Kemajuan zaman menuntut guru untuk terus berubah. Bagi yang tidak ingin ketinggalan, pasti akan berusaha mengembangkan diri dalam bidang pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Namun, bagi guru yang enggan berubah, bisa dipastikan lambat laun akan jauh tertinggal.Â
Hal ini tentu akan menyebabkan guru tidak bisa mengikuti kodrat zaman murid. Hal ini memungkinkan guru akan menemui kesulitan beradaptasi dengan murid di kelas. Guru akan cenderung sekadar mengajar tanpa memahami kebutuhan belajar murid.Â
Kebutuhan belajar murid memang bukan hanya teknologi, melainkan juga pemenuhan bakat dan minat. Guru yang melek teknologi akan lebih mudah mengikuti gaya belajar murid demi ketercapaian tujuan pembelajaran.Â
Berbeda dengan guru yang gagap teknologi (gaptek). Guru gaptek cenderung mengajar secara konvensional. Metode yang digunakan pun kurang beragam. Proses pembelajaran seperti ini tentu kurang menyenangkan bagi murid.Â
Memang tidak semua guru gaptek dengan metode mengajar konvensional berperilaku seperti ini. Banyak juga guru yang mengajar secara konvensional memiliki kreativitas tinggi menciptakan media kreatif pembelajaran.Â
Namun, belum begitu optimal karena kurang sesuai dengan kodrat zaman murid. Bukan berarti media pembelajaran berbasis teknologi lebih baik, melainkan lebih mampu berpihak pada murid. Hal ini karena teknologi terus berkembang. Demikian halnya dengan tumbuh kembang murid.Â
Mengapa guru harus menolak gaptek?Â
Oleh karena itu, penting bagi guru untuk bisa 'mengikuti' perkembangan murid. Terutama pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan digital murid. Terpenuhinya kebutuhan murid adalah kunci kebahagiaan dalam mengikuti proses pembelajaran. Kebahagiaan setinggi-tingginya bagi murid merupakan cita-cita merdeka belajar. Guru di sekolah sudah seharusnya mulai memerankan diri sebagai fasilitator.Â
Sebagai seorang fasilitator, guru akan berusaha memfasilitasi murid dalam mencapai tujuan pembelajaran. Perbedaan kebutuhan belajar murid adalah pertimbangan penting bagi guru dalam menyusun rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran yang disusun sebenarnya tidak harus berbasis teknologi. Namun, sebaiknya ada upaya guru untuk meningkatkan kompetensi murid dalam memanfaatkan teknologi.Â
Lantas bagaimana dengan sekolah yang minim dukungan teknologi?Â
Tidak masalah juga. Guru juga tetap harus menolak gaptek. Terutama dalam pengembangan diri terkait paradigma baru pendidikan. Hal ini pada akhirnya akan berdampak juga terhadap murid. Meningkatnya kemampuan guru terkait pembelajaran era abad 21 akan menjadikan guru lebih kreatif. Kreativitas ini pada akhirnya membuat murid senang mengikuti proses pembelajaran.Â
Terlebih saat ini banyak sekali platform di internet yang menyediakan sumber belajar. Guru harus mulai membiasakan diri untuk mengikuti berbagai pelatihan mandiri. Bukan hal sulit pastinya bagi seorang guru untuk mengakses sumber-sumber belajar tersebut. Cukup bermodalkan smartphone, guru bisa menjelajah banyak ilmu.Â
Apa saja kunci agar guru bisa menolak gaptek?Â
Kunci utama adalah terus belajar. Keinginan mempelajari pemanfaatan teknologi mutlak dimiliki guru. Menjadikan diri sebagai sosok pembelajar merupakan awal menumbuhkan keinginan tersebut. Tanpa upaya dari dalam diri secara mandiri, sulit rasanya untuk tergerak menjadi lebih maju.Â
Kunci berikutnya adalah menanggalkan anggapan bahwa masa kerja yang tinggal hitungan bulan sebagai alasan tidak belajar. Ini merupakan hal umum yang kita temui di sekolah. Terutama guru-guru yang mendekati masa purnabakti. Tentu anggapan seperti ini sangat disayangkan. Sedikit apa pun waktu tentu akan bermanfaat jika diisi dengan belajar hal-hal baru.Â
Selain itu juga kunci lainnya adalah mengelola waktu luang dengan membiasakan diri memanfaatkan teknologi. Pengelolaan waktu ini akan membuat seorang guru melakukan banyak hal. Termasuk di dalamnya adalah berdiskusi dengan sejawat terkait pemanfaatan teknologi. Banyak hal bisa dipelajari dan dibagi.Â
Kunci lainnya adalah berusaha terbuka terhadap perubahan baru. Terbukanya mindset diri ini akan membuat seorang guru mudah menerima ajakan berubah. Tentu perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan memiliki sikap terbuka, akan melahirkan niat dan komitmen melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik.Â
Jadi, tidak ada alasan lagi guru ketinggalan teknologi. Mau tidak mau guru harus menolak gaptek. Siapkah?Â
Salam Bloger Penggerak
Sudomo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H