4. Berat untuk berkolaborasi dengan sejawat.
Kolaborasi merupakan salah satu nilai guru penggerak. Nilai ini lahir bersamaan dengan keinginan belajar dan berbagi.Â
Kolaborasi yang dilakukan bisa dengan sejawat di sekolah maupun komunitas praktisi. Bagi guru penggerak yang masih enggan berkolaborasi tentu layak dipertanyakan predikat guru penggeraknya.Â
5. Tidak memiliki komitmen kuat menjalankan perannya.Â
Sebagai agen perubahan, guru penggerak diharapkan terus melakukan prakarsa perubahan. Sekecil apa pun itu, tetaplah harus dilakukan.Â
Meskipun kadang ada yang mempertanyakan hasil perubahan, guru penggerak akan terus berbenah. Bagaimanapun juga membangun individu berbeda dengan bangunan.Â
Membangun individu tidak akan serta merta terlihat hasilnya. Jika tidak terlihat dalam jangka pendek, bisa jadi akan terlihat dalam jangka panjang.Â
Tanpa adanya komitmen kuat, guru penggerak akan mudah menyerah. Terlebih menghadapi penilaian yang terdengar kurang mengenakkan.Â
Kelima kegagalan guru penggerak versi ChatGPT tersebut di atas, jika dikaji lebih dalam memang ada benarnya. Selain berkesesuaian dengan isi kepala, juga kenyataannya memang ada.Â
Tidak kita pungkiri, banyak di sekitar kita guru penggerak yang masih berusaha maju untuk dirinya sendiri. Masih ada juga yang belum berorientasi ikut memajukan orang-orang di sekitarnya.Â
Percaya atau tidaknya pada jawaban ChatGPT tentu kembali kepada pribadi masing-masing. Setidaknya jawaban tersebut memberikan gambaran dan warning kepada guru penggerak agar tidak sampai gagal menjalankan perannya.Â