Mohon tunggu...
Bahy Chemy Ayatuddin Assri
Bahy Chemy Ayatuddin Assri Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Di Salah Satu Kampus

Menulis merupakan refleksi diri dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Kuliah Itu Kebutuhan Tersier?

20 Mei 2024   11:27 Diperbarui: 20 Mei 2024   11:47 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, pendidikan menjadi topik yang sering diperbincangkan, terutama mengenai status pendidikan tinggi atau kuliah. Pertanyaannya, apakah kuliah merupakan kebutuhan tersier? Apakah kuliah itu hanya sebuah tren di dalam kehidupan modern?

Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang bersifat pelengkap, sering kali berhubungan dengan gaya hidup dan prestise sosial. Berbeda dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) dan sekunder (pendidikan dasar, keamanan, transportasi), kebutuhan tersier biasanya dianggap tidak mendesak untuk kelangsungan hidup sehari-hari tetapi meningkatkan kualitas hidup.

Secara tradisional, pendidikan dasar hingga menengah dianggap sebagai kebutuhan sekunder yang esensial untuk membekali individu dengan keterampilan dasar untuk bertahan hidup. Kuliah, di sisi lain, sering dianggap sebagai langkah tambahan yang tidak semua orang perlukan untuk memperoleh pekerjaan atau hidup layak. Dalam konteks ini, kuliah dapat dilihat sebagai kebutuhan tersier.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan pendidikan tinggi mengalami perubahan. Banyak pekerjaan saat ini memerlukan kualifikasi lebih tinggi yang hanya bisa didapatkan melalui pendidikan tinggi. Kemampuan berpikir kritis, analisis, dan keahlian khusus yang diperoleh dari kuliah menjadi sangat penting dalam dunia kerja modern.

Kuliah tidak hanya menawarkan pengetahuan spesifik tetapi juga mengembangkan kemampuan soft skills seperti komunikasi, kerjasama tim, dan kepemimpinan. Ini meningkatkan daya saing individu dalam pasar kerja yang semakin kompetitif. Selain itu, kuliah juga dapat membuka jaringan profesional yang luas, memberikan peluang lebih besar untuk karier yang sukses.

Bagi banyak orang, kuliah adalah investasi jangka panjang yang diharapkan akan memberikan pengembalian berupa pendapatan yang lebih tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa lulusan perguruan tinggi cenderung memiliki penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya memiliki pendidikan menengah.

Namun, biaya kuliah yang semakin tinggi juga menjadi beban finansial yang signifikan bagi banyak keluarga. Hal ini membuat beberapa orang mempertimbangkan apakah kuliah benar-benar sepadan dengan biaya yang dikeluarkan, terutama jika mempertimbangkan bahwa tidak semua lulusan perguruan tinggi langsung mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka.

Kuliah sering kali diidentikkan dengan status sosial yang lebih tinggi. Di banyak budaya, memiliki gelar sarjana masih dipandang sebagai simbol kesuksesan dan prestise. Hal ini menjadikan kuliah sebagai kebutuhan tersier dalam konteks budaya tertentu, di mana prestise sosial menjadi motivasi utama.

Tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial juga mempengaruhi pandangan seseorang tentang pentingnya kuliah. Di beberapa keluarga, melanjutkan pendidikan tinggi adalah norma yang diharapkan, sementara di lingkungan lainnya, kuliah mungkin tidak dianggap penting.

Studi Kasus dan Contoh Nyata

Di beberapa negara, pendidikan vokasional telah terbukti sebagai alternatif yang efektif terhadap pendidikan akademis. Contohnya di Jerman, sistem pendidikan dual (dual education system) menggabungkan pelatihan di tempat kerja dengan pendidikan di sekolah vokasional, memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman praktis yang langsung bisa diterapkan di dunia kerja. Sistem ini membantu mengurangi angka pengangguran di kalangan muda dan memastikan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai.

Banyak perusahaan besar di dunia teknologi, seperti Google dan Apple, telah mulai mengabaikan syarat memiliki gelar sarjana untuk beberapa posisi. Mereka lebih memfokuskan pada keterampilan, pengalaman, dan kemampuan karyawan. Ini menunjukkan bahwa meskipun gelar sarjana masih penting, ada pergeseran dalam cara perusahaan menilai calon karyawan.

Banyak pengusaha sukses yang tidak memiliki gelar sarjana, seperti Steve Jobs, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg. Mereka berhasil membangun perusahaan besar dengan mengandalkan keterampilan, inovasi, dan visi mereka. Namun, perlu dicatat bahwa mereka adalah pengecualian dan bukan aturan umum. Kebanyakan orang masih memerlukan pendidikan formal untuk mencapai kesuksesan serupa.

Alternatif dan Solusi

Dengan kemajuan teknologi, pendidikan berbasis online menjadi alternatif yang semakin populer. Platform seperti Coursera, Udacity, dan edX menawarkan kursus dari universitas ternama yang bisa diakses dari mana saja. Ini memungkinkan orang mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa harus menghadapi biaya tinggi dan hambatan geografis.

Magang dan program pelatihan langsung di perusahaan memberikan pengalaman praktis yang sangat berharga. Banyak perusahaan menawarkan program semacam ini sebagai cara untuk melatih calon karyawan sesuai dengan kebutuhan spesifik mereka.

Pendidikan tidak berhenti setelah lulus kuliah. Pengembangan keterampilan berkelanjutan melalui pelatihan, sertifikasi, dan pembelajaran mandiri sangat penting dalam dunia kerja yang terus berubah. Ini membantu individu tetap relevan dan kompetitif dalam karir mereka.

Pertanyaan, apakah kuliah merupakan kebutuhan tersier sangat bergantung pada perspektif individu dan konteks sosial-ekonomi di mana mereka berada. Dalam banyak kasus, kuliah dapat dianggap sebagai kebutuhan tersier karena tidak mendesak untuk kelangsungan hidup, tetapi dalam konteks dunia kerja modern dan harapan sosial, kuliah sering kali menjadi semakin penting dan mendekati kebutuhan sekunder. Oleh karena itu, keputusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi harus mempertimbangkan banyak faktor, termasuk aspirasi pribadi, kebutuhan pasar kerja, biaya pendidikan, dan alternatif yang tersedia. Yang terpenting adalah memahami pilihan yang ada dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan tujuan dan situasi pribadi. Pendidikan tinggi adalah salah satu jalan menuju kesuksesan, tetapi bukan satu-satunya. Ada banyak jalur lain yang juga dapat mengantarkan individu menuju kesuksesan dan kepuasan dalam hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun