Hal-hal terkait literasi memang merupakan isi seksi di dunia pendidikan. Terlebih saat melihat rapor pendidikan yang salah satunya terkait kemampuan literasi. Berbagai program pun dijalankan untuk meningkatkan indeks literasi murid di sekolah.Â
Namun, ada satu hal yang mungkin dilupakan guru penggerak sebagai agen perubahan. Guru penggerak cenderung terlalu asyik mengembangkan program unggulan di sekolah.Â
Seringkali guru penggerak lupa untuk mewujudkan kepemimpinan murid dalam sebuah program. Padahal sejatinya ini adalah ruh dari program berdampak pada murid.Â
Kepemimpinan murid dalam program literasi harus digenjot dari sekarang oleh guru penggerak. Nantinya banyak hal positif bisa diambil dari guru penggerak jika berhasil menerapkan ini. Salah satunya adalah menurunkan angka buta aksara.
Mengapa Harus Kepemimpinan Murid dalam Literasi?Â
Kepemimpinan murid adalah salah satu strategi yang bisa dilakukan oleh guru penggerak. Adanya kepemimpinan murid akan melahirkan calon pemimpin literasi.Â
Murid akan tumbuh menjadi sosok yang mencintai literasi. Bukan saja di lingkungan sekolah, melainkan juga lingkungan sekitarnya.Â
Hal ini akan memberikan dampak positif pada diri murid tersebut. Selain itu, juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kepemimpinan murid dalam literasi akan membuat murid selalu tergerak mengembangkan literasi.Â
Namun, nilai ini tidak bisa tumbuh begitu saja. Peran guru penggerak adalah menumbuhkannya. Melalui keterlibatan murid dalam program literasi sekolah merupakan salah satu cara.Â
Bagaimana Strateginya?Â
Sebagai bagian dari program Merdeka Belajar, guru penggerak secara tidak langsung memiliki tanggung jawab turut mengentaskan buta aksara. Salah satunya melalui kepemimpinan murid dalam literasi sekolah.Â
Program ini paling cocok untuk siswa tingkat SMA sederajat. Namun, tidak menutup kemungkinan bisa diterapkan di jenjang yang lebih bawah. Strategi yang bisa dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut.Â
Pertama, guru penggerak fasilitator desa