Aku pun memberikan contoh, yaitu seorang penyihir cilik yang harus berjuang menaklukkan penyihir jahat demi ketenangan dunia. Dari contoh premis itu aku pun merangkai tanya kepada Bu Ayu.Â
"Nah dari contoh itu, premis cerita film apakah itu?" tanyaku sambil tersenyum.Â
Kening Bu Ayu terlihat sedikit berkerut. Kemudian setelahnya dia menjawab dengan lantang, "Harry Potter!"
"That's right!" jawabku sambil mengacungkan jempol.Â
Aku dan Bu Ayu pun tergelak. Tawa lepas memenuhi ruangan. Tawa yang membuat beberapa pasang mata tertuju kepada kami berdua. Secara hampir bersamaan kami pun menutup mulut dengan tangan masing-masing. Diskusi siang itu pun kembali berlanjut. Kali ini membahas tentang tips menulis fiksi.Â
Aku pun menjelaskan mulai dari niat untuk menulis, yaitu motivasi diri untuk memulai dan menyelesaikan tulisan. Tips berikutnya yang aku sampaikan ke Bu Ayu adalah membaca karya fiksi orang lain sebagai referensi. Tidak lupa aku menjelaskan tentang ide dan genre cerita. Terkait dengan ide yang bisa ditemukan melalui imajinasi dan mengasah kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan terkait genre cerita, aku menyarankan kepadanya untuk memilih yang disukai dan dikuasai.Â
"Itu doang, Pak Mo?" tanyanya sambil membuka halaman terkait tips mudah menulis cerita fiksi.Â
Aku pun melanjutkan penjelasan bahwa masih ada tips lainnya, yaitu membuat outline atau kerangka cerita berdasarkan unsur-unsur pembangun cerita fiksi. Tujuannya adalah agar cerita tidak melebar ke mana-mana. Selain itu, aku juga menjabarkan tentang pentingnya mulai menulis ide yang ada.Â
Bagian menulis ini meliputi, membuka cerita dengan baik (dialog, kutipan, kata unik, konflik), melakukan pengenalan tokoh dan latar dengan baik dengan cara memaparkan secara jelas kepada pembaca, menguatkan sisi konflik internal dan eksternal tokoh, menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi, memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas, memperkuat tulisan dengan pemilihan kata (diksi), dan membuat ending yang baik.Â
"Wah ternyata menulis cerita fiksi itu mudah, ya, Pak Mo," kata Bu Ayu bersemangat.Â
Aku pun menanggapi perkataannya itu dengan kalimat penguat, "Pasti, dong, Bu. Asal ada kemauan untuk memulai dan menyelesaikan cerita yang sudah ditulis. Jangan lupa melakukan swasunting sebelum tulisan diterbitkan. Kalau Bu Ayu mau, saya yakin pasti bisa! Gimana masih malas menulis cerita fiksi, Bu? He he he… . "