Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Sayap si Kirkok

7 November 2015   09:30 Diperbarui: 7 November 2015   13:16 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

no 4 Hts. S.

 

Kirkok baru mendarat di pelataran sarangnya. Kedua anaknya Kirka dan Kirky menyambut dengan mengepak-ngepakkan sayap kecilnya. Si kecil Kirky minta digendong. Kirka melapor baru selesai main dengan teman-temannya. Kukunya ada luka sedikit. 

Perlahan mentari sore surut di balik rerimbun pohon, cahaya emasnya yang tadi menyusup dari sela antara reranting pohon kini sudah hilang. Udara mulai terasa dingin. Angin kemarau masih berhembus pada bulan November.

Waktu istirahat bagi sebagian besar penghuni hutan. Mereka diam di sarang masing-masing, di atas pohon, di semak belukar, dan di dalam tanah. Hanya binatang-binatang malam yang mulai bekerja, takdir mereka seperti itu, bekerja malam hari seperti pencuri, tapi ada juga yang menjadi penghibur dan penjaga agar tak kecurian. Para penghibur itu hanya bekerja di malam hari, beberapa dari mereka memang sudah berhasil melebarkan sayap hingga bisa bekerja di siang hari dalam kegelapan.

Keluarga Kirkok pun sudah beristirahat, anak-anaknya sudah tidur setelah tadi mendengar cerita masa kecil Kirkok. Kirka beberapa hari ini selalu minta diceritakan masa kecil bapaknya, adiknya Kirky ikut-ikut mendengar seolah sudah mengerti juga.

Kirkok memperhatikan keluarganya yang sudah tertidur. Diamatinya sarangnya yang mulai tua, di sana-sini sebenarnya perlu perbaikan. Tapi masih bisa melindungi mereka dari hujan dan panas. Tidak tahu kalau nanti sudah musim hujan, apakah sarang ini bocor. Kirkok belum bisa merenovasi.

Kirkok sebenarnya ingin terbang tinggi, menjelajah lebih luas. Membawa keluarganya pergi dari pohon ke pohon, melihat luasnya alam. Sayang, sayapnya belum kuat. Tak sekuat sayap teman-teman sebayanya, sepermainannya. Mereka sudah terbang jauh, tinggi. Kirkok masih disini.

Kirkok tak leluasa merawat sayapnya supaya kuat. Dia masih harus merelakan bulu-bulunya untuk menghangatkan saudara-saudara kecilnya yang belajar terbang juga. Berbagi makanan dengan mereka. Kirkok menikmati melihat saudara kecilnya terbang, terbang lebih tinggi, lebih jauh. Kirkok terkadang harus marah, agar saudara-saudara kecilnya terbang, jangan diam di sarangnya. “Terbanglah. Ayo kita terbang bersama” Kirkok selalu menyemangati saudara-saudara kecilnya.

Terbanglah saudaraku….terbang….terbang…..

---

 

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community di sini

Silahkan bergabung di grup Fiksiana Community di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun