Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching merupakan proses yang dilakukan untuk mengembangkan guru lain sesuai dengan area pengembangan yang dibutuhkannya. Supervisi ini berbeda dengan supervisi akademik biasa. Supervisi ini bersifat kualitatif. Artinya tujuan akhir dari supervisi adalah meningkatnya kompetensi guru lain dalam area pengembangan sesuai kebutuhan. Supervisi ini tidak lagi terpaku pada ada atau tidaknya item pada instrumen penilaian. Namun, lebih menitikberatkan pada upaya membantu guru lain mengembangkan kompetensinya. Karena basisnya adalah coaching, maka supervisi ini menggunakan prinsip-prinsip yang ada pada coaching.Â
Apa saja prinsip-prinsip dalam supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching?Â
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, kemitraan.Â
Prinsip kemitraan artinya menempatkan sejawat yang disupervisi secara setara, yaitu sebagai mitra belajar. Hal ini untuk menumbuhkan suasana aman dan nyaman bagi rekan sejawat untuk menumbuhkan kepercayaan. Guna pemenuhan prinsip ini, tujuan supervisi akademik ditetapkan oleh sejawat yang disupervisi. Supervisor hanya berusaha menggali sejawat melalui pertanyaan terbuka. Selain itu, pada prinsip kemitraan ini supervisor tidak diperbolehkan menggurui. Artinya memberikan saran hanya jika sejawat meminta saran atau masukan.Â
Kedua, proses kreatif.Â
Prinsip proses kreatif ini memiliki kriteria terjadinya percakapan dua arah. Dalam hal ini rekan sejawat menjadi yang lebih banyak bicara. Supervisor hanya bertindak sebagai pemantik. Selain itu, kriteria lain pada prinsip ini adalah mendengarkan, mengulang/merangkum perkataan rekan sejawat, dan bertanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap apa yang sudah disampaikan rekan sejawat. Kriteria lain yang juga harus dipenuhi dalam prinsip ini adalah pertanyaan yang disampaikan supervisor bersifat menggali. Tujuannya agar mendapatkan informasi yang holistik dari rekan sejawat terkait area kompetensi yang ingin dikembangkan secara spesifik.Â
Ketiga, memaksimalkan potensi.Â
Seorang supervisor sudah seharusnya memenuhi kriteria mampu memaksimalkan rekan sejawat. Supervisor bisa menghadirkan percakapan yang menghasilkan tindak lanjut konkret. Tindak lanjut ini berupa perubahan ke depan yang akan dilakukan rekan sejawat terkait upaya meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Dengan catatan, tindak lanjut konkret tersebut berasal dari rekan sejawat. Supervisor hanya bertindak membantu agar rekan sejawat mampu menentukan tindak lanjut tersebut. Kriteria terakhir dalam prinsip ini adalah adanya kesimpulan dari rekan sejawat sebagai penutup percakapan.Â
Lalu bagaimana cara mengetahui prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan dalam supervisi akademik?Â
Guna mengetahui keterlaksanaan prinsip-prinsip tersebut, supervisi akademik dilakukan dalam tiga tahap. Tahap tersebut, yaitu pra observasi, observasi, dan pasca observasi.Â
Pertama, tahap pra observasi.Â