tiga orang berseragam imigrasi. Satu orang duduk di depan meja dengan kesibukannya sendiri. Satu orang lagi duduk di depan komputer, sedang berinteraksi dengan dua orang di hadapannya. Satu petugas berdiri di dekat kotak mesin seperti ATM bertuliskan Passport Scanner.

Daripada mati penasaran, saya tanya ke petugas di dekat mesin itu, “ini alat buat apaan, pak”?

“Buat simulasi kalau mau masuk lewat Autogate di sana tuh”, katanya sambil menunjuk ke bagian pojok kanan sederetan dengan konter-konter imigrasi. Persis di sebelah konter imigrasi khusus cabin crew dan Saphire.

Dengan kalem petugas itu meminta paspor saya, dan membalik bagian belakang paspor. “Oh ini belum terdaftar. Daftar dulu deh di situ,” katanya sambil menunjuk rekannya yang duduk tekun di depan komputer. Wokeh, saya mendekati petugas yang ditunjuk.

Hanya ada dua orang di depan saya yang mengurus registrasi. Prosesnya simpel, petugas memindai paspor, sidik jari pemilik paspor, lalu cap di paspor. Giliran paspor saya dipindai petugasnya yang muda, ganteng, dan pendiam.

“Tempelkan jari telunjuk kiri dan kanan di situ“, katanya sambil menunjuk ke kotak kecil di depan saya. Saya nurut seperti orang kena hipnotis. Gagal rupanya.

“Angkat jarinya, terus tempelkan lagi,” kata mas petugas.

Saya ikuti perintahnya. Kali ini ada lampu warna hijau di alat itu. Mas Petugasnya membalik halaman belakang paspor, dia tumbuk dengan stempel, lalu mengembalikan paspor ke saya. Stempel tadi bertuliskan “AUTOGATE”.

Wahhh…gitu doang? Jadilah saya anggota AUTOGATE tanpa biaya dalam tempo tiga menit. Saya beruntung hanya dua kali menempelkan telunjuk ke pemindai sidik jari. Sebelumnya ada yang sampai empat kali sebelum lampu hijau menyala!. Untung cuma satu jari, gimana kalau sepuluh jari? Terus tau nggak, kenapa yang dipindai jari telunjuk?

Sebelum ke jalur Autogate, saya iseng nyobain ke mesin simulasi, tapi kurang beruntung.. Sambil nyengir petugasnya bilang,”udaah, langsung praktek aja sana…”. Yee…gak usah sewot ah, orang mau nyobain...weee...

Saya ngeloyor ke Autogate. Ada dua dari empat alat yang difungsikan. Hanya ada 2 orang yang menanti giliran. Seorang petugas mengawasi, dengan sesekali memberi instruksi. Alat pemindai terletak antara pintu masuk dan pintu keluar yang berjarak ±1,5 meter. Pintu masuk dan keluarnya terbuat dari bahan kaca/plastik mika bening setinggi ±70cm dari lantai. Kayak pintu bar di pilem-pilem koboi itu loh, tapi bisa buka-tutup sendiri. Namanya juga Autogate.

Saya masuk ke jalur yang pintunya terbuka. Saya tengkurepkan bagian paspor yang ada fotonya ke alat pemindai. Tiba-tiba pintu masuknya tertutup. Weuihh…ini kalo orang latah, bisa muncrat kata-kata sakti tuh ngeliat pintu nutup sendiri. Asli, ngagetin. Sekarang giliran jari telunjuk ditempelin di mesin itu. Jika datanya cocok, Srettt…pintu keluar terbuka. Hanya 1-2 menit lah prosesnya. Kalau pintu belum terbuka, lihat layar monitor, lalu lambaikan tangan tanda nggak kuat, eh ngga bisa, nanti petugas akan menghampiri.

Saya manggut-manggut kagum campur norak. Sementara di bagian pemeriksaan manual, antrian tak pernah usai, diiringi irama cetak cetok stempel imigrasi. Saya baru ngeh, ternyata Autogate ini sudah ada sejak awal tahun 2012 tapi resmi beroperasi sejak awal 2013, sebagai jalur khusus Warga Negara Indonesia pemegang e-paspor (yang ada chip-nya) dan paspor lama yang sudah terdaftar. Orang asing ya tetap kudu antri di jalur manual. Sorry sir, I juga antri di negera ente…

Seorang petugas yang tak bisa disebut namanya (bukan rahasia, tapi emang saya gak tau) menjelaskan,”registrasi cukup sekali, selama paspornya masih berlaku, bisa gunakan jalur Autogate saat keberangkatan dan kedatangan”. Nah lho, ada teman yang ngaku telah registrasi tapi tak bisa melewati Autogate saat itu juga, tapi pulangnya baru boleh lewat Autogate.

Menjadi teka-teki, apakah WNI yang saat berangkat lewat jalur manual dapat keluar lewat Autogate saat pulang? Atau berangkat lewat Autogate, pulangnya lewat jalur manual?

Saya nyaris mencoba pilihan kedua itu karena menduga jalur Autogate untuk kedatangan juga terletak di sebelah jalur manual. Ternyata..jrengg... nggak ada Autogate-nya. Belasan orang sudah mengantri di semua konter. Sambil celingak-celinguk saya ikutan antri. Lalu saya perhatikan jalur paling kiri terdapat gang berpagar besi krom yang memisahkannya dengan antrian jalur manual. Beberapa orang di gang itu menggenggam paspor hijau, melenggang keluar, lalu menghilang di balik tembok. Weitss… patut dicurigai nih…

Saya pamit pada seorang ibu di belakang antrian saya,”Bu titip tempat antrian ya, saya mau ke toilet nih”. Ibu itu ngangguk. Gak mau rugi dong ah, sekedar antisipasi kalau gagal menemukan Autogate, saya bisa nyempil lagi di depan ibu itu.

[caption id="attachment_335159" align="alignleft" width="300" caption="Memindai paspor di Terminal 2 Kedatangan"][/caption]

Ternyata benar. Sekitar 100 meter sebelum konter manual, dekat loket Visa on Arrival (VOA), terlihat antrian pendek di depan tiga alat Autogate. Cuma 3 orang yang antri, diawasi dua petugas imigrasi. Mekanisme Autogate saat keluar beda dengan saat keberangkatan. Saya harus pindai paspor dulu sebelum masuk ruangan dengan pintu koboi otomatis, lampu hijau nyala, pintu terbuka, saya masuk di kotak kuning yang ada gambar jejak kaki. Tekan telunjuk di alatnya, terus angkat kepala sedikit biar wajah kita tertangkap jelas di layar monitor. Lampu hijau nyala dan pintu terbuka. Bebaslah saya melenggang di gang. Saat keluar, saya sempat tengok ibu yang tadi saya titipin tempat antrian, masih ada 7 orang di depannya. Maaf ya bu, saya duluan....

Senang juga dengan adanya Autogate yang mempercepat proses keimigrasian walau saat ini hanya tersedia di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Signboard atau papan informasi Autogate kurang memadai sehingga masih banyak yang “rela” antri di jalur manual, atau nyasar kayak saya. Saya membayangkan jika informasi mengenai kenyamanan fasilitas ini tersebar luas, pasti akan terbentuk antrian yang lebih panjang. Ngomong-ngomong, alat pemindai di Autogate ini sangat hati-hati, teliti, dan cermat, sehingga kadang kita harus memindai paspor dan sidik jari hingga 2-3 kali sebelum lampu hijau menyala tanda cocoknya data. Mungkin hanya orang yang beruntung dan banyak amal ibadahnya yang bisa lolos dengan sekali pemindaian. Terlepas dari itu, saya yakin Autogate ini akan jadi idola yang membanggakan kita semua. Jempol buat Imigrasi… @suerdirantau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun