Saat ini Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 dihentikan. Namun, hanya untuk sementara waktu. Kabarnya akan dilanjutkan kembali menunggu hingga dana program tahun 2023 cair. Berita ini tentu membawa dampak sendiri terhadap Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 6.Â
CGP Angkatan 6 pun mengalami perubahan nasib. Bagi CGP nasibnya akan mengalami sedikit perubahan. Kali ini bahkan seolah berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, semangat belajar mandiri secara daring terasa menggebu. Namun, di sisi lain belajar luring tidak dapat dilaksanakan.Â
Lantas bagaimana nasib CGP sekarang?
Nasib para aktor perubahan pendidikan tersebut seharusnya menjadi lebih baik. Perubahan nasib yang lebih baik pun dialami CGP. Pada fase ini CGP mengalami peningkatan pemahaman dan keterampilan terkait pembelajaran yang memerdekakan. Dimulai dari pemahaman konsep sebagai penuntun, kemudian berlanjut pada visi guru penggerak.Â
Demikian halnya dengan kompetensi terkait implementasi nilai dan peran guru penggerak yang meningkat secara signifikan. Selain itu, juga mulai merintis budaya positif dalam diri untuk dikembangkan di sekolah. Â Oleh karena itu, CGP hendaknya bisa menjaga perubahan diri yang telah dialami.Â
Peningkatan juga dialami oleh CGP terkait perubahan lingkungan kelas. CGP telah mendapatkan asupan materi pembelajaran yang berpusat pada murid. Upaya ini dilakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional.
Dengan bekal ini CGP akan mulai membenahi diri untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi murid di kelas. Materi ini akan membuat CGP senantiasa berusaha menggali kreativitas mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelasnya. Lebih dari itu CGP pun telah memahami supervisi akademik model coaching. Hal ini akan menjadi bekal kelak setelah menyandang gelar pemimpin pembelajaran.Â
Bagaimana cara CGP menjaga perubahan nasib yang dialaminya sekarang?Â
Guna menjamin ilmu yang diperoleh memberikan manfaat yang lebih luas, CGP harus senantiasa mengembangkan diri dan orang lain. Tujuannya agar nasib baik tersebut juga bisa dialami oleh rekan sejawat di sekolahnya masing-masing. Artinya pengetahuan dan keterampilan dapat diimbaskan kepada guru lain yang belum mengikuti PPGP.Â
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan CGP dalam menjaga perubahan nasibnya.Â
Mengecek Learning Management System (LMS). Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa tugas-tugas telah selesai diunggah. Dengan mengecek kembali LMS, CGP akan bisa mengetahui tugas yang sudah dan harus segera diselesaikan.
 Selain itu, CGP juga akan kembali diingatkan tentang materi yang telah dipelajarinya, yaitu paket modul 1 dan 2. Terlebih jika paket modul 3 telah bisa dibuka, CGP sudah bisa langsung mulai mempelajarinya secara mandiri di sela-sela kesibukan mengajar. Hal ini akan meringankan CGP nantinya saat PPGP kembali dibuka
Membuka ruang diskusi dengan PP. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan irama komunikasi yang telah terjalin sebelumnya dengan PP. Bentuk diskusi bisa secara daring maupun luring. Diskusi yang dilakukan bukan saja terkait implementasi aksi nyata modul 2.3, melainkan juga kendala yang dihadapi selama mengikuti PPGP.
Menerapkan hasil belajar secara rutin. Beberapa hasil belajar yang bisa diterapkan secara rutin di antaranya, yaitu budaya positif serta pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional. Penetapan secara rutin di kelas akan membuat CGP terbiasa untuk menerapkan pembelajaran berpusat pada murid ini ke depannya.Â
Melakukan pengimbasan hasil belajar kepada sejawat di sekolah. Kegiatan ini merupakan upaya pengembangan diri dan orang lain. CGP bisa memanfaatkan waktu jeda ini untuk berbagi praktik baik yang telah dilakukan. Tujuannya selain untuk memperkenalkan prakarsa perubahan yang telah dilakukan juga sekaligus bentuk upaya mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan ke depannya.Â
Menjamin berjalannya komunitas praktisi yang telah dirintis. CGP bisa melakukannya melalui diskusi informal dengan anggota komunitas praktisi di sekolah. Bukan saja terkait permasalahan proses pembelajaran di kelas, melainkan juga hal-hal lain. Misalnya adalah diskusi terkait coaching clinic pendaftaran CGP angkatan 8,9, dan 10 bagi sejawat di sekolah.Â
Menyelesaikan tugas aksi nyata 2.3. Mengingat tugas aksi nyata 2.3 merupakan hal baru, CGP harus benar-benar mempersiapkannya dengan baik. Aksi nyata terkait supervisi akademik melalui coaching kepada sejawat ini membutuhkan proses yang lumayan panjang. CGP membutuhkan dukungan sejawat yang sefrekuensi dalam implementasinya.Â
Memperkuat koordinasi dengan kepala sekolah. Hal yang bisa dilakukan adalah memberikan laporan lisan atau tertulis terkait perkembangan belajar yang telah diikutinya selama ini. Sekecil apa pun perubahan yang dilakukan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan kepala sekolah terhadap kiprah CGP di sekolah.Â
Membangun kolaborasi dengan orang tua/wali murid. Baik secara formal maupun informal. Hal ini penting sebagai media promosi kiprah CGP di sekolah kepada orang tua/wali murid. Selain itu, juga bisa membangun hubungan lebih baik untuk implementasi program sekolah ke depannya.Â
Demikian hal-hal baik yang bisa dilakukan CGP untuk mengisi waktu PPGP yang dihentikan sementara. PPGP dihentikan bukan berarti kiprah CGP juga terhenti begitu saja. Justru menjadi momentum yang tepat untuk menyusun strategi yang lebih baik ke depannya. Selain itu juga waktu yang pas untk menjaga irama belajar yang telah dijalani sebelumnya.Â
Semoga menginspirasi!Â
Salam Bloger Penggerak
Sudomo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H