Beberapa produk tidak perlu iklan agar digemari konsumen. Seperti listrik PLN tak perlu iklan pasti dipakai konsumen. Alih-alih menganjurkan penggunaan listrik yang banyak, PLN malah mengiklankan agar hemat listrik.
Serupalah dengan bawang merah, tidak diiklankan juga pasti laku. Belum ada iklan bawang merah yang mengklaim pemakaian bawang lebih hemat dengan cita rasa lebih pedas misalnya. Bawang merah selalu dicari oleh kaum ibu dan pengusaha kuliner.
Beda dengan kecap. Kecap harus diiklankan. Sehingga ada istilah "Kecap Nomor 1". Semua kecap nomor 1. Mungkin kalau ada nomor 2 bisa laku keras.
Entah malam kapan, lupa saya. Sempatlah saya menonton iklan di televisi. Iklan rokok. Tulisannya "merokok dapat membunuhmu". Sudah lama saya tak mengetahui apa yang tertulis di bungkus rokok. Kalau tidak salah dulu ada peringatan tentang impotensi dan seterusnya. Tapi teman-teman yang merokok tidak takut impotensi, sebab walaupun merokok, mereka tetap bergairah. Termasuklah saya waktu itu yang tak menghiraukan peringatan tersebut. Karena saya juga tetap bergairah, hehehe. Karena kesulitan cash flow saya putuskan berhenti merokok.
Walaupun sudah jujur memperingatkan, tetapi ternyata rokok masih laku keras. Pengusaha rokok tetap masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Daftar orang terkaya tahun 2013 bisa dibaca di kompas.com.
Barangkali dalam beriklan haruslah jujur seperti produsen rokok, tidak berusaha merayu, tidak muluk-muluk dan konsumen pun siap terbunuh.
Selamat merokoklah. Lanjutkan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H