Mohon tunggu...
Asril Novian Alifi
Asril Novian Alifi Mohon Tunggu... Penulis - Writer | Learning Designer | Education Consultant

Writer | Learning Designer | Education Consultant https://linktr.ee/asrilnoa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Jika Sudah Ada Internet, Mengapa Masih Harus Membaca Buku?

25 Januari 2019   14:10 Diperbarui: 30 Januari 2019   17:42 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat masih di jaman kaset, kita tentu tak bisa seleluasa itu. Untuk memilih lagu mana yang ingin kita dengarkan, kita harus menekan tombol fast forward atau rewind pada tape kita. Saat kedua tombol tersebut ditekan, maka pita kaset akan berputar dengan begitu cepat. Tak ada petunjuk apapun yang menandakan putaran tersebut sudah sampai di play list ke berapa. Di sinilah kemudian ilmu kira-kiraologi memainkan perannya.

Lantaran hanya berdasarkan kira-kiraologi, maka saat kita menghentikan proses rewind atau fast forward itu belum tentu pas di posisi lagu yang kita inginkan. Seringnya memang tak pernah tepat. Bisa jadi masih kurang sedikit lagi atau malah kebablasan dari posisi lagu yang kita inginkan. Kalau sudah sperti ini, proses forward dan rewind pun akan diulang kembali, bahkan bisa sampai beberapa kali, sampai pita kaset tepat di posisi yang kita inginkan.

Dikarenakan prosesnya yang sungguh merepotkan tersebut, seringkali penikmat musik dengan medium kaset jarang melakukan proses forwardatau rewind. Jadi, mau tidak mau, mereka akan mengikuti lagu-lagu dalam play list kaset itu berputar satu-persatu. Dalam kondisi inilah, saya sendiri sering mengalami sebuah petualangan.

Jika diibaratkan sebuah perjalanan, mendengarkan musik dengan media digital itu seperti orang bepergian yang langsung sampai ditempatnya dengan begitu cepat. Sedangkan mendengarkan musik dengan kaset itu seperti orang bepergian yang berputar-putar, terkadang juga tersesat atau mampir-mampir dulu sebelum sampai ke tempat tujuan.

Tapi siapa sangka, ternyata hasil dari "mampir-mampir" tersebut, seringkali membawa saya pada perjumpaan-perjumpaan yang mengejutkan. Tak jarang saya menemukan lagu-lagu yang awalnya tak menjadi tujuan saya mendengarkan isi kaset tersebut, justru adalah lagu-lagu yang tidak kalah keren dibandingkan lagu yang awalnya begitu saya ingin dengar (biasanya lagu yang memang sudah menjadi hit) dari kaset tersebut. Tak jarang pula akhirnya lagu tersebut akhirnya menjadi lagu yang paling saya favoritkan dalam album tersebut.

Demikian pula dalam hal membaca. Tiap kali membaca tulisan-tulisan di internet melalui gawai yang saya miliki, saya cenderung hanya membaca tulisan yang singkat-singkat saja. Tak jarang pula saya hanya membaca poin-poinnya dan tidak terlalu tertarik untuk mencermati tiap kata demi kita. Selain karena memang membaca tulisan dari layar gawai tak begitu nyaman bagi mata, saya merasa bahwa secara psikologis memang penggunaan gawai itu ditujukan untuk membaca informasi-informasi yang kita butuhkan saja.

Sangat berbeda dengan buku cetak. Dengannya saya bisa berlama-lama betah larut di dalamnya. Serupa dengan kaset, buku cetak juga kerap membawa saya tak sekadar pada informasi yang ingin saya dapatkan saja, tapi juga mampu membawa saya untuk "mampir-mampir" ke informasi lain yang ternyata juga tak kalah seru.

Ternyata apa yang saya rasakan tersebut pernah juga dibahas oleh Mbak Sofie Dewayani dalam bukunya Menghidupkan Literasi di Ruang Kelas (Kanisius, 2017). Pada bab awal tersebut Mbak Sofie menekankan bahwa membaca buku cetak masih tetap dibutuhkan, walaupun  arus informasi dari internet jauh lebih cepat dan mudah kita dapatkan melalui gawai-gawai kita.

Judul : menghidupkan Literasi di Ruang Kelas Penulis : Sofie Dewayani Penerbit : Kanisius Tebal Buku : 175 Halaman| Dokumentasi pribadi
Judul : menghidupkan Literasi di Ruang Kelas Penulis : Sofie Dewayani Penerbit : Kanisius Tebal Buku : 175 Halaman| Dokumentasi pribadi
Dalam buku tersebut, Mbak Sofie memaparkan beberapa hasil penelitan yang menjelaskan dua perbedaan mencolok antara aktivitas membaca buku dan aktivitas membaca dari internet lewat gawai yang kita miliki, di antaranya :

Informasi yang didapat Dari Membaca Buku Jauh Lebih Melekat di Ingatan
Anne Mangen dari Universitas Norwegia menemukan bahwa buku cetak membantu pembaca untuk mengingat materi bacaan dengan lebih baik ketimbang buku elektronik. Studinya membandingkan kemampuan menceritakan ulang bacaan dari pembaca buku cetak dan pembaca buku elektronik. Dia menyimpulkan bahwa pembaca buku cetak mampu mengingat aspek lebih detail dari isi buku yang dibacanya.

Pembaca Buku Cenderung Lebih Sistematis dalam Mendapatkan Informasi
Dari hasil penelitian Ziming Liu menunjukkan bahwa saat membaca pada layar komputer, pembaca cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk berselancar mencari informasi spesifik dengan cara memindai (scanning), menggunakan kata kunci tertentu, membaca dengan alur yang nonlinier, dan membaca penggalan informasi secara selektif. Hal ini tentunya berbeda dengan pembaca buku cetak yang membaca dengan perhatian terfokus, sehingga mendapatkan informasi yang sistematis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun