Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Yang Tertinggal, tetapi Enggan Ditinggalkan

31 Januari 2023   11:50 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:22 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Eflyer KBMN Pertemuan ke-10 (Foto: Dokumentasi WA Grup KBMN)

Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) telah memasuki pertemuan ke-10. Pertemuan yang dilaksanakan secara rutin pada Senin, Rabu, dan Jumat malam tersebut diikuti oleh sekitar seribu lebih guru se-Indonesia. Pada pertemuan Senin (30/1) tadi malam, KBMN mengangkat topik 'Kiat Menulis Cerita Fiksi'. 

Dengan dipandu oleh moderator andal, Bambang Purwanto, S.Kom.Gr. yang akrab dipanggil Mr. Bams, kelas berjalan lancar. Hal ini memudahkan narasumber, Sudomo, S.Pt. yang biasa dipanggil Mazmo tidak kesulitan mengelola kelas daring melalui grup WA tersebut. 

Pelaksanaan kelas malam ini berbeda dengan sebelumnya. Hal ini terletak pada alur belajat yang digunakan. KBMN pertemuan ke-10 ini menggunakan alur belajar MERDEKA. Alur MERDEKA terdiri dari Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antarmateri, dan Aksi Nyata.

Alur belajar yang masih terhitung baru membuat beberapa peserta kesulitan mengikuti proses pembelajaran mandiri. Alur ini sebenarnya dipilih oleh narasumber dalam perannya sebagai guru penggerak, yaitu upaya mengembangkan orang lain. Harapannya peserta dan narasumber akan menjadi teman belajar yang saling mendukung.

Namun, seiring perjalanan waktu, peserta pun bisa mengikuti proses pembelajaran ini dengan baik. Pada tahap awal belajar, moderator terlebih dahulu menyapa peserta. Setelah itu memperkenalkan narasumber yang bertugas. Selanjutnya moderator pun memberikan kesempatan kepada narasumber untuk memulai kelas.

Profil narasumber dapat dibaca di sini!

Narasumber pun memulai kelas dengan salam pembuka. Selanjutnya memulai kelas sesuai alur yang ada. Pada alur Mulai dari Diri, peserta berbagi pengalaman dalam menulis cerita fiksi. Beragam cerita pun mengemuka. Bukan saja peserta yang sama sekali belum pernah menulis cerita fiksi, melainkan juga pengalaman bergabung dengan grup antologi menulis cerita fiksi.

Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi dasar bagi narasumber untuk melanjutkan proses pembelajaran. Alur berikutnya adalah Eksplorasi Konsep. Pada alur ini narasumber memberikan kesempatan kepada peserta untuk belajar mandiri. Sesuai topik kelas, materi pun disajikan dalam bentuk cerita fiksi.

Materi selengkapnya dapat dibaca di sini!

Belajar pun terus berlanjut dari Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Koneksi Antarmateri hingga alur terakhir, yaitu Aksi Nyata. Pada alur Ruang Kolaborasi, narasumber mengajak peserta melakukan kolaborasi dalam menulis. Peserta diminta melanjutkan beberapa kalimat yang dituliskan oleh narasumber. Beragam paragraf cerita fiksi pun terlontar dari peserta.

Selanjutnya pada alur Demonstrasi Kontekstual, peserta diminta menuliskan 5 tema yang disukai dan dikuasai. Tujuannya selain mengetahui pemahaman peserta terkait unsur pembangun cerita fiksi, sekaligus sebagai bekal dasar menulis cerita fiksi. Peserta pun menuliskannya di blog pribadi masing-masing.

Pada alur Elaborasi Pemahaman, kelas berubah menjadi lebih hidup. Pada alur ini peserta diberikan kesempatan menuliskan pertanyaan-pertanyaan terkait hal-hal yang ingin diperdalam lagi kaitannya dengan materi. Beragam pertanyaan pun muncul. Mengingat keterbatasan waktu, baru beberapa pertanyaan yang bisa dijawab. Guna menuntaskan yang tertinggal, tetapi enggan ditinggalkan, narasumber pun memutuskan menjawab pertanyaan melalui konten di Kompasiana.

Berikut beberapa pertanyaan tertinggal yang enggan ditinggalkan.

(1) 

Anisa: "Apakah pada cerita fiksi perlu daftar pustaka? Karena sepemikiran saya dalam cerita fiksi berisi cerita khayalan."

Mazmo: "Tidak perlu, Bu Anisa."

(2)

Rahman: "Menulis fiksi yang bagus alur cerita harus maju mundur apa cukup alur maju saja. Terkadang, ide kisah nyata dituangkan dalam cerita fiksi mengalami kesulitan. Terutama saya susah memerankan tokoh yang sesungguhnya dalam cerita. Juga ending cerita terkadang kurang memuaskan. Mohon pencerahan. Terima kasih."

Mazmo: "Bebaskan saja, Pak Rahman. Sesuaikan pemilihan alur dengan yang disukai dan kuasai agar mudah dituliskan. Belajar memfiksikan kisah nyata bisa diawali dengan menulis saja apa yang ingin ditulis. Ganti nama tokoh, sesuaikan setting tempat, dan tambahi bumbu penyedap berupa konflik dan tantangan."

(3) 

Candra: "Untuk cerita fiksi tentunya melihat dari para pembacanya bukan? Mana yang lebih banyak antara fiksi cerita anak (misal, fabel) atau fiksi bertema remaja atau kekinian dan di mana tingkat kesulitan yang lebih besar?"

Mazmo: "Buku fiksi sesuai tren kekinian saat ini lebih merajai penjualan. Setiap tulisan fiksi memiliki kesulitannya masing-masing. Semua tergantung bagaimana penulis mengatasinya dengan terus mengasah kemampuan menulis."

(4) 

Siska: "Genre apa yang Bapak sukai untuk menulis fiksi?"

Mazmo: "Awal menulis suka genre romance. Saat ini lebih memilih fokus cerita anak, Bu Siska."

(5) 

Luthfi Iskandar: "Saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Pak Evridus Mangung (P.1) bahwa cerita fiksi adalah cerita yang didominasi oleh daya imajinasi pengarang. Bagaimana cara kita membatasi/menghentikan tulisan cerita fiksi kita berdasarkan imajinasi yang muncul di pikiran?"

Mazmo: "Kenapa harus dibatasi? Kenapa harus dihentikan? Bebaskan saja imajinasi. Tidak menjadi masalah selama tidak berpotensi menimbulkan hal negatif. Kurang lebih seperti itu, Pak Luthfi."

(6) 

Saepul Hikmah: "Syarat mutlak yang harus ada dalam penulisan fiksi itu apa saja supaya dalam menggarap cerita itu tidak ke mana-mana?"

Mazmo: "Syarat mutlaknya adalah menulis mengikuti kerangka yang sudah ditulis."

(7) 

Farida Lisanti: "Bagaimana cara agar cerpen atau novel yang kita tulis dapat menarik pembaca dan laku di pasaran dan tidak membosankan?"

Mazmo: "Kenali pasar, pilih tema yang sedang tren, tulislah dengan baik sepenuh hati, share di medsos, bikin kuis berhadiah buku, dll."

(8) 

Rahmawati S: "Adakah kiat-kiat sukses menulis cerita fiksi?"

Mazmo: "Ada, Bu. Teruslah menulis cerita fiksi. Perbaiki setelah mendapat masukan orang lain. Kemudian tulis cerita baru dan perbaiki lagi. Demikian seterusnya. Tanpa itu ilmu terkait teknik penulisan cerita fiksi tidak akan pernah ada artinya."

(9) 

Ina Bogor: "Apakah cerita fiksi boleh diambil dari kisah nyata? Lalu ketika menulis cerita fiksi apakah boleh penulis - memposisikan "aku" padahal cerita itu adalah cerita/pengalaman orang lain?"

Mazmo: "Boleh, Bu Ina."

(10) 

Agung Gunungkidul: "Bagaimana agar cerita itu bisa runtut dan nyambung dengan tema?"

Mazmo: "Menulislah sesuai dengan outline yang sudah dibuat, Pak Agung."

(11) 

Eka Yulia: "Bagaimana cara penempatan kalimat dialog pada novel dan cerpen? Apa perbedaan premis, sinopsis, dan blurb?"

Mazmo: "Penempatan kalimat dialog bebas, bisa sebelum atau sesudah narasi cerita. Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. Sinopsis adalah ringkasan cerita dalam versi lengkap dari awal sampai ending cerita. Sedangkan blurb adalah ringkasan cerita untuk menarik minat calon pembaca."

(12) 

Yulis Setyaningsih: "Apakah menulis fiksi di blog tidak boleh menjadi cerita fiksi bersambung? Apakah diperbolehkan kita menulis ulang dengan pikiran sendiri dongeng-dongeng yang sudah ada?"

Mazmo: "Boleh, kok, menulis fiksi bersambung di blog. Boleh juga menulis ulang dongeng dengan pikiran sendiri sepanjang tidak melanggar hak cipta. Kalau tidak salah parafrase setidak-tidaknya 70% untuk menghindari plagiarisme."

(13) 

Anastasia Nabire: "Untuk elaborasi pemahaman, bagaimana cara meningkatkan emosional saya sehingga konflik itu lebih terasa dalam tulisan saya?"

Mazmo: "Kembangkan konflik secara bertahap, lakukan teknik show don't tell."

(14) 

Nurkhotijah Wonosobo: "Arti fiksi bukannya rekaan, berarti cerita yang kita buat hanya rekaan atau khayalan semata?"

Mazmo: "Betul. Bisa juga berdasarkan kisah nyata."

(15) 

Maria Ulfa: "Bagaimana contoh menambah bumbu penyedap dalam cerita fiksi, Pak?"

Mazmo: "Bumbu fiksi adalah konflik dan tantangan tokoh. Pastikan tidak menabrak logika berpikir pembaca."

(16) 

Milma: "Apakah menulis fiksi berlawanan dengan aliran nonfiksi? Jika seseorang lebih kuat aroma fiksinya akan menemui kesulitan menulis nonfiksi, semacam karya ilmiah begitu?"

Mazmo: "Tidak juga sebenarnya. Tergantung sejauhmana individu penulis mampu dan terbiasa menyeimbangkan keduanya. Masing-masing aliran punya ciri khasnya."

(17) 

Astri Bekasi: "Apakah kejadian fakta bisa dijadikan fiksi? Ketika kita melakukan kritik sosial menggunakan cerita fiksi apakah di perbolehkan?"

Mazmo: "Bisa. Boleh. Tentu akan lebih nyaman jika menggunakan nama tokoh dan lokasi yang fiktif."

(18) 

Khasan: "Bagaimana cara mengasah untuk membuat plot twist yang menarik dalam teks fiksi? Dalam membuat cerita anak, haruskah kita menyisipkan peran antagonis untuk memaksimalkan konflik yang ada?"

Mazmo: "Banyak membaca cerita fiksi lain yang mengandung plot twist, plot twist bisa diingat dalam hati sebagai ending, tinggal menuliskan di awal dan isi cerita kondisi sebaliknya dari ending. Cerita anak tidak wajib menampilkan tokoh antagonis. Tujuan menulis cerita anak kan menanamkan karakter positif. Jadi, tidak wajib juga untuk membuat konflik rumit dalam cerita anak."

(19) 

Wahyuning Jakarta: "Bagaimana proses mengubah sebuah best practice menjadi cerita fiksi?"

Mazmo: "Tinggal mengubah strukturnya saja menjadi cerita dan tidak lagi berupa bagian-bagian atau subbagian. Hidupkan best practice dengan menambahkan dialog aktif."

Demikian beberapa pertanyaan tertinggal yang enggan ditinggalkan. Semoga jawaban saya tidak membuat puas. Sehingga keinginan menemukan jawaban yang lebih lengkap akan terus bisa menyala.

Semoga bermanfaat! 

Salam Bloger Penggerak

Sudomo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun