Mohon tunggu...
Bahy Chemy Ayatuddin Assri
Bahy Chemy Ayatuddin Assri Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Di Salah Satu Kampus

Menulis merupakan refleksi diri dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal-Usul Adzan Pitu di Cirebon

21 Mei 2024   13:52 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:21 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ramadan.tempo.co/

Cirebon, sebuah kota bersejarah di pesisir utara Jawa Barat, terkenal dengan budaya dan tradisinya yang kaya. Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah Adzan Pitu, sebuah ritual unik yang hanya bisa ditemukan di Cirebon. Adzan Pitu bukan hanya sekadar panggilan untuk shalat, tetapi juga simbol dari keberagaman dan kekayaan budaya Cirebon. 

Adzan Pitu pertama kali muncul pada masa pemerintahan Kesultanan Cirebon, sebuah kerajaan Islam yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke-15. Kesultanan Cirebon memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di pesisir utara Jawa dan sekitarnya. Tradisi Adzan Pitu lahir dari upaya Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan ajaran Islam sambil mengintegrasikan nilai-nilai lokal.

Kata "pitu" dalam bahasa Jawa berarti tujuh. Adzan Pitu berarti panggilan untuk shalat yang dilakukan oleh tujuh orang muadzin secara bersamaan. Tradisi ini memiliki makna mendalam, mencerminkan nilai kebersamaan, kesatuan, dan kebersamaan dalam menjalankan ibadah. Selain itu, angka tujuh memiliki simbolisme penting dalam Islam dan budaya Jawa, sering kali dikaitkan dengan kesucian dan kesempurnaan.

Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo, memainkan peran sentral dalam penyebaran Islam di Jawa. Beliau menggunakan pendekatan yang bijaksana dan adaptif, menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi lokal. Adzan Pitu adalah salah satu contoh dari upaya tersebut. Sunan Gunung Jati menyadari bahwa untuk menyebarkan Islam secara efektif, perlu ada pendekatan yang menghargai dan menyatu dengan budaya setempat.

Adzan Pitu biasanya dilaksanakan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, sebuah masjid bersejarah yang dibangun pada masa Sunan Gunung Jati. Masjid ini terletak di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Adzan Pitu dilakukan pada waktu shalat Jum'at, sebuah hari yang sangat dihormati dalam Islam.

Ketika tiba waktunya shalat Jum'at, tujuh orang muadzin naik ke menara masjid atau tempat khusus yang telah disediakan. Mereka berdiri berdekatan dan mulai mengumandangkan adzan secara serempak. Suara mereka menyatu, menciptakan harmoni yang indah dan menggema di seluruh kawasan masjid. Ritual ini menarik perhatian tidak hanya warga lokal, tetapi juga wisatawan dan peneliti yang tertarik dengan kekayaan budaya Islam di Cirebon.

Adzan Pitu adalah simbol kebersamaan dan persatuan umat Islam di Cirebon. Dengan melibatkan tujuh muadzin, tradisi ini menekankan pentingnya kolaborasi dan kerjasama dalam menjalankan ibadah. Ini mencerminkan nilai-nilai gotong royong yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa. Ini juga mengajarkan nilai-nilai kolektif kepada generasi muda, memperkuat rasa kebersamaan dan identitas sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar.

Adzan Pitu sering kali menjadi momen di mana masyarakat berkumpul. Ini tidak hanya untuk mendengarkan adzan, tetapi juga untuk berinteraksi sosial, mempererat silaturahmi, dan memperkuat jaringan sosial di antara mereka. Ritual ini menciptakan ruang untuk berinteraksi dan berbagi cerita, memperkuat ikatan sosial di dalam komunitas.

Tradisi Adzan Pitu terus dilestarikan hingga hari ini, menunjukkan kekuatan dan ketahanan budaya lokal. Meskipun banyak perubahan terjadi di masyarakat, tradisi ini tetap dijaga dan dilaksanakan dengan penuh hormat. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap warisan leluhur dan upaya untuk menjaga identitas budaya.

Adzan Pitu juga memiliki nilai wisata yang signifikan. Banyak wisatawan yang datang ke Cirebon untuk menyaksikan langsung ritual ini. Ini tidak hanya memperkenalkan keindahan tradisi Islam di Cirebon tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat setempat.

Seperti banyak tradisi lainnya, Adzan Pitu menghadapi tantangan dari arus modernisasi dan globalisasi. Ada kekhawatiran bahwa generasi muda mungkin kurang tertarik untuk melanjutkan tradisi ini. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi dan menginspirasi generasi muda tentang nilai-nilai dan keindahan Adzan Pitu.

Upaya pelestarian perlu terus dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, inovasi dalam cara memperkenalkan dan merayakan tradisi ini bisa menjadi kunci untuk menarik minat generasi muda. Misalnya, penggunaan media digital untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi tentang Adzan Pitu bisa menjadi langkah yang efektif.

Adzan Pitu di Cirebon bukan hanya sebuah panggilan untuk shalat, tetapi juga sebuah simbol kebersamaan, keindahan, dan kekayaan budaya lokal. Tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan leluhur. Meskipun menghadapi tantangan dari perubahan zaman, Adzan Pitu tetap menjadi bagian penting dari identitas dan budaya Cirebon, menunjukkan bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan untuk masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun