Mohon tunggu...
Sudirman Hasan
Sudirman Hasan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Asli Jombang dan kini mengabdikan diri di sebuah lembaga pendidikan di Malang. "Dengan menulis, aku ada. Dengan tulisan, aku ingin hidup seribu tahun lagi..."

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tips Berani Bicara Mendadak di Depan Umum

22 Februari 2011   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:23 3520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_91283" align="alignright" width="114" caption="Ilustrasi Orasi (sumber: ganefo.com)"][/caption] Bagi sebagian orang, bicara di depan umum adalah hal biasa. Tampil di podium ibarat ngobrol ke sana kemari hingga waktunya habis. Namun, bagi orang kebanyakan, meskipun mereka adalah mahasiswa atau bahkan guru, bicara di hadapan khalayak ramai mengundang ketakutan tersendiri. Bicara runtut dengan ide pokok yang jelas ternyata bukan perkara yang mudah. Apalagi, bila tiba-tiba kita diminta menggantikan seseorang yang batal hadir untuk mengisi ceramah atau kultum. Berabe, bukan? Berani tampil ke muka adalah sebuah tantangan. Kita tentu diharapkan mampu menaklukkan tantangan tersebut dengan lihai. Kita tidak semestinya mundur teratur tatkala kita dipilih menjadi "tumbal" sebuah acara penting yang harus terlaksana. Memang, siapa pun, bahkan presiden SBY, sebelum tampil di depan masyarakat, perlu persiapan mental dan materi yang menarik. Rasanya tidak puas jika kita bicara langsung tanpa adanya planning. Namun, bagaimana bila kita dihadapkan kepada situasi yang sulit? Mundur malu, maju pun tak siap? Nah, di sini perlu manajemen otak yang cepat. Meskipun banyak orang memilih menghindari tantangan daripada menyambutnya, nampaknya kita perlu melatih diri untuk selalu siap materi ketika berbaur dengan orang banyak. Dengan bekal tersebut, di saat kita "ketiban sampur" alias jadi pengganti tiba-tiba, mental kita bisa bekerja keras untuk tetap tegar dan siap gagal. Prinsip siap gagal adalah salah satu sugesti yang mampu mendorong kita untuk berani menanggung resiko. Toh, kita sudah menang satu langkah karena bisa menghindarkan kegagalan sebuah acara meskipun tidak sempurna. Misalnya, pada suatu acara keagamaan, sang ustad tidak hadir. Padahal, acara "ular-ular" atau mauidzah hasanah itu harus ada. Pada kondisi ini, ketegaran jiwa dan kematangan mental akan diuji tatkala kita diminta sebagai badalnya. Rumit terasa, tetapi ini adalah sebuah "ujian" kehidupan yang harus kita jalani. Kita harus memilih sebagai pahlawan daripada sebagai pecundang. Nah, efek positifnya, ketika kita menghadapi situasi serupa di kemudian hari, kita akanlebih kokoh dan semakin ahli dalam mengatasi keadaan genting tersebut. Kita akan terbiasa untuk berhadapan dengan ratusan hingga ribuan pasang mata dan telinga yang memperhatikan penampilan kita secara seksama. Alhasil, kita di kemudian hari akan dipilih sebagai "icon" penyelamat yang handal. Banyak kisah dai terkenal yang berawal dari posisinya sebagai badal. saya pernah mendengar cerita bahwa Aa Gym sebelum tenar pernah berhasil menjadi badal yang baik karena Zainuddin Mz batal datang. Dari panggung itulah, Aa sempat menjadi salah satu penyiram keteduhan kalbu paling populer di negeri ini selama beberapa tahun. Kesimpulannya, mari kita tingkatkan percaya diri dengan sugesti bahwa kita pasti bisa untuk tampil di depan umum walau tanpa persiapan apapun. Berat memang, tetapi bila kita asah kemampuan komunikasi kita, saya yakin kita akan mampu menjadi manusia yang kian manfaat dan berkah di lingkungan kita. Semoga...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun