Nusantara terdiri dari kata, yaitu nusa artinya pulau dan antara yg artinya seberang. Jika bersinggungan dengan nama Nusantara ini pasti dihubungkan dengan Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada yang fenomenal itu. Dengan sumpah palapa ini, Gajah Mada ingin menyatukan daerah yg sekarang ia tinggali dengan daerah-daerah sekitar. Adapun daerah-daerah yang dimaksud adalah Gurun (Kerajaan Gurun, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat), Seran (Pulau Seram, pulau besar Maluku), Tanjung Pura (Kerajaan Tanjungpura, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat), Haru (Kerajaan Aru, Kabupaten Karo, Sumatera Utara), Pahang (Pahang, Malaysia), Dompo (Kerajaan Dompo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat), Bali (Pulau Bali), Sunda (Kerajaan Sunda), Palembang dan Tumasik (Singapura). Daerah-daerah ini sekarang bukan hanya terletak di Indonesia tapi sudah di luar negara Indonesia, seperti Malaysia dan Singapura. Sumpah palapa ini yang menginspirasi para founding fathers Indonesia untuk menyatukan seluruh daerah Nusantara dengan menambahkan seluruh pulau Papua. Namun, rencana dari founding fathers tidak berjalan dengan baik.
Ketika Indonesia, Malaysia, dan Singapura masih dijajah oleh Belanda dan Inggris, para petinggi dari masing-masing negara saling ngobrol dan kerjasama akan rencana penyatuan Nusantara ini. Bahkan, perwakilan Malaysia ikut menghadiri pertemuan sumpah pemuda pada tahun 1928 dan juga ikut berikrar "satu bahasa satu bahasa Indonesia". Karena memang, Malaysia dan Singapura itu dipenuhi oleh orang-orang Melayu. Obrolan tadi berisikan bahwa negara yang merdeka duluan harus menunggu negara lain merdeka guna memperlancar rencana penyatuan ini. Jika jalan sendiri-sendiri, rencana ini tidak akan berhasil karena ketiga negara ini dijajah oleh negara yang berbeda. Lalu ketiga petinggi negara ini bersepakat saling menunggu satu sama lain.Â
Dari ketiga negara ini, Indonesia duluan yg merdeka pada tahun 1945. Lantas Indonesia menunggu dua temannya untuk merdeka. Pada tahun 1957, Malaysia merdeka tapi malah membuat Indonesia kecewa karena tidak sesuai kesepakatan. Seharusnya, Malaysia merdeka dan lepas dari jeratan Inggris. Pada saat itu, rencana penyatuan Nusantara ini terdengar oleh Inggris dan Inggris tidak membolehkan Malaysia gabung ke poros Indonesia. Menurut Inggris, jika Malaysia bergabung, maka negara itu akan menjadi bagian dari negara komunis yg sangat merusak. Ini adalah propaganda Inggris untuk menghentikan penyatuan ini. Hal ini kemudian mendapatkan respon dari Indonesia lewat Sukarno yg keluar dari PBB akibat penghianatan ini. Dari sana Sukarno sangat geram dan mengeluarkan kebijakan "Ganyang Malaysia".Â
Melihat negaranya terhimpit dari Utara oleh Malaysia dan dari selatan oleh Australia, Sukarno meresponnya dengan bergabung dengan kubu komunis. Lalu terbitlah poros Jakarta-Peking-Pyongyang untuk melawan dari kepungan negara-negara kapitalis. Poros ini sangat akrab dan bahkan menyelenggarakan olimpiade olah raga. Hal ini merupakan respon rasa kecewa Sukarno yang telah dikhianati oleh teman sendiri. Melihat ini, Singapura juga semakin tidak mau bergabung dengan Indonesia, Singapura merdeka pada tahun 1965 dan mengikuti langkah-langkah Malaysia.
Indonesia sekarang adalah implikasi dari gagalnya rencana penyatuan Nusantara. Kenapa bisa seperti ini? Karena pemimpin setelah Sukarno yaitu Suharto tidak memperjuangkannya kembali. Ia hanya fokus membangun citra dan pembangunan di dalam negeri bukan di luar negeri. Hal ini terlihat kerjasama yg dilakukan oleh militer gabungan Malaysia dan Indonesia untuk menumpas PKI di Kalimantan dan memanfaatkan orang Melayu guna menjalankan sumber daya di Kalimantan yang membuat geram suku pribumi, Dayak. Daerah di Indonesia pun tidak utuh, dengan Timor Timur dan setengah dari pulau Papua telah merdeka. Gerakan separatis pun ikut meramaikan Indonesia, yaitu Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Papua. Kini, nama Nusantara tetap lestari dengan adanya ibu kota baru di Kalimantan, yaitu Ibu Kota Nusantara (IKN).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H