Mohon tunggu...
Bahy Chemy Ayatuddin Assri
Bahy Chemy Ayatuddin Assri Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Di Salah Satu Kampus

Menulis merupakan refleksi diri dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Awal Mula Gerakan Feminisme

26 Maret 2024   10:39 Diperbarui: 26 Maret 2024   10:51 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gramedia.com/

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan, yaitu mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di ruang publik, seperti di sektor ekonomi, politik, dan sosial. Feminisme merupakan respon dari sistem patriarki yang telah lama menyelimuti kehidupan manusia. Selain itu, feminisme juga merupakan respon dari revolusi industri yang mengatakan bahwa perempuan dijadikan sebagai subordinat dari laki-laki. Perempuan tidak bisa bekerja di dalam sebuah industri dan hanya bisa bekerja dalam lingkup pribadi atau rumah tangga. Mengapa seperti itu? karena perempuan memiliki beberapa kelemahan biologis, yaitu menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Jika dibandingkan dengan laki-laki yang tidak memiliki kelemahan biologis, laki-laki akan selalu mendominasi kehidupan. Akhirnya, laki-laki harus melindungi perempuan saat kelemahannya muncul. Dari sini, sebuah industri menghendaki untuk selalu berjalan dan tidak berhenti, bagaimana bisa perempuan dengan kelemahannya tersebut ikut andil dalam proses industri?. Dengan ini perempuan hanya memiliki satu sektor saja, yaitu sektor keluarga. 

Sigmund Freud mengemukakan konsep the penis envy. Konsep ini mengatakan bahwa sebenarnya perempuan iri dengan laki-laki yang menguasai semua bidang kehidupan tanpa kelemahan biologis. Di dalam sektor yang perempuan kuasai, yaitu sektor keluarga, mereka masih tidak mampu untuk mendominasi laki-laki. Misalnya pada saat hubungan badan, laki-laki cenderung beranggapan bahwa ia pasti bisa mencapai klimaksnya tapi berbeda dengan perempuan yang beranggapan bahwa penampilan menarik lebih baik daripada mencapai klimaksnya. Dari sini saja sudah jelas bahwa perempuan masing menggantungkan kehidupannya di diri laki-laki, sedangkan laki-laki merdeka. Para sosiolog pun mengamini tentang konsep yang ditawarkan di atas. Menurut para sosiolog, jika suami istri berkarir semua, maka angka presentasi perceraian semakin tinggi. Oleh karenanya harus ada pembagian karir di antara kedua belah pihak. Di samping konsep patriarki muncul dari kondisi sosial, konsep ini juga muncul akibat dari kondisi ekonomi, dalam hal ini sistem kapitalis. Bukan hanya perempuan yang menjadi korban, laki-laki pun sebenarnya korban dari sistem ini. Dalam sistem kapitalis, komoditas suatu hal yang penting, bahkan laki-laki pun ikut menjadi komoditas dan tidak diperlakukan layaknya manusia. Alhasil, laki-laki menumpahkan keluh kesah kepada perempuan di rumah. Sektor keluarga dapat dipastikan sebagai tempat dominan bagi laki-laki.

Gerakan feminisme setidaknya terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu (1) feminisme liberal; yang mengemukakan bahwa perempuan harus setara di hadapan laki-laki, mulai dari hukum sampai sosial. Selama ini perempuan hanya menjadi warga kelas kedua dari laki-laki, tidak ada hak dan kewajiban hukum yang ditunaikan untuk perempuan. Perempuan menuntut untuk kesetaraan itu. Jika ingin setara bahkan lebih dari laki-laki yang telah mendominasi seluruh lini, maka agaknya berat untuk merumuskannya kembali. Dalam hal kesempatan kerja, gerakan ini cenderung berhasil tapi jika dilihat dari kuantitas saja. Jika dibandingkan dengan kualitas, maka perempuan masih jauh dari laki-laki. Artinya, laki-laki masih mendominasi. Mereka menuntut pembagian kue lebih, ya akan susah karena pembagian sudah terlaksana. (2) feminisme radikal; yang mengatakan bahwa untuk mengakhiri dominasi laki-laki adalah menjauhi menjalin hubungan dengan laki-laki, walaupun berhubungan dengan seksual. Oleh karenanya, feminisme ini berevolusi menjadi feminisme lesbian. (3) feminisme sosial; yang mengemukakan bahwa perempuan tidak dapat lepas dari laki-laki karena ketergantungan finansial. Gerakan ini menyerukan kepada kemandirian ekonomi agar lepas dari jerat dominasi laki-laki.

Dari penjabaran di atas, agaknya kita lupa akan hakikat hidup manusia, yaitu yang melindungi dan yang dilindungi. Manusia tercipta dari laki-laki dan perempuan. Laki-laki tidak memiliki kelemahan biologis sehingga sangat kuat, sedangkan perempuan memiliki kelemahan biologis, sehingga membutuhkan perlindungan dari yang kuat, yaitu laki-laki. Perempuan dengan kelemahan biologisnya, yaitu melahirkan, dapat menjaga spesies manusia tetap lestari, sedangkan laki-laki harus melindungi kelemahan dari perempuan dengan kekuatannya. Artinya perempuan melestarikan spesies dan laki-laki melindungi proses pelestarian ini. Dapat dikatakan bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki sejajar dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Sampai zaman yang akan datang pun, konsep ini masih sangat relevan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun