Mohon tunggu...
Sudi Yono
Sudi Yono Mohon Tunggu... -

Sudiyono, arek Lampon Pesanggaran Banyuwangi. Sekarang gw tinggal di Kediri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mendekap Chaoz

12 Agustus 2010   18:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mencoba untuk mengetahui, mengerti dan memahami apa yg telah

terjadi kala pintu chaoz terbuka lebar, seakan menanti tuk leburkan.

Tenggelamkan rasa membumbung layaknya asap pekat

menyesakkan dada di langit hitam kelam.

Ejek sinis suara-suara sumbang yg terlalu teracuhkan makin riuh

menerpa,

merobek gendang telinga.

Kesendirian, kesakitan, menghimpit saat mencoba bertahan diam.

Tak peduli hingga tak terasa lagi mengiris nadi yg mati...tak

mengerti

Fatamorgana jadi nyata ilusi

membayang kelam menghujam, remukan

tak mampu teriak atau pun merintih walaupun ingin mengumpat,

juga menghujat.

Entah pada siapa dan buat apa, jika yg terkecep tak lagi membuat

arti dan mati....

Tak memahami.

Diam dalam lingkaran kemunafikan ciptaan, atas nama kepalsuan

saru membiru.

Memuakkan terputus kejam rejam

sukma terpuaskan dan terbahak oleh tangis menderu, menggelegak,

memusingkan, terbelenggu....

Tatapan nanar hingga nyalang ke belakang,

melewati jalan setapak berduri, goreskan luka tak kan hilang.

Bertubi-tubi tetap berjalan menuju ujung jalan ribuan cerita berarti

hingga tak ada arti, tetap menghadapi walau tak terperi... Muak !!

Prinsip 'lah, Dogma 'lah, bahkan Doktrin manis tertancap seakan tak

ada artinya.

Kini ku kecam kejam mendendam...!!

Pukul saja !!, hantam saja !!...ludahi !!

Sekalian lalu tendanglah jauh-jauh...!!

Sembunyikan, rencanakan, hempaskan, hancurkan dan puaskan

hasrat bejat itu, kawan !!

Toh sang penghibur hanya akan tersenyum maklum akan seperti itu.

...

Cukup !!

Pintu chaoz ciptaan kalian telah terbuka lebar.

Tak akan berhenti atau menghindari, menatap, bahkan lari menjauh

seperti yg kalian lakukan, PENGECUT...!!

Kau tetap melangkah menujunya lalu mendekap erat chaoz, walau

lunglai terurai dan terserak !!

Tak akan menyerah, tak AKAN !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun