Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Cara Menanggapi Komentar Miring Netizen

27 November 2022   19:15 Diperbarui: 27 November 2022   19:40 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti kompetisi telah menjadi bagian dalam pengembangan diri sebagai seorang guru. Menang dan kalah adalah hal yang lumrah. Setidaknya dengan ikut kompetisi, seorang guru bisa meningkatkan kompetensi diri. 

Apa pun jenis lomba yang diikuti tetap saja tujuan akhir adalah mengetahui kemampuan diri. Sebab tanpa mengikuti kompetisi seorang guru tidak akan pernah tahu apa yang harus diperbaiki ke depannya. 

Menang bukanlah segala-galanya. Kalah pun tidak berarti akhir dari segalanya. Seringkali menang, berkali-kali kalah. Itu merupakan hal yang biasa. Yang luar biasa adalah menang tidak tinggi hati, kalah tidak rendah diri. 

Termasuk saya yang senang berkompetisi. Berkali-kali mengikuti kompetisi, menang dan kalah adalah cara belajar meningkatkan kompetensi. Saya pribadi tidak pernah berpikir harus atau seharusnya menang dalam sebuah lomba. Hanya berusaha mengikuti lomba dengan sebaik-baiknya. Hal ini terbukti tidak membebani. 

Hal ini juga justru menjadikan diri tidak mudah menyerah untuk terus mengembangkan diri melalui kompetisi. Pemikiran ini bisa menjadikan diri sebagai sosok petarung sejati. Pantang menyerah meskipun pada akhirnya harus kalah. 

Perjalanan mengikuti kompetisi penuh liku dan teka-teki. Saat sangat berharap bisa menang ternyata hasilnya tidak sesuai harapan. Namun, saat harapan menang tidak terbersit singgah di hati, justru di situ seringkali benderang asa menjadi nyata. Benar adanya jika rezeki adalah rahasia-Nya. 

Demikian halnya dengan komentar dari sejawat maupun netizen saat pengumuman pemenang sebuah lomba. Beragam komentar mau tidak mau harus ditanggapi. 

Komentar rekan sejawat relatif mudah dihadapi. Hal ini karena komentar sejawat berisi apresiasi dan umpan balik positif. Berbeda halnya dengan netizen dengan beragam komentar. 

Sebagai pribadi tentu tidak bisa mengatur netizen harus berkomentar apa. Setiap netizen memiliki penilaian sendiri terhadap hasil lomba. Tentu banyak hal yang melatarbelakanginya. 

Komentar positif dan negatif terkait kinerja dewan juri dan penyelenggara lomba adalah hal biasa. Meskipun demikian tentu jangan sampai menjadi kebiasaan. Bagaimanapun juga kita harus menyadari bahwa penyelenggara punya standar penilaian sendiri. Layak menurut netizen, belum tentu bagi juri dan penyelenggara.

Sebagai pejuang kompetisi, saya telah dia kali menemukan hal ini saat diputuskan menjadi pemenang. Pertama, saat mengikuti lomba menulis blog salah satu BUMN bidang telekomunikasi. 

Pada akun media sosial penyelenggara saya menemukan ketidakpuasan beberapa netizen terhadap keputusan hasil lomba. Demikian halnya dengan lomba video inovatif yang memutuskan saya sebagai juara pertama. Muncul juga komentar bentuk ketidakpuasan penyelenggaraan lomba. Lantas apa yang saya lakukan menghadapi komentar miring tersebut? 

Berikut ini adalah tips yang coba saya lakukan dalam menanggapi komentar miring netizen: 

1. Berpikir jernih. 

Hal ini sangat penting. Dengan berpikir jernih terhadap komentar miring netizen, kita tidak akan gegabah dalam menanggapinya. Berpikir jernih akan membuat kita mudah dalam merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan. Tentu hal ini akan membuat kita lebih mudah juga menyusun strategi dalam memberikan tanggapan. 

2. Jangan bawa perasaan

Komentar miring netizen adalah bumbu dalam sebuah kompetisi. Komentar-komentar ini sebagai bentuk umpan balik. Hanya saja cara penyampaiannya terkadang berlebihan dan tanpa disadari akan menyakitkan hati. Oleh karena itu, dengan tidak baper, kita akan bisa tetap tenang meskipun hati serasa terbakar. 

Hal positif lainnya adalah kita akan bisa tumbuh menjadi sosok pribadi yang lebih siap dalam menghadapi berbagai komentar atau menerima umpan balik ke depannya. 

3. Berusaha tidak terprovokasi

Menanggapi komentar miring netizen secara frontal hanya akan menghabiskan energi. Kita tidak akan pernah mendapatkan apa-apa meskipun berusaha sekuat-kuatnya menanggapi. Bagaimanapun juga netizen telah membangun persepsi sendiri terhadap hasil lomba. Kita tidak akan pernah bisa memaksa netizen memiliki persepsi yang sama dengan kita. 

Oleh karena itu, menanggapi komentar miring dengan berusaha tidak terpancing juga hal yang penting. Kita membebaskan netizen dengan persepsinya sendiri. Cukup dengan menjadikannya sebagai pengingat, bahwa komentar miring netizen pada akhirnya akan menjadikan kita lebih kuat menghadapi kenyataan hidup yang penuh dinamika. 

4. Berusaha bijak menyikapi

Tips ini harus kita terapkan. Pertama-tama kita harus menyadari terlebih dahulu bahwa netizen sama seperti kita. Sama-sama statusnya sebagai peserta lomba. Selanjutnya kita juga harus menyadari bahwa netizen punya hak bersuara, sama seperti kita. 

Berikutnya kita juga tidak boleh lupa untuk tidak menghakimi komentar miring netizen sebagai bentuk perwujudan rasa iri. Terakhir, kita jangan langsung melabeli netizen yang memberikan komentar miring dengan tidak beretika. Bagaimanapun juga mereka hanya butuh ruang mengekspresikan rasa di dalam dadanya. 

5. Meyakinkan diri layak juara. 

Ini juga tidak kalah pentingnya. Dengan melakukan tips ini, akan menumbuhkan percaya diri atas karya kita. Tumbuhnya percaya diri akan membuat kita akan berusaha lebih baik dalam lomba-lomba lainnya ke depannya. Tentu keyakinan ini bukan untuk menyombongkan diri, melainkan upaya menguatkan diri menghadapi tantangan atas keberhasilan diri. 

Demikian tips menanggapi komentar miring netizen terhadap penyelenggaraan lomba dengan kita sebagai juaranya. Semoga bermanfaat! 

Salam Bloger Penggerak, 

SUDOMO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun