Mohon tunggu...
Hts. S.
Hts. S. Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Tak bisa peluk ayahmu? Peluk saja anakmu!" Hts S., kompasianer abal-abal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Parbahul-bahul na Bolon, Sosok Ideal Ibu Orang Batak

23 Maret 2015   09:54 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parbahul-bahul na Bolon, Sosok Ideal Ibu Orang Batak

Kisah ini saya ambil dari kisah yang dikisahkan seorang senior beberapa hari yang lalu. Senior itu pun mengutipnya dari sebuah khotbah di Gereja. Mungkin beberapa pembaca sudah pernah mendengar atau membacanya, tapi saya baru pertama sekali mendengar kisah ini.

Baiklah kukisahkan kembali, kisah yang dikisahkan oleh senior itu. Begini kisahnya…

Kejadian ini berlatar  belakang kehidupan masa lalu, tahun-tahun dimana belum ada kemajuan teknologi dan ekonomi seperti saat ini.

Di sebuah desa hidup satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan 6 orang anaknya. Suatu hari mereka “mamulha ambar” – membuka kolam ikan. Di samping ikan mas yang akan dijual ke pasar onan, dari kolam tersebut dipanen juga sibahut - ikan lele. Ikan lele dari kolam sawah beda dengan ikan lele yang kita sering jumpai di tenda pecal lele saat ini. Ikan lelenya tidak terlalu besar, berwarna kemerahan, cerah. Jika ditambing – terpatil oleh lele, bisa demam selama tiga harian. Jadi menangkapnya dari dalam lumpur kolam perlu ketrampilan tersendiri.

Sorenya, si ibu memasak untuk makan malam keluarga, dibantu oleh anak-anaknya. Biasanya ibu memasak 6 takkar – ukuran beras menggunakan kaleng bekas susu kental manis. Tapi karena malam ini lauknya spesial – berupa ikan lele masak tombur – ikan lele dipanggang di atas bara, diberikan saus berbahan utama kemiri (sudah lama tak makan tombur, lupa pula awak apa saja bumbunya), maka si ibu memasak nasi hari ini menjadi 7 takkar, antisipasi anak-anak dan suaminya lebih banyak makannya, buat nambah.

Pas mereka mau siap-siap makan malam, duduk rapih berjejer melingkar di atas tikas, datang seorang tamu. Tamu itu dalah orang yang sangat dihormati oleh keluarga itu. Datang tulang-nya anak-anak. Tulang adalah paman – saudara laki-laki (ito) dari ibu. Dia salah satu hula-hula yang dalam posisi dalihan na tolu – prinsip dasar adat Batak – hula-hula wajib dihormati adanya.

Dengan penuh rasa hormat, si Tulang pun dipersilahkan ikut makan malam, dipersilahka mengambil tempat di halang-ulu – posisi tempat terhormat.

Si ibu pun membagi makanan dari periuk nasi yang diletakkan di sebelah kanannya. Karena peserta makan bertambah, nasi yang dimasak 7 takkar itu pun habis pas, tidak ada tersisa di periuk nasi,

Si Tulang makan dengan nikmatnya, begitupun anggota keluarga yang lain. Si ibu cemas, bagaimana kalau si tulang minta tambah nasi. Melihat raut wajah ito­-nya si ibu, si Tulang berpikir ulang untuk meminta tambah nasi, dia kuatir membuat ito­-nya malu, jangan-jangan nasih sudah habis. Karena biasanya tanpa harus diminta, maka akan ditawarkan “tambai hamu ito indahan muna i…” – “tambahlah nasinya ito”. Lauk masih banyak dan enak pula lele masak tombur ini, tapi nasih sudah habis. Si tulang menggesekkan jari tangannya ke piring kaca sambil berujar “bah, na baru pe huroa piring muna on ito adong dope capna” (ito, piringnya masih baru ya masih ada capnya), dengan harapan itonya akan melihat kalau nasi di piringnya sudah hampir habis dan menawarkan tambahan nasi.

Si ibu yang dari tadi cemas menjawab si Tulang : “ido ito, sarupa do dohot hudonon dison dope capna” (iya ito, sama juga dengan periuk ini masih ada capnya) sambil mengangkat periuk di sebelah kanannya, memperlihatkan ke si Tulang. Si Tulang pun melihat jika periuk itu sudah kosong, dan dia mengakhiri makan malamnya dengan tersenyum.

Begitulah seorang ibu, yang bagi orang Batak disebut ina parbahul-bahul na bolon. Senantiasa bijak mengelola segala keterbatasan dalam rumah tangga, menjaga ketentraman di dalamnya.

Horas!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun