Sudah menjadi guru penggerak kok masih bingung hendak ke mana arah tujuannya? Tidak mengherankan juga sebenarnya. Mungkin bukan karena tidak tahu arah tujuan, melainkan bingung menentukan tujuan mana yang lebih dulu ingin dicapai.
Padahal sejatinya guru penggerak bisa berpegangan pada nilai dan perannya. Mewujudkan nilai dan perannya merupakan salah satu tujuan yang harus dituju guru penggerak.
Hal ini berkaitan erat dengan perubahan diri yang ingin dicapai. Bagaimanapun juga guru penggerak akan kesulitan mengubah murid dan ekosistem jika belum mampu mengubah dirinya.
Quo Vadis, Guru Penggerak?
Setelah lulus menjadi guru penggerak, sebuah pertanyaan reflektif pun muncul. Refleksi diri bersumber dari pertanyaan, "Quo vadis, Guru Penggerak?"
Sebuah pertanyaan yang kurang lebih artinya, “Hendak pergi ke mana, Guru Penggerak?” Pertanyaan yang terdengar sangat sederhana.
Namun, untuk menjawabnya tentu tidak semudah yang dipikirkan. Membutuhkan jawaban tepat agar tidak terkesan rumit.
Kesan rumit berasal dari jalan pemikiran menuju ke arah jawaban. Hari ini seorang guru penggerak menjawab, “Saya hendak pergi ke pelatihan literasi digital.”
Beres. Namun, apakah sesimpel itu? Tentu saja tidak. Bagi seorang guru penggerak jawaban tidak sebatas itu saja.
Bukan saja perkara pergi mengikuti pelatihan literasi digital. Namun, juga terkait dengan upaya pengembangan diri yang ingin dilakukan sebagai arah tujuan.
Sebagai sosok yang haus ilmu, wajar jika guru penggerak terus aktif belajar. Tentu saja tanpa harus meninggalkan kewajiban sebagai seorang pendidik.