Hari berikutnya, saya konsultasi ke dokter dengan membawa hasil laboratorium dan radiologi. Menurut dokter, saya positif batu ginjal karena terdapat unsur darah dalam urin.Â
Adapun pantulan sinar X dalam rontgen tidak dapat menunjukkan adanya massa atau batu ginjal secara jelas. Dokter meminta saya untuk mengambil foto lagi melalui CT Scan.Â
CT Scan tidak bisa langsung dilakukan karena butuh persiapan fisik secara khusus, salah satunya menghindari makanan berserat sehari sebelumnya dan hanya makan bubur kecap.Â
Pada malam harinya sebelum tidur, saya harus menelan dua butir pil urus-urus, dulcolax. Lumayan tersiksa seharian plus semalaman karena harus menahan sakit perut.
Pagi harinya, saya segera berangkat ke rumah sakit untuk CT Scan sekitar abdomen meskipun badan terasa lemas.Â
Tepat pukul 09.00, saya masuk ruang CT Scan. Saya diminta berbaring dan mesin menggerakkan saya memasuki mesin CT Scan. Tak lama kemudian, proses selesai dan saya boleh makan sepuasnya.
Tibalah waktu mengambil hasil CT Scan dan konsultasi ke dokter. Alhamdulillah, setelah melihat foto CT Scan, dokter meyakinkan bahwa kondisi ginjal membaik dan batu ginjal bisa keluar tanpa harus operasi.Â
Jika sakit masih terus berlanjut, dokter akan observasi kondisi ginjal lebih mendalam. Saya pun dibekali sejumlah obat agar kondisi saya segera pulih. Â Hingga tulisan ini tersaji, rasa nyeri masih kadang muncul disertai perut mual dan sakit kepala.Â
Saya tidak tahu, apakah ini karena efek obat atau karena kondisi tubuh saya yang belum sehat benar. Â Saya berharap, para pembaca bisa menghindari penyakit seperti saya dengan minum air putih dalam jumlah cukup agar tidak terjadi pengendapan di ginjal. Semoga! Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H