Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanfaatkan Bola Kertas untuk Mengelola Kelas

3 Januari 2023   13:39 Diperbarui: 3 Januari 2023   13:46 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemuan pertama semester genap, proses pembelajaran melenceng dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat. Kok bisa? Bukan sekali saja sebenarnya. Seringkali lebih tepatnya. Bukan berarti tujuan pembelajaran tidak berhasil dicapai, melainkan faktor kelas yang kurang mendukung. Ada saja kejadian kelas yang hidup bukan karena diskusi melainkan ribut sendiri. Hal ini sering dihadapi oleh guru terutama input murid yang beragam tingkah laku dan karakter. Kemungkinan dialami juga oleh guru yang input muridnya sekolah hanya untuk menggugurkan kewajiban. 

Hal ini tentu menjadi kendala sendiri dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disepakati. Membutuhkan kreativitas guru dalam mengelola kelas sebelum memulai proses pembelajaran. Upaya ini bukan tanpa halangan. Pengelolaan kelas yang baik di awal proses pembelajaran pun bukan jaminan kelas kondusif hingga akhir. Di tengah proses pembelajaran biasanya murid mengalami kejenuhan. 

Ada saja yang minta izin ke toilet. Ada juga murid yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya saat diminta berdiskusi kelompok. Awal pembelajaran yang kondusif pun mendadak buyar. Guru yang belum merdeka akan semakin berada di bawah tekanan sekitar. Cap sebagai guru kurang profesional akan melekat. Guru yang tidak terbiasa berpikir kreatif akan cenderung keras dalam mendisiplinkan murid. Artinya murid justru tidak akan merdeka belajar. 

Berbeda dengan guru merdeka. Guru tersebut akan bergegas melakukan refleksi atas kejadian di kelas. Mereka berpikir cepat mencari cara mengelola kelasnya dengan sebaik-baiknya. Berpikir kreatif menjadi jalan ninja bagi mereka. Terutama mengatasi masalah tanpa masalah. Guru merdeka akan lebih leluasa menemukan ide mengikuti gaya belajar murid. 

Seperti halnya pertemuan pertama di kelas hari ini. Mengajar pada jam terakhir adalah cobaan. Betapa tidak. Jam terakhir ini rawan dengan keributan. Tidak mudah memang mengelola kelas pada jam terakhir ini. Kondisi lelah dan bosan yang dirasakan murid adalah hal yang jamak. Lantas apakah guru harus berdiam dan menyesali diri? Oh tentu tidak. Seorang guru pastinya pantang menyerah. Dalam hati berpikir, masak iya kalah sama murid?

Ide pun langsung muncul. Setelah murid belajar berpikir kritis melalui pembuatan pertanyaan dari materi yang telah dipelajarinya secara mandiri, guru pun mengambil alih. Sedikit demi sedikit menjelaskan materi yang ingin dipahami lebih dalam lagi oleh murid. Namun, proses tidak semudah yang diharapkan. Di tengah-tengah penjelasan, murid bagian belakang saling lempar bola kertas. Suasana kelas pun mendadak berubah menjadi arena peperangan bola kertas. 

Awalnya sebagai manusia biasa hampir kehilangan kesabaran. Namun, akhirnya bisa menepiskan semua itu. Mengajak murid praktik melihat dengan sadar menjadi pilihan. Saya pun kemudian mengambil bola-bola kertas tersebut. Bola-bola kertas berbagai ukuran pun berjejer rapi di meja guru yang sudah digeser ke tengah. 

Segera praktik melihat dengan sadar pun dimulai. Semua murid mengikuti instruksi dengan baik. Setelah selesai mereka bahkan bisa menceritakan hasil praktiknya. Suasana kelas pun kembali kondusif untuk melanjutkan proses pembelajaran. Suasana tersebut berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya bel pergantian jam pun berbunyi. Keriuhan kembali merajalela di kelas. Bola-bola kertas lain kembali beterbangan. 

Cukup, batin saya! Bola-bola kertas kembali dikumpulkan. Kali ini membuat kesepakatan tentang teknik permainan. Mereka pun sepakat dengan aturan main lempar bola kertas. Mereka akan saling lempar bola kertas. Guru sebagai pembuka lemparan. Murid yang tidak bisa menangkap, konsekuensinya adalah mengerjakan satu soal yang telah dibuat sendiri sebelumnya. 

Namun, jika bola berhasil ditangkap tim musuh, maka pelempar bola yang harus mengerjakan satu soal yang telah dibuatnya. Bagi pelempar yang asal-asalan konsekuensinya mengerjakan dua soal yang telah dibuatnya. 

Kali ini berhasil! Murid terlihat antusias bermain lempar bola kertas dan mengerjakan soal sebagai konsekuensinya. Secara bergiliran mereka menunjuk teman di kelompok musuhnya. Permainan terus berlanjut hingga tanpa terasa semua telah mendapatkan giliran melempar dan menangkap bola. Secara sportif mereka pun menjalani setiap konsekuensinya. 

Tanpa terasa jam pelajaran hampir usai. Guna mengukur ketercapaian hasil proses pembelajaran, guru meminta beberapa murid menyampaikan refleksi hasil belajarnya. Refleksi itu pun menjadi penutup yang manis pertemuan pertama di kelas pada semester baru kali ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun