Dalam tulisan sebelumnya, saya sudah bercerita tentang partuturan tingkat dasar, pemula. Yang menurut saya akan bermanfaat dalam pergaulan sehari-hari. Terutama bagi teman-teman yang akan bertugas ke daerah Tapanuli sana, khususnya ke Humbang, Silindung, dan Toba Samosir.
Ada tanggapan dari seorang sahabat, bahwa dalam tulisan itu masih ada yang belum lengkap. Memang partuturan itu kalau dituliskan lengkap mungkin perlu satu buku. Sistem yang diciptakan leluhur itu sungguh luar biasa. Maka dari itu, mengutip iklan di televisi "cintailah produk-produk Indonesia", saya menghimbau generasi muda untuk mencintai tradisi produk leluhur kita. Disamping kita sudah "terpesona" dengan segala hal yang berbau asing, mari kita berusaha mencintai tradisi kita masing-masing.
Baiklah, kembali ke topik.
Subang dalam judul di atas bukanlah Kabupaten Subang di Jawa Barat. Subang atau dikenal juga dengan kata Tongka (baca: tokka) adalah pantangan. Yang dilarang dilakukan.
Berikut ini beberapa Subang yang bisa saya sebutkan:
1. Pantang menikah semarga.
Jika berkenalan dengan lawan jenis, jangan main naksir-naksir dulu. Tanyalah marganya apa. Jika semarga, seandainya pun kalian ketemu di kutup utara dan baru kenal disana, jangan coba-coba mendekat untuk merayu, tak boleh itu.
Tidak semarga, belum tentu juga boleh menikah. Ada juga hubungan-hubungan khusus yang tak boleh menikah walau tak semarga. Misalnya, kita tak boleh menikahi putri dari Namboru kita.
2. Pantang memanggil menantu perempuan atau mertua laki-laki.
Menantu perempuan (disebut parumaen) merupakan subang juga bagi mertua laki-laki (atau simatua baoa). Tak boleh berdua-duaan, tak boleh berdekat-dekatan, tak boleh berbicara langsung. Konon zaman dulu jika si mertua butuh sesuatu, maka dia akan menyampaikan keinginannya itu ke dinding agar di dengar si parumaen. Akan lebih mudah kalau ada cucunya disitu, bisa disampaikan melalui cucunya.
3. Pantang berdekatan dengan Inangbao dan Amangbao