Orang tua bisa menjadi penjual takjil, sedangkan anak menjadi pembelinya. Saat berperan sebagai penjual takjil, orang tua bisa langsung memberikan penjelasan tentang tujuan berjualan saat Ramadan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Â
Penanaman nilai ini akan merangsang anak untuk berpikir bahwa untuk mendapatkan uang diperlukan usaha. Dengan demikian anak akan mulai menghargai uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.Â
Lebih lanjut orang tua perlu menambahkan bahwa tercukupinya kebutuhan sehari-hari merupakan indikator finansial sehat.Â
2. Menabung selama Ramadan
Untuk mengenalkan tanda finansial sehat kedua, yaitu penyisihan uang, orang tua bisa menyiapkan tabungan khusus selama Ramadan. Orang tua bisa mengalokasikan dana khusus untuk tabungan setiap hari selama Ramadan.Â
Tidak harus banyak-banyak. Cukup seribu rupiah setiap hari. Kalau terkait nominal memang tidak seberapa. Namun, sangat berarti sebagai bekal pembiasan positif.Â
3. Permainan Ingin atau ButuhÂ
Untuk mengenalkan perbedaan keinginan dengan kebutuhan, orang tua bisa melakukan aktivitas permainan. Permainan ini hanya membutuhkan gambar-gambar saja.Â
Gambar-gambar tersebut berupa kebutuhan sehari-hari di rumah dan sekolah. Orang tua menyiapkan dia kotak.Â
Satu kotak untuk keinginan, satu kotak lainnya untuk kebutuhan. Orang tua bisa membimbing anak untuk menentukan mana keinginan dan mana kebutuhan. Sehingga nanti anak akan memahami konsep berbelanja sesuai pos.Â
4. Mengelola Uang THR
Menjelang akhir Ramadan, paling seru tentunya adalah menunggu Tunjangan Hari Raya (THR) dari keluarga terdekat. Sejak dini, orang tua juga perlu memberikan gambaran pada anak bahwa sekali-kali orang perlu memanjakan diri.Â
Tentu dengan batasan-batasan sesuai kemampuan. Terkait pengelolaan THR, orang tua bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk memanfaatkannya.Â
Kebebasan ini tentu bukan sebebas-bebasnya. Orang tua tetap memberikan masukan atas pilihan yang dilakukan anak.Â