Mohon tunggu...
sudjati widyatmoko
sudjati widyatmoko Mohon Tunggu... profesional -

saya pendidik di SMP Islam di Sidoarjo. tertarik dengan pendidikan dan pengembangan diri. info lengkap bisa di lihat di http://sudjatiw.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Masuk Keras Keluar Lemas

5 Maret 2010   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika datanglah seorang pemuda yang baru saja lulus dari universitas ternama melamar ke sebuah perusahaan asing. Dengan percaya diri dan dengan bebekal kemampuan yang dimilikinya sang pemuda berharap mampu melewati tes seleksi itu. Hingga tibalah pada saat pengumuman yang dinantikan yang merupakan akhir dari seluruh proses seleksi. Setelah dipersilahkan masuk untuk melihat hasil pengumuman maka lemaslah pemuda tadi ketika namanya tidak tercantum dalam lembar pengumuman karyawan yang diterima. Dan saat keluar ruangan tubuh tegapnya kini berubah seperti karung beras kosong yang sedang diseret. Rasanya kita pun pernah merasa hal yang sama dengan kisah pemuda tadi walau dengan bentuk lain.  Seperti pernahkah kita berharap bila kita mendapat harta berlimpah atau kedudukan kita akan bahagia? atau pernahkah kita berharap bila orang lain mau mengerti perasaan kita maka kita akan bahagia? Atau bahkan kita sering berharap kita akan bahagia bila kita bisa mengendalikan keadaan seperti yang kita mau. Jangan lah menghubungkan kebahagiaan dengan materi, jabatan, bisnis besar, ketenaran, atau hal-hal yang bersifat duniawi lainnya, karena hanya akan menyebabkan hati kita makin hampa. Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita pernah mendengar orang kaya yang meninggal bunuh diri. Banyak juga yang gila karena sengketa soal harta atau masalah keluarga. Mensyukuri apa yang kita miliki adalah sumber kebahagiaan yang berasal dari dalam diri kita. Bersyukurlah atas apa yang kita miliki, atas keluarga, orang tua, pasangan, pekerjaan, umur, bahkan kekurangan yang kita miliki. Ketika kita mampu bersyukur atau dapat melihat dan merasakan sisi positif dari apapun yang kita alami atau miliki, berarti kita akan mudah menemukan kebahagiaan. Kemampuan untuk selalu bersyukur berkaitan erat dengan keyakinan terhadap Allah. Oleh sebab itu tingkatkan terus keimanan kita, misalnya lebih tekun beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama. Sementara itu tingkatkan pula ilmu pengetahuan kita. Kekuatan spiritual dan ilmu pengetahuan akan membantu kita bersyukur dan optimis bahwa esok pasti lebih baik dan bahagia. Jadi kebahagiaan itu sesungguhnya bersumber dari dalam diri kita sendiri. Jikalau berharap dari orang lain, maka bersiaplah untuk ditinggalkan, bersiaplah untuk dikhianati. Kita akan bahagia bila kita bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain apa adanya. Percayalah kepada Allah, dan bersyukurlah kepadaNya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati. Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari. Berusaha dan bahagialah karena kita masih dicintai begitu banyak orang. Bersyukur ternyata merupakan kunci keberhasilan hidup. Orang yang bersyukur akan ditambah nikmat yang diperolehnya. Orang yang pandai bersyukur adalah tanda sebagai orang sehat mentalnya. Orang yang sehat akan mampu melihat lingkungannya secara obyektif dan cerdas. Atas dasar pandangan itu, mereka akan pandai mengambil manfaat dari bumi karunia Allah ini. Hidup mereka akan diliputi suasana tenang dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahwa hanya orang-orang yang mampu bersyukur sajalah yang akan ditambah nikmatnya dan bahkan bagi mereka yang kufur nikmat, diancam oleh Allah dengan adzab yang pedih. Bersyukur bukan pekerjaan yang mudah. Dikatakan dalam kitab suci al Qur’an hanya sedikit orang yang bisa bersyukur. Orang yang pandai bersyukur adalah orang-orang yang dipandang mulia di hadapan Allah. Selanjutnya Alah berfirman dalam QS.Ibrahim ayat 7 : “la in syakartum laa adziidanakum wa la’in kafartum inna azabi lasyadid” artinya “sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih“. Makna ayat tersebut secara sederhana dapat diartikan, adanya reward bagi yang melakukan (syukur nikmat), namun ada punishment bagi yang tidak melakukan (kufur nikmat). Sejauh ini kita tidak cukup cerdas untuk konsisten memahami betapa rasa syukur itulah yang akan membuat manusia menemukan cahaya illahi dalam kehidupannya. Mudah-mudahan kita semua termasuk golongan orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat. Amin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun