Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Batu Ginjal Menyerang (Refleksi Pengalaman Pribadi)

11 Maret 2019   11:00 Diperbarui: 22 April 2021   15:34 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin berbagi pengalaman tentang serangan batu ginjal yang datang tiba-tiba. Dua minggu lalu, saat saya mengajar di kelas, tiba-tiba pinggang kiri saya terasa nyeri. Awalnya tidak saya pedulikan. 

Namun, karena sakitnya kian bertambah, saya putuskan meninggalkan kelas untuk sekedar istirahat di ruang tamu sambil minum air hangat. Mungkin saya masuk angin, meskipun saya yakin sudah sarapan sebelum berangkat kerja. 

Sayangnya, kondisi saya semakin parah. Nyeri pinggang semakin menjadi-jadi seperti ditusuk pisau berkali-kali dan saya tak kuasa berdiri. Saya pun rebahan dan dikompres air hangat sembari dipijat. 

Usaha tersebut  tidak membuahkan hasil. Kawan saya membelikan nasi dan menyuapi saya,  siapa tahu saya kena maag. Karena sakitnya tidak reda dan saya terus meraung kesakitan selama sekitar 2 jam, akhirnya tidak ada pilihan lain, saya harus dibawa ke UGD.

Perjalanan menuju rumah sakit adalah perjalanan yang terasa sangat lama dan  menyakitkan.  Kondisi tubuh saya penuh keringat disertai demam. AC pun dimatikan agar saya tidak menggigil. 

Sesampai di UGD, perawat sudah menyiapkan kursi roda. Namun, saya tidak mampu duduk di kursi itu karena tak kuasa  menahan sakit. Akhirnya, dipan pasien didekatkan ke mobil dan saya dipindahkan ke ranjang itu, lalu didorong menuju ruang pemeriksaan. 

Saya hanya terkapar kesakitan sambil dicek detak jantung, tekanan darah, dan gula darah. Tak lama kemudian, dokter menyuntikkan obat di lengan saya sebagai tindakan awal.

Alhamdulillah, sekitar 5 menit, obat sudah bereaksi dan rasa sakit pinggang saya mereda. Saya bisa bernafas lega sambil menunggu hasil diagnosa dokter.  

Tak lama kemudian, dokter menghampiri saya dan menyampaikan bahwa saya kemungkinan memiliki batu ginjal. Batu ginjal yang bergerak menyebabkan iritasi dan menimbulkan rasa sakit yang sangat. Dokter hanya memberikan obat anti nyeri dan harus segera konsultasi ke dokter penyakit dalam untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Karena khawatir rasa sakit timbul lagi, saya langsung menemui dokter spesialis penyakit dalam pada malam harinya. Menurut sang dokter, saya harus mengikuti serangkaian tes laboratorium dan rontgen. 

Saya juga dibekali sejumlah obat untuk mengurangi rasa sakit.  Esoknya, saya pun kembali ke rumah sakit untuk menjalankan saran dokter. Saya ke ruang laboratorium untuk diambil sampel urin dan ke ruang radiologi untuk pengambilan foto rontgen.  

Hari berikutnya, saya konsultasi ke dokter dengan membawa hasil laboratorium dan radiologi. Menurut dokter, saya positif batu ginjal karena terdapat unsur darah dalam urin. 

Adapun pantulan sinar X dalam rontgen tidak dapat menunjukkan adanya massa atau batu ginjal secara jelas. Dokter meminta saya untuk mengambil foto lagi melalui CT Scan. 

CT Scan tidak bisa langsung dilakukan karena butuh persiapan fisik secara khusus, salah satunya menghindari makanan berserat sehari sebelumnya dan hanya makan bubur kecap. 

Pada malam harinya sebelum tidur, saya harus menelan dua butir pil urus-urus, dulcolax. Lumayan tersiksa seharian plus semalaman karena harus menahan sakit perut.

Pagi harinya, saya segera berangkat ke rumah sakit untuk CT Scan sekitar abdomen meskipun badan terasa lemas. 

Tepat pukul 09.00, saya masuk ruang CT Scan. Saya diminta berbaring dan mesin menggerakkan saya memasuki mesin CT Scan. Tak lama kemudian, proses selesai dan saya boleh makan sepuasnya.

Tibalah waktu mengambil hasil CT Scan dan konsultasi ke dokter. Alhamdulillah, setelah melihat foto CT Scan, dokter meyakinkan bahwa kondisi ginjal membaik dan batu ginjal bisa keluar tanpa harus operasi. 

Jika sakit masih terus berlanjut, dokter akan observasi kondisi ginjal lebih mendalam. Saya pun dibekali sejumlah obat agar kondisi saya segera pulih.  Hingga tulisan ini tersaji, rasa nyeri masih kadang muncul disertai perut mual dan sakit kepala. 

Saya tidak tahu, apakah ini karena efek obat atau karena kondisi tubuh saya yang belum sehat benar.  Saya berharap, para pembaca bisa menghindari penyakit seperti saya dengan minum air putih dalam jumlah cukup agar tidak terjadi pengendapan di ginjal. Semoga!     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun