Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Agen Penyebaran Hoaks Pengelolaan Kinerja PMM

18 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 18 Januari 2024   07:14 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru agen penyebaran hoaks Pengelolaan Kinerja PMM. Benarkah demikian? Apa saja bentuk hoaks yang mungkin terjadi? Dari mana saja sumber hoaks itu? Siapa saja yang berpotensi menyebarkan hoaks? Di mana ruang penyebaran hoaksnya? Siapa saja yang rentan menjadi korban hoaks? Bagaimana guru mengantisipasi agar tidak terkena hoaks? 

Tidak perlu ngegas dulu, ya. Mari kupas bersama-sama dalam suasana yang santai dan kepala dingin. Siapkan saja dulu kekuatan hati untuk membuka pikiran terkait hoaks pengelolaan kinerja PMM ini. Tujuannya agar diperoleh pemahaman yang sama terkait hal ini. Hingga pada akhirnya akan ada titik terang kesamaan pemahaman. 

Seperti kita ketahui bersama pengelolaan kinerja PMM saat ini sedang booming di kalangan guru dan kepala sekolah ASN. Berbagai informasi terkait pengelolaan kinerja PMM ini mengalir deras. Seolah tidak terbendung, guru berusaha mendapatkan informasi terkini terkait pengelolaan kinerja PMM ini. Tidak heran kalau webinar terkait Pengelolaan Kinerja PMM tidak pernah sepi peminat. 

Di tengah keriuhan tersebut, tanpa disadari produsen hoaks sedang mengintai. Berusaha menemukan formula paling mudah untuk bisa menyusup. Berupaya menjaring agen-agen penyebaran hoaks dengan menyembunyikan identitas diri sebagai seorang guru yang sangat kompeten dan paling mengerti kebutuhan belajar guru. Produsen hoaks ini sangat memahami area yang akan diintervensi. Area tersebut adalah pengembangan kompetensi guru. 

Produsen hoaks paham, saat ini guru membutuhkan bukti dukung berupa sertifikat. Sertifikat ini nantinya akan menjadi bukti yang valid bagi guru yang telah berusaha melakukan pengembangan kompetensi dalam Pengelolaan Kinerja PMM. Selain itu, produsen hoaks juga memahami bahwa masih banyak guru yang belum paham utuh tentang transformasi pengelolaan kinerja. Bagi sebagian guru, sertifikat adalah kunci. 

Webinar Komunitas Bergema NTB terkait Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah (Dokpri) 
Webinar Komunitas Bergema NTB terkait Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah (Dokpri) 

Melalui pendekatan kebutuhan guru akan sertifikat, produsen hoaks mulai merayu calon korbannya. Cara-cara elegan dan meyakinkan pun dilakukan. Salah satunya adalah menyebarkan e-flyer webinar bersertifikat dengan bersembunyi di balik donasi sukarela. Selain itu, juga ada permintaan transfer penggantian biaya penerbitan sertifikat. Hal ini pun ditangkap oleh guru yang enggan belajar dan menyukai hal instan sebagai jalan pintas. Bagi guru kelompok ini, tidak masalah meskipun berbayar asalkan bisa memperoleh sertifikat. 

Terlebih iming-iming Jam Pelajaran pada sertifikat yang ditawarkan oleh produsen hoaks sangat menggoda. Padahal bukti dukung sertifikat pengelolaan kinerja PMM sama sekali tidak berkaitan dengan jam pelajaran. Hal ini yang masih belum semua guru memahaminya. Suatu kondisi yang membuat guru sangat mudah menjadi agen penyebaran hoaks. Sebuah kondisi yang menimbulkan kepuasan tersendiri bagi produsen hoaks. 

Guru sebagai agen penyebaran hoaks pengelolaan kinerja PMM ini ditandai dengan upaya secara masif menyebarkan informasi webinar yang tidak jelas penyelenggaranya sebagai syarat pendaftaran webinar. Selain itu, juga dengan mudahnya langsung klik tautan tawaran webinar tanpa berpikir panjang dampak ke depannya. Hal tersebut karena adanya iming-iming kemudahan dalam mendapatkan sertifikat. 

Tanpa mereka sadari informasi webinar yang tidak jelas tersebut berdampak negatif bagi guru lain. Selain berpotensi spam, juga sangat rentan membagikan tautan yang ternyata scam ataupun pishing. Hal ini adalah awal bencana bagi guru. Akibat guru yang berlomba-lomba menjadi agen penyebaran hoaks, banyak guru lain yang akhirnya menjadi korban hoaks. 

Diskusi Internal Komunitas Menyamakan Persepsi (Dokpri) 
Diskusi Internal Komunitas Menyamakan Persepsi (Dokpri) 

Bagaimana agar guru tidak menjadi agen penyebaran hoaks? 

Pertama, saat menerima informasi webinar dengan iming-iming sertifikat berbayar, guru terlebih dahulu harus mengambil jeda. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada otak tengah untuk berpikir secara logis. Dengan mengambil jeda ini guru tidak akan serta merta langsung termakan hasutan maupun rayuan yang ada dalam informasi tersebut. Minimal guru masih memiliki kesempatan untuk tidak langsung percaya terhadap informasi yang beredar. 

Kedua, guru harus bisa menamai emosi saat membaca informasi tersebut. Jika emosi berlebihan, baik itu bahagia maupun sedih saat membaca informasi, guru harus menaruh rasa curiga. Curiga ini akan membuat guru berusaha untuk melakukan cek kebenaran terhadap informasi. Menamai emosi ini menjadikan guru tidak akan terburu-buru dalam menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. 

Kedua langkah tersebut merupakan langkah efektif agar guru menjadi kenal hoaks. Hingga pada akhirnya guru tidak akan menjadi agen penyebaran hoaks. 

Stop penyebaran informasi terkait webinar maupun pengelolaan kinerja PMM yang belum jelas kebenarannya! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun