Mohon tunggu...
Bahy Chemy Ayatuddin Assri
Bahy Chemy Ayatuddin Assri Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Di Salah Satu Kampus

Menulis merupakan refleksi diri dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengemis dan Komersialisasi Makam Wali

7 April 2024   16:50 Diperbarui: 7 April 2024   16:53 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemakaman adalah tempat suci bagi banyak orang di mana mereka menghormati dan mengenang orang-orang yang telah meninggal. Namun, ketika pengemis mulai meresahkan kompleks pemakaman wali, muncul pertanyaan moral dan sosial yang mendalam. Di satu sisi, pengemis menimbulkan defisit moral dengan mengemis di tempat suci, di sisi lain, defisit sosial yang ditimbulkan mereka berkat jasa dari pengelola dan pemerintah yang tidak tegas mengelola mereka.

Kompleks pemakaman wali adalah tempat suci yang dipandang dengan penuh hormat oleh masyarakat. Ini adalah tempat di mana orang-orang pergi untuk berdoa, merenungkan, dan mengenang orang-orang yang telah pergi meninggalkan dunia ini. Kehadiran pengemis di tempat seperti ini bisa dianggap sebagai bentuk penggangguan dan tidak hormat.

Pertanyaan etika muncul ketika kita mempertimbangkan kehadiran pengemis di kompleks pemakaman wali. Di satu sisi, kita memiliki kewajiban untuk membantu mereka yang membutuhkan, seperti di tempat suci ini. Namun, di sisi lain, kehadiran pengemis bisa mengganggu kedamaian dan kehormatan tempat suci tersebut.

Tantangan utama adalah menemukan keseimbangan antara empati terhadap kebutuhan pengemis dan kehormatan terhadap kompleks pemakaman. Sebagai masyarakat yang berperadaban, kita harus mencari solusi yang menghormati kedua belah pihak. Ini mungkin melibatkan dalam memberikan bantuan kepada pengemis di lokasi yang lebih cocok, sambil menjaga kebersihan dan ketenangan di pemakaman.

Salah satu pendekatan yang mungkin adalah dengan upaya koordinasi antara pemerintah setempat, lembaga amal, dan masyarakat untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada pengemis. Ini dapat meliputi program bantuan sosial, pusat rehabilitasi, atau program pelatihan keterampilan untuk membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan.

Selain itu, penting untuk membangun kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang masalah pengemis dan kompleksitas sosial yang terlibat. Dengan memahami akar penyebab kemiskinan dan tantangan yang dihadapi oleh pengemis, kita dapat lebih berempati dan berusaha untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan.

Penting untuk melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap kegiatan pengemisan di kompleks pemakaman wali. Ini bisa melibatkan kehadiran petugas keamanan, penegakan aturan, dan tindakan hukum terhadap mereka yang melanggar ketertiban umum.

Komersialisasi Kompleks Makam Wali

Kehadiran pengemis di kompleks pemakaman wali tidaklah satu-satunya tantangan yang dihadapi oleh tempat suci ini. Salah satu isu yang semakin mendapat perhatian adalah komersialisasi kompleks pemakaman wali, di mana nilai-nilai keagamaan dan spiritual sering kali terkikis oleh dorongan untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Komersialisasi kompleks pemakaman wali bisa termanifestasi dalam berbagai bentuk, termasuk penjualan lahan untuk pengembangan properti, penawaran paket pemakaman yang mahal, atau pengenalan layanan tambahan yang bersifat konsumtif seperti kafe atau pusat perbelanjaan. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, namun dapat mengorbankan nilai-nilai spiritual dan kehormatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun