Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini Parah! Guru Penggerak "Mabuk" di Sekolah

9 Februari 2023   07:05 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:38 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku (Dokumentasi pribadi menggunakan Canva) 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata 'mabuk' sebenarnya memiliki banyak arti. Namun, sebagian besar pembaca memiliki kecenderungan menganggapnya sebagai konotasi negatif. 

Dari sekadar membaca judulnya, pikiran sebagian pembaca langsung tertuju ke perbuatan negatif, yaitu minum minuman keras. Hal ini karena merupakan hal lazim yang terjadi di kalangan masyarakat. 

Bagi pembaca yang gemar sekadar membaca judul, bisa saja langsung memvonis perilaku sosok guru penggerak. Berbagai pernyataan pun akan langsung muncul. 

"Masa guru penggerak mabuk di sekolah!"

"Dasar guru penggerak tidak benar ini!"

Masih banyak pertanyaan dan pernyataan lain pastinya. Sama halnya dengan pembaca yang jeli. Sebagai pembaca sejati pun juga akan melontarkan pertanyaan dan pernyataan. Namun, pasti akan jauh berbeda. 

"Benarkah guru penggerak mabuk di sekolah?"

"Guru penggerak mabuk apa di sekolah, nih?"

Perbedaan keduanya selain dalam pertanyaan dan pernyataan juga pada upaya menelusuri jawaban atas pertanyaan dan pernyataan tersebut. Pembaca yang malas hanya membaca judul saja langsung menghakimi. Pembaca sejati akan berusaha menemukan jawaban dengan membaca tulisan hingga tuntas. 

Padahal KBBI secara jelas mendefinisikan mabuk tidak hanya berkonotasi negatif saja. Menurut KBBI, mabuk bisa juga diartikan sebagai sangat gemar (suka). Arti tersebut bermakna positif, bukan? 

Dari arti tersebut menunjukkan bahwa kata 'mabuk' merujuk pada aktivitas guru penggerak yang dilandasi dengan rasa suka. Mabuk apa saja? Banyak tentunya. 

Salah satunya adalah mabuk Learning System Management (LMS). Tidak jarang guru penggerak yang statusnya masih calon mengungkapkan perkataan ini. Betapa tidak. Selama mengikuti pendidikan, guru penggerak belajar mandiri secara daring melalui LMS. 

Mabuk LMS sendiri bisa berkonotasi negatif atau positif. Akan menjadi berkonotasi negatif jika mabuk yang dirasakan adalah pusing memikirkan tugas di LMS. Namun, akan menjadi positif jika mabuk LMS adalah rasa suka saat berhadapan dengan LMS. 

Keduanya adalah pilihan perasaan masing-masing. Satu hal yang pasti keduanya memberikan dampak yang berbeda pada diri guru penggerak. Konotasi negatif akan menghambat kemajuan belajarnya. Sedangkan konotasi positif justru bagus bagi hasil belajarnya. 

Jika ada keharusan memilih, tentu guru penggerak harus memilih yang memberikan makna positif. Namun, tentu hal ini akan melanggar keinginan hati seseorang. Yang bisa dilakukan adalah sekadar memberikan saran, mabuk LMS boleh asal konotasinya positif, yaitu sangat gemar (suka). 

Mengapa guru penggerak harus mabuk LMS?

Seperti kita ketahui LMS adalah jenis pengelolaan konten daring yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran. Contohnya digunakan dalam program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Melalui LMS ini guru penggerak akan memperoleh berbagi materi pembelajaran. Di PGP sendiri, guru penggerak akan memperoleh materi terkait pemimpin pembelajaran. 

Sebagai hal baru yang tren sejak masa pandemi, LMS tidak serta merta diterima. Membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Tahap awal memanfaatkannya tentu membutuhkan fase pengenalan. Awal perkenalan yang baik akan membuat seorang guru penggerak lama kelamaan merasa nyaman. 

Rasa nyaman inilah yang menjadi kunci menuju sangat gemar (suka). Apabila rasa ini terus tumbuh, maka selama jangka waktu enam bulan pendidikan, guru penggerak tidak akan pernah bosan. 

Bahkan setelah selesai pendidikan akan meninggalkan kerinduan yang mendalam. Untuk mengobati kerinduan, guru penggerak pun kembali mencari LMS yang lain. Artinya hal ini akan mampu membuat guru penggerak terus berusaha belajar melalui berbagai pelatihan berbasis LMS. 

Usaha ini tentu akan memberikan dampak signifikan pada pengembangan kompetensi diri guru penggerak. Belajar terus-menerus akan semakin mengukuhkan peran guru penggerak dalam mengembangkan diri dan orang lain. 

Bagaimana dengan guru penggerak yang mabuk LMS di sekolah? 

Rasanya tidak masalah selama tidak mengganggu proses pembelajaran. Sah-sah saja guru penggerak sangat gemar (suka) dengan LMS. Justru akan semakin bagus jika berdampak positif pada murid.

Guru penggerak yang mabuk LMS di sekolah pastinya memiliki alasan masing-masing. Salah satunya adalah ketersediaan jaringan internet. Bagaimanapun juga LMS basisnya adalah daring. Membutuhkan koneksi bagus untuk bisa mengaksesnya. 

Alasan lainnya adalah terkait dengan rasa nyaman saat menekuni LMS. Beberapa orang guru penggerak bisa lebih berkonsentrasi dan fokus mengerjakan LMS saat di sekolah. Terlebih setelah jam pulang berbunyi. 

Suasana sekolah yang tenang akan memberikan pengalaman belajar yang luar biasa nyaman. Berbeda halnya jika menekuni LMS di rumah. Beragam kendala akan sedikit mengurangi konsentrasi mengerjakan LMS. 

Namun, kembali kepada kepiawaian masing-masing individu dalam mengelola diri. Mabuk LMS di sekolah atau rumah adalah pilihan. Yang bisa menentukan mana paling baik, ya, guru penggerak itu sendiri. 

Satu hal yang perlu diingat bahwa mabuk LMS pun bisa memberikan dampak negatif. Dampak tersebut di antaranya, yaitu jika perilaku ini membuatnya meninggalkan tugas wajib mengajar di kelas. Tentunya ini akan berdampak pada hilangnya hak murid di sekolah mendapatkan pendidikan. Selain itu, juga akan menjadi parah jika sampai mengganggu perannya dalam keluarga di rumah. 

Jadi, mabuk LMS jangan sampai menjadikan hal baik menjadi parah. 

Semoga bermanfaat! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun