"Bapak, kapan libur? Pengin kita ke pantai."
Pertanyaan dan pernyataan dari anak usia dini yang seringkali menghampiri orang tua pekerja. Pertanyaan dan pernyataan singkat, tetapi meninggalkan rasa bersalah yang berkepanjangan. Tidak heran jika keluarga menjadi alasan orang tua pekerja mengharapkan tibanya cuti bersama libur lebaran.Â
Libur lebaran bagi pekerja seolah surga yang dirindukan. Berbagai aktivitas pekerjaan memaksa seorang pekerja memeras otak untuk menyelesaikan. Bahkan seringkali harus mengorbankan waktu kebersamaan dengan keluarga.Â
Tidak heran jika para pekerja memanfaatkan momen libur lebaran ini dengan sebaik-baiknya untuk berkumpul dengan keluarga. Meskipun tidak akan cukup mengganti waktu kebersamaan yang hilang, tetapi setidaknya ada kesempatan menutup kepingan puzzle yang berlubang.Â
Liburan bukan saja monopoli para pekerja. Setiap orang membutuhkannya. Lewat liburan akan menghilangkan kepenatan aktivitas. Kepenatan yang berpotensi menimbulkan stres berkepanjangan. Liburan akan menyembuhkan.Â
Mengapa Harus Liburan Sambil Healing?
Liburan terbukti akan menyembuhkan sesak di hati dan pikiran. Sesak hati karena masalah pribadi akan teralihkan dengan aktivitas positif. Liburan yang menyenangkan akan membuat hati sedikit lapang. Kelapangan hati akan menjadikan rasa sakit sedikit demi sedikit pergi.Â
Suasana baru yang menyenangkan akan memberikan warna baru pada hati yang penuh amarah dan benci. Amarah dan benci akan pudar seiring bahagia yang tercipta saat liburan.Â
Kebahagiaan liburan tidak saja tercipta dari diri sendiri, tetapi juga orang-orang terdekat yang menemani. Meskipun sendirian itu baik, bersama-sama juga akan lebih baik. Setidaknya ada teman membangun suasana hati lebih baik.Â
Demikian halnya sesak pikiran oleh pekerjaan dan hal-hal lain dalam kehidupan. Liburan terbukti menyembuhkan isi kepala dari tekanan-tekanan pekerjaan.Â
Lewat liburan isi kepala akan disegarkan dengan berbagai pemandangan menakjubkan. Bukan saja lingkungan sekitar, melainkan juga keindahan objek wisata yang ada di Indonesia. Keindahan dan keseruan perjalanan akan mampu mengganti lembaran-lembaran tugas dengan ingatan-ingatan keseruan perjalanan.Â
Siapa Saja yang Butuh Liburan Sambil Healing?Â
Liburan sambil healing tentu bukan monopoli para pekerja. Bukan pula individu yang sedang kacau hati dan perasaannya. Melainkan juga bagi siapa saja. Setiap individu sejatinya membutuhkan liburan untuk menyembuhkan.Â
Sebut saja ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga yang hidupnya 24 jam untuk keluarga tentu mengalami stres yang mungkin dipendamnya diam-diam. Ibu rumah tangga pun butuh liburan sambil healing. Tujuannya agar tetap waras menghadapi kenyataan hidup yang ada.Â
Bagaimanapun juga menjadi ibu rumah tangga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Termasuk mengurusi anak dan suami.Â
Tanpa liburan, tentu ibu rumah tangga akan menghadapi hal yang sama terus-menerus. Hal ini bisa saja menjadi penyebab gangguan kesehatan jiwanya.Â
Selain ibu rumah tangga, jangan salah kalau anak-anak juga membutuhkan liburan sambil healing. Proses pembelajaran yang memerdekakan di sekolah sekalipun bukan jaminan mereka tidak mengalami stres.Â
Memang pembelajaran ini menyesuaikan dengan kebutuhan belajar mereka. Namun, bukan berarti mereka tidak membutuhkan liburan sambil healing. Mereka juga butuh pengalihan sementara dari rutinitas belajar di sekolah dengan belajar dari alam.Â
Tidak terkecuali anak usia dini. Lho memang anak usia dini sudah bisa stres juga sehingga butuh liburan? Bisa, dong! Tidak dipungkiri anak usia dini bisa mengalami stres karena aktivitas yang monoton.Â
Sekali-kali mereka membutuhkan variasi agar tidak bosan yang menjurus ke arah stres. Bahkan ini penting bagi kesehatan jiwa dan karakter mereka. Terutama dalam meningkatkan rasa bangga berwisata di Indonesia.Â
Di Mana Bisa Liburan Sambil Healing?
Adanya rasa bangga berwisata di Indonesia dalam diri masyarakat tentu tidak akan kesulitan menemukan objek wisata sesuai kebutuhan dan keinginan.Â
Di Indonesia menyediakan banyak objek wisata yang bisa dipilih. Sebut saja wisata alam, wisata edukasi, wisata pantai, dan sebagainya. Bangga berwisata di Indonesia akan bisa menjadikan setiap tempat di Indonesia adalah lokasi wisata.Â
Tidak terkecuali tempat-tempat di sekitar tempat tinggal, misalnya hamparan sawah. Menganggapnya sebagai tujuan wisata, tentu akan melahirkan sensasi sendiri saat menikmatinya.Â
Cukup memandang sawah hijau terhampar luas, maka kepenatan akan hilang. Akhirnya sembuhlah dari stres berkepanjangan. Berwisata di Indonesia ternyata semudah itu. Asyik, bukan?Â
Bagaimana Strategi Membangun Bonding Saat Liburan Sambil Healing?
Nah ini tidak kalah pentingnya. Terutama bagi orang tua pekerja yang memiliki anak usia dini. Liburan sambil healing bisa dijadikan sarana menguatkan bonding.Â
Libur bagi orang tua pekerja adalah momen istimewa bagi anak usia dini. Tidak heran jika anak usia dini sering bertanya, "Bapak besok hari Minggu libur?". Bisa juga pertanyaan tidak terduga lainnya, "Bapak, kapan sih liburnya? Kerja terus!"
Momen liburan sambil healing bisa banget untuk menguatkan bonding. Tentu sekaligus menumbuhkan pemahaman karakter bangga berwisata di Indonesia juga.Â
Berikut adalah strategi menguatkan bonding dengan anak usia dini lewat liburan sambil healing.Â
1. Diskusi Awal dengan Anak Usia Dini
Diskusi dilakukan terkait waktu dan lokasi tujuan wisata. Saat diskusi awal ini, orang tua bisa sekaligus menanamkan karakter bangga berwisata di Indonesia.Â
Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan masukan objek wisata sekitar yang bisa dikunjungi. Berikan kemerdekaan kepada anak untuk memberikan usul objek wisata yang ingin dikunjungi.Â
Orang tua juga harus memberikan pemahaman terkait objek wisata yang bisa dijangkau. Bonding dengan anak akan tercipta melalui obrolan ringan saat diskusi.Â
2. Melakukan Persiapan Bersama
Persiapan bersama dilakukan melalui pemenuhan bekal liburan. Selain itu juga terkait perlengkapan yang dibutuhkan.Â
Tidak lupa juga terkait pemahaman hal-hal yang boleh dan tidak dilakukan di objek wisata. Persiapan ini akan menguatkan bonding terutama dalam hal saling membutuhkan antara anak dengan orang tua.Â
3. Membuat Konten Bersama
Ini adalah strategi lanjutan yang bisa dilakukan saat melakukan perjalanan ke objek wisata. Setelah anak usia dini bisa merasa bangga berwisata di Indonesia, dia tidak akan segan menceritakan lewat konten bersama orang tua.Â
Pembuatan konten video ini akan menumbuhkan bonding terutama kerja sama antara anak dengan orang tua. Celetukan-celetukan spontan anak usia dini saat liburan adalah hiburan yang menyembuhkan saat membuat konten.Â
4. Melakukan Refleksi Bersama
Strategi terakhir adalah melakukan refleksi bersama setelah selesai melakukan perjalanan. Proses ini bisa dilakukan dengan menggali perasaan anak usia dini setelah bersama-sama melakukan liburan sambil healing.Â
Dari perasaan yang disampaikan, orang tua bisa langsung menguncinya dengan komitmen anak usia dini agar lebih bangga berwisata di Indonesia. Adanya budaya refleksi bersama anak usia dini akan menguatkan bonding terutama dihargai pendapatnya.Â
Berikut konten video kanal YouTube pribadi tentang keseruan liburan sambil healing sekaligus menguatkan bonding dengan anak guna menanamkan nilai bangga berwisata di Indonesia.Â
Beberapa strategi di atas dapat diterapkan bersama anak usia dini dalam merencanakan dan melakukan liburan sambil healing. Tentunya pelibatan anak dalam pengambilan keputusan terkait rencana akan menguatkan bonding dengan mereka. Hingga pada akhirnya liburan sederhana yang menyembuhkan membuat anak merasa bangga berwisata di Indonesia sejak usia dini.Â
Semoga bermanfaat!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H